Lompat ke isi

Tinja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Suntingan 36.77.34.35 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Amurana
Tag: Pengembalian pranala ke halaman disambiguasi
Tukang Patrol (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Multiple image
[[Berkas:Hestemøj.jpg|ka|jmpl|250px|Tinja atau feses pada hewan.]]
| background color = white
| image1 = Elephant feces in the wildlife.jpg
| width1 = 192
| alt1 = Kotoran gajah
| image2 = Human Feces.jpg
| width2 = 160
| alt2 = Kotoran manusia
| footer_background = white
| footer_align = center
| footer = Perbandingan antara kotoran [[gajah]] (kiri) dan [[kotoran manusia]] (kanan)
}}
'''Tinja''' atau '''feses''' atau dalam bahasa kasarnya disebut '''tahi''' adalah produk buangan [[sistem pencernaan|saluran pencernaan]] yang dikeluarkan melalui [[anus]] atau [[kloaka]]. Pada [[manusia]], proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi [[buang air besar]] antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan [[konstipasi]] atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi [[buang air besar]] disebut dengan [[diare]] atau mencret.
'''Tinja''' atau '''feses''' atau dalam bahasa kasarnya disebut '''tahi''' adalah produk buangan [[sistem pencernaan|saluran pencernaan]] yang dikeluarkan melalui [[anus]] atau [[kloaka]]. Pada [[manusia]], proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi [[buang air besar]] antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan [[konstipasi]] atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi [[buang air besar]] disebut dengan [[diare]] atau mencret.



Revisi per 26 September 2021 12.39

Perbandingan antara kotoran gajah (kiri) dan kotoran manusia (kanan)

Tinja atau feses atau dalam bahasa kasarnya disebut tahi adalah produk buangan saluran pencernaan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau mencret.

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.

Feses Manusia

Frekuensi pembuangan air besar Bergantung pada individu dan kondisinya, manusia dapat buang air besar beberapa kali sehari, setiap hari, atau sekali setiap dua atau tiga hari. Pengerasan feses yang ekstensif yang mengganggu rutinitas ini selama beberapa hari atau lebih disebut sembelit.

Munculnya kotoran manusia bervariasi menurut diet dan kesehatan.[1] Biasanya itu semi padat, dengan lapisan lendir. Kombinasi empedu dan bilirubin, yang berasal dari sel darah merah yang mati, memberi warna khas coklat pada kotoran.[2]

Setelah meconium, tinja pertama dikeluarkan, tinja bayi baru lahir hanya mengandung empedu, yang memberinya warna kuning-hijau. Bayi yang diberi ASI mengeluarkan zat lunak, kekuningan pucat, dan tidak berbau busuk; tetapi begitu bayi mulai makan, dan tubuh mulai mengeluarkan bilirubin dari sel-sel darah merah yang mati, masalah ini memperoleh warna coklat yang sudah dikenal.

Pada waktu yang berbeda dalam hidup mereka, manusia akan mengeluarkan kotoran dengan warna dan tekstur yang berbeda. Kotoran yang melewati usus dengan cepat akan terlihat kehijauan; kurangnya bilirubin akan membuat tinja terlihat seperti tanah liat.

Manfaat

Tinja atau feses baik dari hewan (lebih sering dipakai) maupun dari manusia (jarang dipakai) dapat juga digunakan sebagai pupuk kandang, sebagai sumber energi bahan bakar yang disebut bio gas, tetapi beberapa kalangan menganggap bahwa menggunakan kotoran manusia untuk pupuk atau keperluan lain adalah hal yang dianggap kurang etik.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Stromberg, Joseph (2015-01-22). "Everybody poops. But here are 9 surprising facts about feces you may not know". Vox (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-05-23. 
  2. ^ Tortora, Gerard J.; Anagnostakos, Nicholas Peter (1987). Principles of anatomy and physiology. Internet Archive. New York : Harper & Row. 

Pranala luar