Lompat ke isi

Pembicaraan Pengguna:Dalimuntheilmar: Perbedaan antara revisi

Konten halaman tidak didukung dalam bahasa lain.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Komentar terbaru: 3 tahun yang lalu oleh Dalimuntheilmar pada topik Suku Angkola
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
Suku Angkola: bagian baru
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 126: Baris 126:


melayu angkola [[Pengguna:Dalimuntheilmar|Dalimuntheilmar]] ([[Pembicaraan Pengguna:Dalimuntheilmar#top|bicara]]) 15 Oktober 2021 02.24 (UTC)
melayu angkola [[Pengguna:Dalimuntheilmar|Dalimuntheilmar]] ([[Pembicaraan Pengguna:Dalimuntheilmar#top|bicara]]) 15 Oktober 2021 02.24 (UTC)

== Suku Angkola ==

Suku Angkola: Perbedaan
Batak ( Batak Angkola )

Suku Angkola

https://angkolaorg.wordpress.com/2021/03/21/asal-usul-marga-dalimunthe-bersuku-angkolabukan-batakasal-dan-usul-marga-dalimunthe-marga-asli-suku-angkola-bukan-dari-suku-lain-atau-batak-menyelusuri-asal-dan-usul-marga-dalimunthe-yg-kita-sanda/

Sejarah mencatat, sebelum Indonesia merdeka, Wilayah Pemerintahan di Tapanuli Selatan dahulunya bernama Afdeling. Dipimpin oleh sorang Residen dengan pusat Pemerintahan Padangsidimpuan. Membawahi 3 Onder Afdeling dan masing-masing dipimpin oleh controlleur, seterusnya membawahi Onder Distrik dipimpin oleh Asisten Demang.
Onder Afdeling di bawah Afdeling, antara lain Angkola dan Sipirok berpusat di Padangsidimpuan. Onder Afdeling Padang Lawas di Sibuhuan dan Onder Afdeling Mandailing di Kota Nopan.
Selanjutnya Onder Afdeling yang membawahi Onder Distrik. Angkola, membawahi 3 Distrik masing-masing Angkola dengan pusat Padangsidimpuan, Batang Toru di Batang Toru dan Distrik Sipirok di Sipirok. Onder Distrik ini membawahi pula Luhat/Kuria yang dipimpin oleh Kepala Kuria.
Sebelum kemerdekaan, ketiga Onder Afdeling yang ada, sama kedudukannya dengan kabupaten yang dipimpin oleh Bupati. Setelah pemulihan kekuasaan tahun 1949, seluruhnya digabung menjadi satu Kabupaten dengan pusat pemerintahan di Padangsidimpuan.
Dalam pemerintahan sekarang, Onder Afdeling Angkola sebelumnya terdiri dari tiga Onder Distrik dan beberapa Kekuriaan, berkembang menjadi beberapa kecamatan. Seperti Kuria Sipirok telah dipecah/dimekarkan menjadi beberapa Kecamatan, antara lain Sipirok, Arse (pemekaran dari Sipirok), Padangsidimpuan Timur, Saipar Dolok Hole dan Aek Bilah (pemekaran dari Saipar Dolok Hole), Batang Angkola, Sayur Matinggi, Sigalangan, hingga ke Batang Toru dengan beberapa pemekarannya, sampai kecamatan Dolok, ibukotanya Sipiongot.
'''Angkola adalah Etnik'''
Jauh sebelum penjajah Belanda menjejakkan kaki di bumi persada ini, telah ada penduduk yang mendiami wilayah Angkola. Diperkirakan 9000 tahun sebelum masehi. Itulah yang dinamakan Etnik Angkola (asli Angkola, bukan pecahan atau yang memisahkan diri dari Etnik lain).
Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan seperti Sabungan (di kaki Lubuk Raya), Batunadua, Sipirok/Parau Sorat, Siala Gundi, Muara Tais, Batang Toru sekitarnya, Batarawisnu, Mandalasena, dan lain-lain.
Etnik Angkola memiliki ciri tersendiri, seperti :
- Falsafah dasar “Dalihan Na Tolu”, sebagai tatanan/pandangan hidup sampai saat ini tetap dipedomani,
- Adat Istiadat Budaya,
- Pakaian Adat Tersendiri
-Kain Ulos (Abit Godang&sadun) dan kain tenun
- Bahasa dengan Aksara. Bahasa yang kaya dengan tingkatan penggunaannya; bahasa Biasa (digunakan dalam komunikasi sehari-hari), Andung (bahasa halus), Bura (bahasa Kasar) atau yang lainnya dapat diperdalam melalui Impola ni Hata. Aksara Angkola dengan tulisan tersendiri. Jika dibaca menurut ejaan Latin adalah A, HA, MA, NA, RA, TA, I, JA, PA, U, WA, SA, DA,BA, LA, NGA, KA, CA, NYA, GA, YA (Konsonan Ina ni Surat). Dilengkapi dengan symbol yang menandakan perubahan bunyi Vokal E, I, O dan U serta symbol pembatas disebut Pangolat menandakan huruf mati, misalnya NGA menjadi NG, dan lain-lainnya. Bentuk huruf/abjadnya jelas ada tersendiri lain dari aksara etnik lainnya.
- Mempunyai Kesenian dan Alat-alatnya.
- Ornamen khas.
- Tutur (adab panggilan), dalam pergaulan sehari-hari mempunyai tidak kurang dari 135 jenis Tutur/Sapaan.
- Buku Adat Budaya Angkola (lengkap) ditulis oleh Stn. Tinggibarani Siregar dan lain-lain ciri khas kebudayaannya, telah dianut secara turun temurun.
Bahasa dan Aksara Angkola dahulu dipergunakan menjadi salah satu mata pelajaran disekolah SD dan SMP/sederajat diseluruh Tapanuli Selatan, baik pelajaran Tata Bahasa (Impola ni Hata), Bahan Bacaan (Turi-turian) dan lain-lain dipergunakan adalah versi Angkola, dengan berbagai macam bahan/pedoman hidup bermasyarakat, sebagai dasar dalam berbudi pekerti.
Dari segi garis keturunan yang menerapkan system Patrilineal, masyarakat Angkola ditandai dengan Marga/Clan yang dominan seperti Harahap, Siregar, Pane dengan rumpun marganya masing-masing, seluruhnya mendiami ketiga onder distrik tersebut.
Dilihat dari segi falsafah Dalihan na Tolu, hubunan kekeluargaan Etnik Angkola dibagi kepada; 1. Mora, pihak keluarga pemberi boru. Mora ini mendapat posisi didahulukan karena pihak Mora dalam hubungan kekeluargaan memiliki posisi yang sangat dihormati, di samping Raja-Raja maupun Pemangku Adat; 2. Suhut dengan Kahanggi, keluarga yang mempunyai hajatan atau horja adat, termasuk di dalamnya Suhut selaku Tuan Rumah; 3. Anak Boru, yaitu pihak keluarga pemberian Boru (pangalehenan Boru).
Di dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan adat, masing-masing unsur Dalihan na Tolu, masih mempunyai teman kelompok (sajuguhan=sebarisan) seperti Mora dengan Mora ni Mora (biasa juga disebut Hula Dongan, Kahanggi/Suhut dengan Pariban (saudara/keluarga sepengambilan) dan Anak Boru bersama dengan Anak Borunya yaitu Pisang Raut yang sering juga disebut Piso Pangarit.
'''Kurang Dikenal'''
Banyak orang cukup mengenal kata Angkola, mengenal Sipirok, tetapi lebih banyak yang kurang mengenal Etnis Angkola. Hal ini antara lain disebabkan:
1. Adanya anggapan semua penduduk Tapanuli Bagian Selatan [[suku Mandailing]].
2. Tentang Angkola, sebab terbatasnya penutur sejarah budaya Angkola.
3. Kurangnya minat generasi mempelajari sejarah asal-muasal.
4. Terhadap adat istiadat dan budaya.
Tidaklah diragukan jika pada umumnya orang Tapanuli Selatan seluruhnya (etnik aslinya) dianggap orang Mandailing. Padahal orang Mandailing sendiri tidak pernah menganggap atau menyamakan orang Angkola dengan orang Mandailing. Meskipun dalam adat istiadat budayanya ada persamaan, namun tetap ada perbedaan yang tak perlu dipertentangkan.
== Sejarah == [[Pengguna:Dalimuntheilmar|Dalimuntheilmar]] ([[Pembicaraan Pengguna:Dalimuntheilmar#top|bicara]]) 15 Oktober 2021 11.38 (UTC)

Revisi per 15 Oktober 2021 11.38

Halo, Dalimuntheilmar.
Memulai
Tips

Selamat menjelajah, kami menunggu suntingan Anda di Wikipedia bahasa Indonesia!

Welcome! If you do not understand the Indonesian language, you may want to visit the embassy or find users who speak your language. Enjoy!

--Pesan ini dikirim secara otomatis menggunakan bot. 5 April 2021 13.05 (UTC)

Oktober 2021

Information icon Halo, Saya Austronesier. Saya ingin memberitahu Anda bahwa salah satu atau beberapa kontribusi terkini Anda ke Bahasa Batak Angkola telah dikembalikan ke semula karena perubahan tersebut kelihatannya tidak membangun. Jika Anda ingin melakukan uji coba, silakan gunakan bak pasir. Jika Anda berpikir telah terjadi kesalahan, atau jika Anda mempunyai pertanyaan, Anda dapat meninggalkan pesan di halaman pembicaraan saya. Terima kasih. Austronesier (bicara) 14 Oktober 2021 22.58 (UTC)Balas

Bahasa dan Suku Angkola Sipatnya membangun Dan Melestarikan Asli Budaya yg terlupakan yg mempunyai Bahasa yg unik dan universal

    • Populasi Sumatra Utara ** Menurut Etnis (2030)

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2020, mayoritas penduduk Sumatra Utara adalah suku Angkola, yang dimaksudkan termasuk Mandailing, Karo, Angkola, Mandailing, Simalungun, Pakpak dan Tapanuli penduduk. Kemudian suku ArabIndia Jawa, , Nias, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, dan lain-lain.[1]

Main|Suku bangsa di Indonesia [[ |title Suku]] ||Suku Malay of The Angkola|Hijau|[Kuning]||Jawa|[green]||Nias|[black]||Melayu|[yellow]||Tionghoa||Minangkabau||Aceh||Banjar||Banten Sunda

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut: Suku Angkola: Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Mandailing Natal.

Toba: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Medan, Kota Pematang Siantar, Kota Sibolga
Suku Batak Simalungun: [Kabupaten Simalungun]], Kota Pematang Siantar
Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat
Suku Mandailing: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
Suku Melayu: Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Labuhan Batu dan Langkat
Suku Nias: Pulau Nias
Suku Minangkabau: Kota Medan, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar
Suku Karo: Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Medan
Suku Aceh: Kota Medan
Suku Jawa: Pesisir Timur
Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat.

Suku Banjar: di Kota Medan, pesisir timur.

  1. Tamil: Kota Medan, Kampung Madhras
Punjabi Dalimuntheilmar (bicara) 15 Oktober 2021 02.08 (UTC)Balas

Suku Angkola Di Sumatera Utara

    • Populasi Sumatra Utara ** Menurut Etnis (2030)

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2020, mayoritas penduduk Sumatra Utara adalah suku Angkola, yang dimaksudkan termasuk Mandailing, Karo, Angkola, Mandailing, Simalungun, Pakpak dan Tapanuli penduduk. Kemudian suku ArabIndia Jawa, , Nias, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, dan lain-lain.[2]

Main|Suku bangsa di Indonesia [[ |title Suku]] ||Suku Malay of The Angkola|Hijau|[Kuning]||Jawa|[green]||Nias|[black]||Melayu|[yellow]||Tionghoa||Minangkabau||Aceh||Banjar||Banten Sunda

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut: Suku Angkola: Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Mandailing Natal.

Toba: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Medan, Kota Pematang Siantar, Kota Sibolga
Suku Batak Simalungun: [Kabupaten Simalungun]], Kota Pematang Siantar
Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat
Suku Mandailing: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
Suku Melayu: Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Labuhan Batu dan Langkat
Suku Nias: Pulau Nias
Suku Minangkabau: Kota Medan, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar
Suku Karo: Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Medan
Suku Aceh: Kota Medan
Suku Jawa: Pesisir Timur
Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat.

Suku Banjar: di Kota Medan, pesisir timur.

  1. Tamil: Kota Medan, Kampung Madhras
Punjabi Dalimuntheilmar (bicara) 15 Oktober 2021 02.09 (UTC)Balas

Melayu Angkola

    • Populasi Sumatra Utara ** Menurut Etnis (2030)

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2020, mayoritas penduduk Sumatra Utara adalah suku Angkola, yang dimaksudkan termasuk Mandailing, Karo, Angkola, Mandailing, Simalungun, Pakpak dan Tapanuli penduduk. Kemudian suku ArabIndia Jawa, , Nias, Tionghoa, Minang, Aceh, Banjar, dan lain-lain.[3]

Main|Suku bangsa di Indonesia [[ |title Suku]] ||Suku Malay of The Angkola|Hijau|[Kuning]||Jawa|[green]||Nias|[black]||Melayu|[yellow]||Tionghoa||Minangkabau||Aceh||Banjar||Banten Sunda

Pusat penyebaran suku-suku di Sumatra Utara, sebagai berikut: Suku Angkola: Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Mandailing Natal.

Toba: Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Medan, Kota Pematang Siantar, Kota Sibolga
Suku Batak Simalungun: [Kabupaten Simalungun]], Kota Pematang Siantar
Suku Batak Pakpak: Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat
Suku Mandailing: Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kota Sibolga
Suku Melayu: Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kota Medan, Kota Binjai, Kabupaten Asahan, Kabupaten Batubara, Labuhan Batu dan Langkat
Suku Nias: Pulau Nias
Suku Minangkabau: Kota Medan, Kota Binjai, Kota Pematang Siantar
Suku Karo: Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kota Medan
Suku Aceh: Kota Medan
Suku Jawa: Pesisir Timur
Tionghoa: Perkotaan Pesisir Timur & Barat.

Suku Banjar: di Kota Medan, pesisir timur.

  1. Tamil: Kota Medan, Kampung Madhras
Punjabi Dalimuntheilmar (bicara) 15 Oktober 2021 02.18 (UTC)Balas

melayu angkola Dalimuntheilmar (bicara) 15 Oktober 2021 02.24 (UTC)Balas

Suku Angkola

Suku Angkola: Perbedaan Batak ( Batak Angkola )

Suku Angkola

https://angkolaorg.wordpress.com/2021/03/21/asal-usul-marga-dalimunthe-bersuku-angkolabukan-batakasal-dan-usul-marga-dalimunthe-marga-asli-suku-angkola-bukan-dari-suku-lain-atau-batak-menyelusuri-asal-dan-usul-marga-dalimunthe-yg-kita-sanda/

Sejarah mencatat, sebelum Indonesia merdeka, Wilayah Pemerintahan di Tapanuli Selatan dahulunya bernama Afdeling. Dipimpin oleh sorang Residen dengan pusat Pemerintahan Padangsidimpuan. Membawahi 3 Onder Afdeling dan masing-masing dipimpin oleh controlleur, seterusnya membawahi Onder Distrik dipimpin oleh Asisten Demang.

Onder Afdeling di bawah Afdeling, antara lain Angkola dan Sipirok berpusat di Padangsidimpuan. Onder Afdeling Padang Lawas di Sibuhuan dan Onder Afdeling Mandailing di Kota Nopan.

Selanjutnya Onder Afdeling yang membawahi Onder Distrik. Angkola, membawahi 3 Distrik masing-masing Angkola dengan pusat Padangsidimpuan, Batang Toru di Batang Toru dan Distrik Sipirok di Sipirok. Onder Distrik ini membawahi pula Luhat/Kuria yang dipimpin oleh Kepala Kuria.

Sebelum kemerdekaan, ketiga Onder Afdeling yang ada, sama kedudukannya dengan kabupaten yang dipimpin oleh Bupati. Setelah pemulihan kekuasaan tahun 1949, seluruhnya digabung menjadi satu Kabupaten dengan pusat pemerintahan di Padangsidimpuan.

Dalam pemerintahan sekarang, Onder Afdeling Angkola sebelumnya terdiri dari tiga Onder Distrik dan beberapa Kekuriaan, berkembang menjadi beberapa kecamatan. Seperti Kuria Sipirok telah dipecah/dimekarkan menjadi beberapa Kecamatan, antara lain Sipirok, Arse (pemekaran dari Sipirok), Padangsidimpuan Timur, Saipar Dolok Hole dan Aek Bilah (pemekaran dari Saipar Dolok Hole), Batang Angkola, Sayur Matinggi, Sigalangan, hingga ke Batang Toru dengan beberapa pemekarannya, sampai kecamatan Dolok, ibukotanya Sipiongot.

Angkola adalah Etnik

Jauh sebelum penjajah Belanda menjejakkan kaki di bumi persada ini, telah ada penduduk yang mendiami wilayah Angkola. Diperkirakan 9000 tahun sebelum masehi. Itulah yang dinamakan Etnik Angkola (asli Angkola, bukan pecahan atau yang memisahkan diri dari Etnik lain).

Terbukti dengan adanya kerajaan-kerajaan seperti Sabungan (di kaki Lubuk Raya), Batunadua, Sipirok/Parau Sorat, Siala Gundi, Muara Tais, Batang Toru sekitarnya, Batarawisnu, Mandalasena, dan lain-lain.

Etnik Angkola memiliki ciri tersendiri, seperti :

- Falsafah dasar “Dalihan Na Tolu”, sebagai tatanan/pandangan hidup sampai saat ini tetap dipedomani,

- Adat Istiadat Budaya,

- Pakaian Adat Tersendiri

-Kain Ulos (Abit Godang&sadun) dan kain tenun

- Bahasa dengan Aksara. Bahasa yang kaya dengan tingkatan penggunaannya; bahasa Biasa (digunakan dalam komunikasi sehari-hari), Andung (bahasa halus), Bura (bahasa Kasar) atau yang lainnya dapat diperdalam melalui Impola ni Hata. Aksara Angkola dengan tulisan tersendiri. Jika dibaca menurut ejaan Latin adalah A, HA, MA, NA, RA, TA, I, JA, PA, U, WA, SA, DA,BA, LA, NGA, KA, CA, NYA, GA, YA (Konsonan Ina ni Surat). Dilengkapi dengan symbol yang menandakan perubahan bunyi Vokal E, I, O dan U serta symbol pembatas disebut Pangolat menandakan huruf mati, misalnya NGA menjadi NG, dan lain-lainnya. Bentuk huruf/abjadnya jelas ada tersendiri lain dari aksara etnik lainnya.

- Mempunyai Kesenian dan Alat-alatnya.

- Ornamen khas.

- Tutur (adab panggilan), dalam pergaulan sehari-hari mempunyai tidak kurang dari 135 jenis Tutur/Sapaan.

- Buku Adat Budaya Angkola (lengkap) ditulis oleh Stn. Tinggibarani Siregar dan lain-lain ciri khas kebudayaannya, telah dianut secara turun temurun.

Bahasa dan Aksara Angkola dahulu dipergunakan menjadi salah satu mata pelajaran disekolah SD dan SMP/sederajat diseluruh Tapanuli Selatan, baik pelajaran Tata Bahasa (Impola ni Hata), Bahan Bacaan (Turi-turian) dan lain-lain dipergunakan adalah versi Angkola, dengan berbagai macam bahan/pedoman hidup bermasyarakat, sebagai dasar dalam berbudi pekerti.

Dari segi garis keturunan yang menerapkan system Patrilineal, masyarakat Angkola ditandai dengan Marga/Clan yang dominan seperti Harahap, Siregar, Pane dengan rumpun marganya masing-masing, seluruhnya mendiami ketiga onder distrik tersebut.

Dilihat dari segi falsafah Dalihan na Tolu, hubunan kekeluargaan Etnik Angkola dibagi kepada; 1. Mora, pihak keluarga pemberi boru. Mora ini mendapat posisi didahulukan karena pihak Mora dalam hubungan kekeluargaan memiliki posisi yang sangat dihormati, di samping Raja-Raja maupun Pemangku Adat; 2. Suhut dengan Kahanggi, keluarga yang mempunyai hajatan atau horja adat, termasuk di dalamnya Suhut selaku Tuan Rumah; 3. Anak Boru, yaitu pihak keluarga pemberian Boru (pangalehenan Boru).

Di dalam pelaksanaan sesuatu pekerjaan adat, masing-masing unsur Dalihan na Tolu, masih mempunyai teman kelompok (sajuguhan=sebarisan) seperti Mora dengan Mora ni Mora (biasa juga disebut Hula Dongan, Kahanggi/Suhut dengan Pariban (saudara/keluarga sepengambilan) dan Anak Boru bersama dengan Anak Borunya yaitu Pisang Raut yang sering juga disebut Piso Pangarit.

Kurang Dikenal

Banyak orang cukup mengenal kata Angkola, mengenal Sipirok, tetapi lebih banyak yang kurang mengenal Etnis Angkola. Hal ini antara lain disebabkan:

1. Adanya anggapan semua penduduk Tapanuli Bagian Selatan suku Mandailing.

2. Tentang Angkola, sebab terbatasnya penutur sejarah budaya Angkola.

3. Kurangnya minat generasi mempelajari sejarah asal-muasal.

4. Terhadap adat istiadat dan budaya.

Tidaklah diragukan jika pada umumnya orang Tapanuli Selatan seluruhnya (etnik aslinya) dianggap orang Mandailing. Padahal orang Mandailing sendiri tidak pernah menganggap atau menyamakan orang Angkola dengan orang Mandailing. Meskipun dalam adat istiadat budayanya ada persamaan, namun tetap ada perbedaan yang tak perlu dipertentangkan.

== Sejarah == Dalimuntheilmar (bicara) 15 Oktober 2021 11.38 (UTC)Balas

  1. ^ {{cite web|url=https://www.bps.go.id kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.html|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|website= https://www.bps.go.id -
  2. ^ {{cite web|url=https://www.bps.go.id kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.html|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|website= https://www.bps.go.id -
  3. ^ {{cite web|url=https://www.bps.go.id kewarganegaraan-suku-bangsa-agama-dan-bahasa-sehari-hari-penduduk-indonesia.html|title=Kewarganegaraan Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia|website= https://www.bps.go.id -