Can-Macanan Kadduk: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:Singo.jpg|jmpl|'''Can-Macanan Kadduk''']] |
|||
''Can-Macanan Kadduk'' adalah seni budaya [[Pandhalungan]] khas [[Kabupaten Jember]] yang mempertontonkan macan-macanan dari karung goni di malam hari. ''Can-macanan'' berarti harimau gadungan dan ''Kadduk'' berarti karung. Karung disulam dengan tali rafia membentuk [[macan]] besar yang mengerikan. Tingginya hampir satu setengah meter dengan lebar mulut macan lebih kurang 40 cm. Bagian kepala macan terbuat dari kayu yang dilapisi kulit atau digambar dengan cat minyak. Satu ekor macan beratnya bisa mencapai setengah kwintal. |
''Can-Macanan Kadduk'' adalah seni budaya [[Pandhalungan]] khas [[Kabupaten Jember]] yang mempertontonkan macan-macanan dari karung goni di malam hari. ''Can-macanan'' berarti harimau gadungan dan ''Kadduk'' berarti karung. Karung disulam dengan tali rafia membentuk [[macan]] besar yang mengerikan. Tingginya hampir satu setengah meter dengan lebar mulut macan lebih kurang 40 cm. Bagian kepala macan terbuat dari kayu yang dilapisi kulit atau digambar dengan cat minyak. Satu ekor macan beratnya bisa mencapai setengah kwintal. |
||
Revisi per 10 Oktober 2021 08.01
Can-Macanan Kadduk adalah seni budaya Pandhalungan khas Kabupaten Jember yang mempertontonkan macan-macanan dari karung goni di malam hari. Can-macanan berarti harimau gadungan dan Kadduk berarti karung. Karung disulam dengan tali rafia membentuk macan besar yang mengerikan. Tingginya hampir satu setengah meter dengan lebar mulut macan lebih kurang 40 cm. Bagian kepala macan terbuat dari kayu yang dilapisi kulit atau digambar dengan cat minyak. Satu ekor macan beratnya bisa mencapai setengah kwintal.
Sejarah
Kesenian Can-Macanan Kadduk muncul di Jember baru pada tahun 1974. Kala itu, di daerah Tegal Boto Jember tinggallah seorang petani yang memiliki sawah yang sangat luas. Petani tersebut termasuk petani yang sukses. Kesuksesan tanaman padi milik petani itu membuat banyak penjahat ingin mencuri hasil tanaman miliknya. Petani itu kemudian mencari ide untuk menghentikan aksi para penjahat itu.
Akhirnya ia memutuskan untuk membuat boneka dari tali rafia berbentuk macan (harimau). Boneka tersebut kemudian diletakkan di tengah sawah miliknya pada malam hari. Fungsinya mirip orang-orangan sawah pada umumnya, namun wujudnya berupa binatang buas. Sejak saat itu sawahnya menjadi aman dari incaran para penjahat.
Petani itu selain pandai bercocok tanam, ia juga memiliki jiwa seni yang tinggi. Boneka macan yang ia jadikan orang-orangan sawah itu memunculkan ide atau gagasan kesenian baru setelah melihat Reog Ponorogo saat tradisi syukuran hasil tani Sedekah Bumi. Pada kala itu, topeng macan Reog di Jember masih dapat ditemukan yang dapat di buka pada bagian mulutnya.
Petani itu meminta kepada anaknya untuk mengembangkan boneka buatannya menjadi pertunjukan yang hebat. Akhirnya ide tersebut benar-benar dikembangkan oleh anaknya dan muncullah atraksi Can-Macanan Kadduk.
Kesenian Can-Macanan Kadduk tertua dan masih berkembang sampai saat ini terletak di Jalan Kalimantan No. 37 Tegal Boto Sumbersari Jember tepatya di sebelah barat gedung Unej Medical Center (UMC) Universitas Jember. Grup kesenian tersebut bernama Pencak silat dan Can-Macanan Kadduk Bintang Timur yang dipimpin oleh Sumarto.
Can-Macanan Kadduk Bintang Timur ketika memulai pertunjukan diawali meminta doa oleh para pawang yang mengenakan pakaian pendekar Warok Ponorogo, kemudian menampilkan atraksi kesenian can-macanan kadduk. Setelah itu tarian Bujang Ganong, Jaran Kepang, Barongan, Janger, Pencak Bawean dan lagu-lagu berbahasa Jawa dan Madura.
Nilai Mistik
Siapa saja yang menonton Can-Macanan Kadduk harus selalu waspada karena sesekali macan-macanan ini akan menerkam dan menelan apa yang ada dalam mulutnya. Macan gadungan ini mampu menelan dua bocah sekaligus dalam sekali main. Bocah yang menjadi mangsa akan dicaplok kepalannya dan perlahan-lahan seluruh tubuhnya akan masuk ke dalam perut macan.
Kekejaman Can-Macanan Kadduk muncul karena efek dari energi astral yang merasuki pemain macan. Pemain ini harus benar-benar orang yang kuat. Selain berat dan panas, musik dengan ritme yang mirip dengan kesenian jaranan mampu membuat setan merasuk dalam diri pemain. Pemain macan harus berpuasa selama 41 hari sebelum tampil karena jika tidak kuat akan menjadi gila.
Pesan Moral
"Awas bagi anak-anak yang suka menangis dan nakal kepada teman akan dimangsa oleh Kumbang." Pesan ini adalah arti dari pertunjukan Can-Macanan Kadduk. Oleh karenanya ibu-ibu di kabupaten Jember akan mengajak anaknya menonton pertunjukan ini untuk memberi pelajaran bahwa tidak boleh nakal kepada orang lain terutama kepada ibu.
Di balik sejarahnya, Can-Macanan Kadduk mengandung pesan yang telah menjadi mitos orang Madura zaman dulu. Seorang ibu harus menjaga anak gadisnya dikala menginjak massa remaja. Pergaulan anaknya harus dijaga dengan baik. Kalau ada seorang gadis dan perjaka Madura kawin sebelum menikah, maka bayi yang terlahir dari dua pasangan akan dimakan macan. Mitos tersebut sekarang sudah tidak berlaku lagi karena kepercayaan masyarakat Pandhalungan terhadap mitos seperti itu sudah mulai luntur.
Paket Pertunjukan Malam
Pagelaran khas Jember Can-Macanan Kadduk manggung dari jam sembilan malam hingga jam tiga pagi. Pagelaran Can-Macanan Kadduk diracik dengan komposisi yang lengkap. Komposisi utama pertunjukan ini adalah burung garuda, pencak silat, dan Can-Macanan Kadduk. Penampilan lainnya seperti tari jaranan, gandrung Banyuwangi, dan leak Bali hanya sebagai pelengkap pertunjukan.
Pertunjukan dibuka dengan lecutan cemeti oleh seorang pawang untuk memanggil arwah-arwah yang ada di sekitar pagelaran. Arwah-arwah akan menjadi energi pemain ketika mengangkat macan. Pasalnya, jiwa pemain akan dikendalikan oleh roh yang masuk di dalam dirinya. Setelah cemeti dipecutkan, pembukaan dilanjutkan dengan pembacaan sholawat Nabi Muhammad SAW dan egolan pemain burung garuda. Seusai egolan burung garuda, penonton akan dihibur dengan tarian gandrung dan jaranan. Tarian ini hanya sebagai hiburan tambahan tetapi pada babak ini penonton dapat berjoget bersama dengan penari.
Bagian utama dari pertunjukan ini adalah pencak silat dan Can-Macanan Kadduk. Pencak silat mempertunjukkan aksi bela diri anak-anak dan dewasa. Anak-anak berpakaian hitam menunjukkan kebolehannya di depan penonton. Macan keluar kali pertama berwarna kuning yang disebut Kulik dan Toltol. Toltol memiliki warna yang bertotol hitam di bagian tubuhnya yang kuning. Dua macan ini menggambarkan macan yang berwatak halus dan lucu. Sedangkan macan yang berwatak jahat bernama Kumbang. Penonton baru heboh dengan keluarnya macan Kumbang yang sangat energik dan ganas. Macan-macan ini keluar satu persatu sampai semua macan habis. Alunan musik yang mengiringi tarian ini adalah perpaduan dari gamelan Jawa dan Seruling Jaranan Reog Ponorogo sehingga yang membentuk ritme baru yang menjadi ciri khas budaya Pandhalungan.
Sebagai tambahan, pertunjukan Can-Macanan Kadduk pun mempertontonkan aksi bermain api menggunakan oncor (lampu penerangan api dari bambu) dan minyak tanah. Pemain akan menyemburkan minyak tanah diatas nyala api oncor sehingga tersembur kobaran api dari mulutnya.
Grup Kesenian
Pencak Silat dan Can-Macanan Kadduk Bintang Timur
(Jl. Kalimantan 37 – Barat Gedung UMC Unej Kampus Bumi Tegal Boto Kode Pos 68121 Jember)
Referensi
[1] Jember Tourism
[2] Masyarakat pandhalungan