Lompat ke isi

Gereja Ortodoks Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 99: Baris 99:
'''2.1 Masa Awal Karya Pelayanan'''
'''2.1 Masa Awal Karya Pelayanan'''


'''            ''' Sejarah Gereja Orthodox Indonesia di jaman modern, muncul tak lepas dari pergumuan pribadi seorang pemuda, yang kemudian kita kenal sebagai Romo Arkhimandit Daniel Byantoro yang pada masa mudanya mempertanyakan begitu banyak denominasi dengan ajaran yang berbeda-beda dan saling bertentangan. Dalam pemikirannya ia berpendapat jika Alkitab itu satu, Allah itu satu, Yesus Kristus itu satu, Roh Kudus itu satu, harusnya ajaran Gereja itu satu juga. Ajaran-ajaran yang saling bertentangan ini tidak semuanya benar, kalua begitu bagaimana ajaran Kristen yang mula-mula, ajaran Kristen zaman Para Rasul. Dalam kegelisahan dan pertanyaannya serta kerinduan akan Gereja mula-mula  sampai suatu waktu  ia menemukan jawabannya oleh Rahmat Tuhan di Seoul – Korea pada buku yang ia beli berjudul “The Orthodox Cruch karangan Episkop Kalistos Ware (di Seoul – Korea Romo Daniel muda mengambil pendidikan di Sekolah Theologi selama 5 tahun), di Korea juga ia bergabung dengan Gerjea Orthodox (Gereja Orthodox dari Misi Rusia) dan menjadi orang Indonesia pertama di zaman modern yang memeluk iman Orthodox.  Setelah dari Korea atas tuntunan Tuhan Romo Daniel muda pergi ke Yunani dan Amerika untuk melanjutkan belajar tentang Iman Rasuliah, yang Pada tahun 1987 Romo Daniel ditahbiskan menjadi Romo Diakon Daniel, sebagai rohaniawan yang selibat (tidak menikah, meskipun dalam Gereja Orthodox juga diizinkan memiliki isteri, saat sebelum tahbisan harus sudah menikah) di Gereja Orthodox Salib Kudus, Pittsburgh, Pa, oleh Episkop Maximos dari Pittsburgh. Tahun 1988 Romo Diakon Daniel diangkat dan ditahbiskan menjadi Romo Presbyter Daniel dalam Gereja Orthodox Jana Suci Rasul Paulus di North Royalton, Cleveland, OHIO, oleh Episkop Maximos.
'''            ''' Sejarah Gereja Orthodox Indonesia di jaman modern, muncul tak lepas dari pergumuan pribadi seorang pemuda, yang kemudian kita kenal sebagai Romo Arkhimandit Daniel Byantoro yang pada masa mudanya mempertanyakan begitu banyak denominasi dengan ajaran yang berbeda-beda dan saling bertentangan. Dalam pemikirannya ia berpendapat jika Alkitab itu satu, Allah itu satu, Yesus Kristus itu satu, Roh Kudus itu satu, harusnya ajaran Gereja itu satu juga. Ajaran-ajaran yang saling bertentangan ini tidak semuanya benar, kalua begitu bagaimana ajaran Kristen yang mula-mula, ajaran Kristen zaman Para Rasul. Dalam kegelisahan dan pertanyaannya serta kerinduan akan Gereja mula-mula  sampai suatu waktu  ia menemukan jawabannya oleh Rahmat Tuhan di Seoul – Korea pada buku yang ia beli berjudul “The Orthodox Cruch karangan Episkop Kalistos Ware (di Seoul – Korea Romo Daniel muda mengambil pendidikan di Sekolah Theologi selama 5 tahun), di Korea juga ia bergabung dengan Gereja Orthodox (Gereja Orthodox dari Misi Rusia) dan menjadi orang Indonesia pertama di zaman modern yang memeluk iman Orthodox.  Setelah dari Korea atas tuntunan Tuhan Romo Daniel muda pergi ke Yunani dan Amerika untuk melanjutkan belajar tentang Iman Rasuliah, yang Pada tahun 1987 Romo Daniel ditahbiskan menjadi Romo Diakon Daniel, sebagai rohaniawan yang selibat (tidak menikah, meskipun dalam Gereja Orthodox juga diizinkan memiliki isteri, saat sebelum tahbisan harus sudah menikah) di Gereja Orthodox Salib Kudus, Pittsburgh, Pa, oleh Episkop Maximos dari Pittsburgh. Tahun 1988 Romo Diakon Daniel diangkat dan ditahbiskan menjadi Romo Presbyter Daniel dalam Gereja Orthodox Jana Suci Rasul Paulus di North Royalton, Cleveland, OHIO, oleh Episkop Maximos.


             Pada tahun 1988 Romo Daniel tiba di Indonesia dan menemui keluarganya dipulau Jawa untuk memberitahukan kepada mereka Iman Orthodox, sehingga mereka tertarik dan bergabung dengan Iman Orthodox. Setelah itu Romo Daniel pergi ke Solo untuk memulai Penginjilannya dengan mendirikan “Yayasan Suara Dharma Tuhu”, yang kemudian dirubah menjadi “Yayasan Orthodox Injili Indonesia”, didepan Notaris Ibu Monica Sri Widiyanti Adi Sutjipto.
             Pada tahun 1988 Romo Daniel tiba di Indonesia dan menemui keluarganya dipulau Jawa untuk memberitahukan kepada mereka Iman Orthodox, sehingga mereka tertarik dan bergabung dengan Iman Orthodox. Setelah itu Romo Daniel pergi ke Solo untuk memulai Penginjilannya dengan mendirikan “Yayasan Suara Dharma Tuhu”, yang kemudian dirubah menjadi “Yayasan Orthodox Injili Indonesia”, didepan Notaris Ibu Monica Sri Widiyanti Adi Sutjipto.

Revisi per 25 Oktober 2021 11.53

Gereja Ortodoks Indonesia
PenggolonganOrtodoks
PemimpinMitra-Arkimandrit Romo Daniel (Bambang Dwi Byantoro)
WilayahIndonesia
Didirikan1990
Jawa
Umat2.000 orang (2009)[1]

Gereja Orthodox Indoneisa (GOI) merupakan salah satu Lembaga Gerejawi Aras Nasional di bawah SK Dirjen Bimas Kristen, Kementerian Agama Republik Indonesia, dengan nomor : DJ.III/Kep/HK.00.5/190/2006.

GOI berada dalam Sinode Genuine Greek Orthodox Chruch (GGOC). GOI didirikan dan diketuai oleh Romo Arkhimandrit Daniel Bambang Dwi Byantoro, Ph.D. GOI tersebar di seluruh Indonesia melalui Paroki-Paroki (Gereja) dan Komunitas-Komunitas GOI.

1. Sejarah Kekristenan Timur (Orthodox) di Indonesia

1.1. Tentang Orthodox

             Kekristenan telah ada sejak Tuhan Yesus Kristus mendirikan Gereja-Nya melalui Para Rasul (Matius 16:18, Efesus 2:20). Gereja perdana muncul pada hari Pentakosta, yaitu pada saat turunnya Roh Kudus pada tahun 33 (Kisah 2:1-4, 33) dan Gereja itu masih terpelihara sampai sekarang. Awalnya, Gereja tidak memiliki nama, aliran dan denominasi apapun sebab Gereja adalah Satu, Kudus, Katolik (universal) dan Apostolik (Rasuliah). Gereja yang diwariskan Kristus kepada Para Rasul berkembang hingga ke berbagai penjuru dunia. Pada awalnya, Gereja berpusat di Yerusalem (Kisah Rasul 2-10), kemudian berkembang dan memiliki pusat kedua di Antiokhia, Syria (Kisah Rasul 11 :19- 13). Dari Syria, Gereja berkembang ke wiayah Asia Kecil (sekarang Turki), kemudian juga Yunani (Kisah Rasul 16).

Pada tahun 70 Masehi kota Yerusalem diserbu dan digempur oleh Jendral Titus dari Roma, sehingga Yerusalem berhenti menjadi pusat Kekristenan. Sejak saat itu pusat Kekeristenan ada tiga, yaitu :

  • Wilayah Barat : ada satu di Roma
  • Wilayah Timur : Timur Tengah  dan Turki ada dua, yaitu; Aleksandria di Mesir dan Antiokhia di Syria

Setelah bertobatnya Kaisar Konstantinus Agung  (tahub 312 Masehi) dibangunlah ibu kota baru dari negara Romawi di sebelah Timur: Konstantinopel. Kota Yerusalem dibangun lagi atas prakarsa ibunda dari Kaisar Konstantinus: Ibu Suri Ratu Heleni. Sehingga pusat Gereja Rasuliah Purba yang hanya satu itu sekarang ada lima, yaitu:

Gereja  Barat memiliki satu pusat :

  • Roma (Italia), yang kemudian diasosiasikan dengan Rasul Petrus dan Paulus tahun 42. Gereja Barat berpusat di Roma dan kemudian dikenal sebagai Gereja Roma Katolik,

Gereja Timur memiliki empat pusat :

  • Konstatinopel (sekarang Turki) yang diasosiasikan dengan Rasul Andreas tahun 38
  • Gereja Alexandria (Mesir) yang diasosiasikan dengan Rasul Markus tahun 43, penulis Injil Markus
  • Gereja Anthiokia (Syiria, sekarang Turki) yang kemudian dipimpin oleh Rasul Petrus tahun 37 selama 7 tahun,  setelah pindah dari Yerusalem, sebelum pindah ke Roma dan mati sahid dibawah Kaisar Nero,
  • Gereja Yerusalem (Israel) yang semula dipimpin Rasul Petrus kemudian oleh Rasul Yakobus tahun 49

Pada tahun 1054 terjadi perpecahan besar antara Gereja Barat dan Gereja Timur. Gereja Timur yang kemudian dikenal sebagai Gereja Orthodox saling berpisah dengan Gereja Barat. Pada tahun 1517, Marthin Luther seorang rahib dari Gereja Roma Katolik memisahkan diri dari Gereja Roma Katolik dan sejak saat itu muncul gereja-gereja Reformasi atau Protestan. Sejak saat itu, muncul ribuan denominasi gereja. Hingga saat ini, telah ada 53 ribu aliran/denominasi Protestan yang berbeda, karena tidak saling setuju dalam hal ajaran dan praktek satu dengan yang lain. Sehingga secara garis besar Kekristenan terpecah menjadi tiga kelompok besar, yaitu :

  • Orthodox
  • Katolik Roma
  • Protestan dengan segala aliran dan denominasinya.

Gereja Rasuliah di Timur disebut sebagai Gereja Orthodox, bukan sebagai nama aliran. Sebutan tersebut sudah mulai digunakan oleh Ireneus, seorang cucu rohani Rasul Yohanes  pada abad ke-2. Terutama istilah itu menjadi sagat penting pada abad ke-4, bagi membedakan sifat Gereja yang sejati dengan gerombolan para bidat. Orthodox berasal dari bahasa Yunani, Orthos (Ορθός) yang artinya benar/lurus dan Doxa (δόξα) yang artinya adalah benar, sehingga Orthodox bermakna “kepercayaan atau ajaran yang benar dan lurus”. Ajaran Rasuliah Gereja dibentengi dari para bidat itu selama kurun waktu empat abad melalui pengadaan Konsili Ekumenis (Pertemuan Agung Gereja se-Luas Dunia) dan menghasilkan 7 buah Konsili yang merupakan Ajaran Gereja yang masih satu dan tak terpisahkan. Ketujuh Konsili itu adalah :

  • Konsili Ekumenis I tahun 325, menentang Ajaran Arianisme yang nenolak keIlahian Kristus. Hasil Konsili dan definisi Dogamtiknya dirumuskan dalam bentuk Pengakuan Iman Nikea Konstantinopel, yang merupakan Pengakuan Iman Gereja Universal
  • Konsili Ekumenis II tahun 381, menentang Ajaran Makedonianisme yang menolak keilahian Roh Kudus
  • Konsili Ekumeniske III tahun 431, menentang Ajaran Nestorius yang menolak gelar Theotokos untuk Bunda Maria, sehingga mengakibatkan keayakinan bahwa didalam diri Kristus yang satu itu terdapat Dua Pribadi yang Terpisah-pisah. Kelompok Nestorian ini Sebagian besar akhirnya berpusat di Persia dan dikenal sebagai Gereja Nestorian atau lebih terkenal sekarang sebagai Gereja Assyria Timur, meskipun tidak semua anggota Gereja Persia itu Nestorian karena ada juga yang memegang Iman Orthodox
  • Konsili Ekumenis IV tahun 451, menentang Ajaran Eutykhes yang memunculkan paham Monofisitisme yang menganggap Kristus hanya punya Satu Kodrat saja, sementara Konsili Keempat ini, menegaskan Kristus memiliki Dua Kodrat dalam Satu Pribadi atau Satu Pribadi dalam dua kodat, yang tidak terbagi-bagi, tidak terpisah-pisah, tidak campur-baur dan tidak kacau-balau. Kelompok yang di zaman kuno disebut Mononofisit ini di zaman modern sekarang menyebut diri mereka sebagai Gereja Orthodox Oriental dan mereka terdiri dari Gereja-Gereja: Koptik, Ethiopia, Eritria, Syria, Thomas-India, Armenia. Secara hubungan Sakramental mereka tak terkait dengan Gereja Ortodox, sebab ajaran Kristologinya yang berbeda itu
  • Konsili Ekumenis ke V tahun 553, tidak menghasilkan definisi dogmatik
  • Konsili Ekumenis ke VI tahun 680-681, menentang ajaran Monothelitisme yang mengatakan bahwa dalam Kristus hanya ada satu Kehendak yaitu Kehendak Ilahi saja, sehingga ini merupakan versi Monofisitisme yang tersembunyi. Gereja Rasuliah dalam Konsili VI itu menegaskan bahwa Kristus memiiliki Dua Kehendak, yaitu Kehendak Manusiawi dan Kehendak Ilahi, dengan Kehendak Manusia tunduk pada Kehendak Ilahi
  • Konsili Ekumenis ke VII tahun 787, menentang bidat Ikonoklasme, yang menentang penggunaan Ikonografi dengan dituduh sebagai berhala. Konsili menegaskan jika Firman Allah telah betul-betul menjadi manusia (Yohanes 1:14) yang dapat “dilihat, didengar, diraba, dan disaksikan” (1 Yohanes 1:1), maka tentulah dapat Digambar. Jadi Ikon itu adalah sangat esensial dalam menegaskan realita Inkarnasi Firman jadi Mansuia. Karena itu Ikon tak ada kaitannya dengan berhala


Setelah perpecahan besar tahun 1054, hubungan Gereja Barat dan Gereja Timur makin memburuk karena terjadi Perang Salib oleh Gereja Barat pada ke-11 sampai abad ke-17. Banyak wilayah Gereja Timur direbut oleh Tentara Salib dari Barat. Terutama pada Perang Salib ke IV tahun 1204 dimana Konstantinopel diserbu dan dijarah oleh Tentara Perang Salib. Patriarkh Gereja Orthodox di Konstantinopel yang sah diusir dan digantikan Patriarkh boneka dari Tentara Salib, Kardinal Morosini, juga Kaisarnya diusir dan diganti oleh Jendral dari Tentara Perang Salib itu, Jendral Baldwin. Hubungan ini tidak makin membaik sampai jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki pada tahun 1453. Kerajaan Kristen Byzantium berubah menjadi negara Islam Turki. Namun, Iman Orthodox tetap hidup di wilayah Kerajaan Kristen Orthodox Rusia, dan negara-negara Eropa Timur. NegaraTimur Tengah yang telah ditaklukkan Islam ini kebanyakan dari kelompok minoritas yang ada disitu, adalah umat dari Gereja Timur ini, baik yang Ortodox, Monofisit (Gereja Oriental) maupun Nestorian (Gereja Assyria Timur) atau Gereja Persia.


1.2 Umat Gereja Persia dan Timur Tengah lainnya di Indonesia

Menurut berita dari pengelana Timur Tengah yang berminat akan sejarah Kekristenan sekitar tahun 833 – 1300an ternyata Gereja Timur Persia di daerah Islam telah membangun beberapa keuskupan di daerah yang jauh diluar wilayah Timur Tengah, sampai India dan Cina. Dalam pelebaran ke daerah Asia Timur dan Selatan Gereja Orthodox dibawah yuridiksi Antiokhia  mendirikan Keepiskopan di Kedah, Malaka dan pulau-pulau di selatan Malaka yaitu Indonesia. Pada abad ke 7 dalam sistem Pentarkhi, berdasarkan hasil Konsili Ekumenis, Gereja Antiokhia diberi kekuasaan atas Episkop dan Metropolitan dari Siria, Siria Tengah, dua daerah lainya disebut Kilika. Irak dan Iran serta wilayah-wilayah Keepiskopan lainnya berada pada kekuasaan hukum Gereja Antiokhia berdasarkan Pedalion 20 buah Kanon Konsili Ekumenis Agung Pertama, Kanon IV

Gereja Persia waktu itu memiliki wilyah Gerejawinya di Sin (Cina) dan Masin (Asia Tenggara, termasuk Indonesia). Di Indonesia saat itu berada di kota Pancur, wilayah Pelabuhan Tapanuli, pulau Sumatera. Banyak pedagang-pedangang Kristen Timur mendirikan gereja-gereja disana, karena kota itu merupakan pusat perdagangan sejak abad pertama Masehi. Menurut catatan dari Metropolitan Gereja Persia atau Khaldea yang menjabat dari tahun 1291 – 1319 terdapat wilayah Kemetropolitan di Jawa dan Sumatera dengan tiga Episkop yang berkedudukan disitu, yaitu : Episkop Agung Mar Yaballaha, dan dua Episkop Pembantu: Mar Denha dan Mar Yaqub, namun lokasinya tidak disebutkan, barangkali di Kedah, Malaka dan Sriwijaya.


1.3 Umat Gereja Orthodox Rusia di Indonesia

             Pada tahun 1930-1950 umat Rusia yang melarikan diri dari revolusi Bolshevik untuk mennghidari aniaya komunisme, semuanya berada dibawah pemeliharaan rohani dari Sinode Gereja Orthodox Rusia di Luar Rusia (Russian Orthodox Chruch Outside of Rusia atau ROCOR) mereka tingal di Harbin, Cina Utara dan Mancuria. Pada tahun 1934 Romo Vasily Bystrov (kemudian dikenal sebagai Arkhimandrit Innokentii) ditunjuk sebagai Presbiter Kepala di Batavia (Jakarta) sebagai bagian dari dari wilayah Keepiskopoian Harbin di Gereja Rusia diluar Rusia. Pada tahun 1940 Romo Vasily mendirikan Gereja di kota Bandung, semua ini dilakukan dengan izin pemerintah Belanda pada tahun 1936. Tahun 1940an Parokia-Parokia Jawa berada dibawah administrasi dari wilayah Keepiskopan Episkop Agung Tikhon dari San Fransisco. Pada tahun 1950 – 1950an seluruh umat Rusia anggota- anggota gereja di Jakarta dan Bandung meninggalkan Indonesia. Setelah 16 tahun melayani di Indonesia Romo Vasily terpaksa pergi Amerika Serikat, dimana beliau menjadi Rahib dan Kepala Pertapaan di New York.


1.4 Umat Etnis Orthodox Oriental Armenia (Persia) di Indonesia

             Pada tahun 1960an saat pemerintahan Belanda banyak etnis Gereja Oriental Armenia yang tinggal di Indonesia. Pada pertengana tahun 1960an mereka memiliki dua gedung Gereja Orthodox, di Surabaya dan Jakarta. Saat persitiwa G30S/PKI umat Orthodox Armenia banyak yang meninggalkan Indonesia dan pergi ke Singapura atau Australia. Sementara itu tanah Gereja Orthodox Armenia yang di Jakarta saat ini menjadi Gedung Bank Indonesia dan gedung Gereja Orthodox Armenia yang di Jalan Pacar 6, Surabaya, telah dibeli oleh jemaat Kristen Protestan etnis Tionghoa yang masih ada sampai saat ini.

2. Sejarah Berdirinya Gereja Orthodox Indonesia (GOI)

2.1 Masa Awal Karya Pelayanan

             Sejarah Gereja Orthodox Indonesia di jaman modern, muncul tak lepas dari pergumuan pribadi seorang pemuda, yang kemudian kita kenal sebagai Romo Arkhimandit Daniel Byantoro yang pada masa mudanya mempertanyakan begitu banyak denominasi dengan ajaran yang berbeda-beda dan saling bertentangan. Dalam pemikirannya ia berpendapat jika Alkitab itu satu, Allah itu satu, Yesus Kristus itu satu, Roh Kudus itu satu, harusnya ajaran Gereja itu satu juga. Ajaran-ajaran yang saling bertentangan ini tidak semuanya benar, kalua begitu bagaimana ajaran Kristen yang mula-mula, ajaran Kristen zaman Para Rasul. Dalam kegelisahan dan pertanyaannya serta kerinduan akan Gereja mula-mula  sampai suatu waktu  ia menemukan jawabannya oleh Rahmat Tuhan di Seoul – Korea pada buku yang ia beli berjudul “The Orthodox Cruch karangan Episkop Kalistos Ware (di Seoul – Korea Romo Daniel muda mengambil pendidikan di Sekolah Theologi selama 5 tahun), di Korea juga ia bergabung dengan Gereja Orthodox (Gereja Orthodox dari Misi Rusia) dan menjadi orang Indonesia pertama di zaman modern yang memeluk iman Orthodox.  Setelah dari Korea atas tuntunan Tuhan Romo Daniel muda pergi ke Yunani dan Amerika untuk melanjutkan belajar tentang Iman Rasuliah, yang Pada tahun 1987 Romo Daniel ditahbiskan menjadi Romo Diakon Daniel, sebagai rohaniawan yang selibat (tidak menikah, meskipun dalam Gereja Orthodox juga diizinkan memiliki isteri, saat sebelum tahbisan harus sudah menikah) di Gereja Orthodox Salib Kudus, Pittsburgh, Pa, oleh Episkop Maximos dari Pittsburgh. Tahun 1988 Romo Diakon Daniel diangkat dan ditahbiskan menjadi Romo Presbyter Daniel dalam Gereja Orthodox Jana Suci Rasul Paulus di North Royalton, Cleveland, OHIO, oleh Episkop Maximos.

             Pada tahun 1988 Romo Daniel tiba di Indonesia dan menemui keluarganya dipulau Jawa untuk memberitahukan kepada mereka Iman Orthodox, sehingga mereka tertarik dan bergabung dengan Iman Orthodox. Setelah itu Romo Daniel pergi ke Solo untuk memulai Penginjilannya dengan mendirikan “Yayasan Suara Dharma Tuhu”, yang kemudian dirubah menjadi “Yayasan Orthodox Injili Indonesia”, didepan Notaris Ibu Monica Sri Widiyanti Adi Sutjipto.


2.2 Penetapan Gereja Orthodox Indonesia Sebagai Lembaga Gerejawi

Kantor Yayasan Orthodox Injili Indonesia beralamat di perumahan dosen Baturan, dengan dua orang pegawai kantor : Sdr.Parluhutan Manalu (sekarang dikenal Romo Chrysostomos Manalu) dan Sdr.Khristodoulos Wahyu Utomo Nugroho. Tempat Ibadah Orthodox berada diruang tengah kantor Yayasan. Tahun 1988-1990 karya Romo Daniel dalam menyebarkan Iman Ortodox di Indonesia, berada dibawah ikatan hukum kanon dengan wilayah ke-Episkop-an Pittsburg. Komunitas-komunitas Orthodox mulai terbentuk disekitar Solo, seorang penginjil pedesaan lulusan STTII Sdr.Sri Gunarjo (saat ini dikenal Romo Methodius) dari desa Grasak, Boyolali, bergabung dengan Gereja Orthodox dan diangkat Romo Daniel sebagai pegawai Yayasan. Masa itu juga pelayanan Orthodox Indonesia oleh Romo Daniel banyak lewat undangan-undangan untuk ceramah, khotbah, dialog antar Agama, KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), mengajar di  perguruan-perguruan tinggi dan kegiatan-kegiatan lainnya.

             Komunitas umat Orthodox mulai terbentuk di beberapa daerah, Romo Daniel mendaftarkan Yayasan Orthodox Injili Indonesia sebagai Lembaga Gerejawi di DEPAG RI (Departemen Agama Republik Indonesia). Sri Paus Yohanes Paulus dari Roma Katolik pernah mengutus Romo Suryo dan Romo Paulus, Pastur dari Roma Katolik di Kleco Solo dan Keuskupan Semarang, untuk bertemu Romo Daniel guna mengetahui keadaannya dalam memulai karya Kerasulannya di Indonesia. Setelah itu kantor Yayasan pindah ke Jalan Pajajaran, Sumber Tringkilan, RT 02, RW 15 Solo dan tempat Ibadah Orthodox berpindah tempa di  Tingkat 2, Hotel Kaloka, di Jalan Gajah Mada, Solo.

             Oleh pertolongan Tuhan melalui Bapak Eliezer Sutarno dari kantor DEPAG Solo dan Bapak Parwoto Kakanwil DEPAG Bimas Kristen Semarang, Romo Daniel berhasil mendaftarkan Gereja Orthodox Indonesia ke Dirjen Bimas Kristen yang dipimpin oleh Dirjen Soenarto Martowiloyo.

Pada tahun 1991 dibawah Bapak Dirjen Yan Kawatu, Gereja Orthodox Indonesia (GOI) secara resmi diakui sebagai Lembaga Gerejawi yang sah dengan masa percobaan selama lima tahun, yang berarti Romo Daniel juga adalah Pendiri dan Ketua Umum Gereja Orthodox Indonesia. Pada masa itu setelah dua tahun Romo Daniel secara internal Lembaga Gerejawi berada dibawah Episkop Maximos dari Pittsburgh, akhirnya pelayanannya diletakan dibawah wilayah ke-Episkop-an Agung New Zeland dibawah Metropolitan (semacan Uskup Agung) Dionysios.

             Kunjungan pertama ke Indonesia Metropolitan Dionysios bersama Arkhimandrit Sotirios Trambas dari Korea, menyaksikan diadakannya baptisan masal di sumber air Cakra, Tulung Agung, Klaten, serta diangkatnya Romo Daniel ke jenjang Arkhimandrit secara jenjang ke-Imam-an juga sebagai Vikaris Episkop untuk Indonesia bagi tugas administrasi. Masa itu juga akhirnya Arkhimandrit Romo Daniel dengan usahanya berhasil mengirim beberapa orang untuk sekolah di luar negeri, yaitu :

  • Sdr.Gregorius Eko Budi Setyarso, kuliah di Adelaide, Australia, disusul tak lama
  • Sdr.(Chrysostomos) Parhulutan Manalu, pegawai Arkhimandrit Romo Daniel di kantor GOI, kuliah di Universitas Theologia Orthodox Tesalonika Yunani
  • Sdri.(Taxiarkhia) Jayanti Penny Titi Bintari ke Universitas Theologia Orthodox St.Sergius di Paris Prancis
  • Sdr.Timotius Joko Umbar Wibowo, kuliah di Sekolah Theologi Athena Yunani
  • Sdri.Margareta Latisa Wau, kuliah di Sekolah Theologi Athena Yunani

Sdr.Joko menikah dengan Sdri.Margaretha dan mahasiswa itu ditahbis di Yunani menjadi Romo Timotius. Saat itu juga pulangnya tiga mahasiswa Indonesia dari luar Amerika Serikat, yaitu :

  • Lazarus Bambang Sucanto
  • David Samiyono
  • Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono (ditahbis oleh Episkop Maximos dari Pittsburgh sebagai Romo Yohanes)

Bersamaan dengan itu mendirikan Sekolah Theologia “Salib Kudus” yang pada saat itu dimulai dengan lima mahasiswa namun karena kurang dukungan yang kuat maka tidak dapat berlanjut.


2.3 Visi dan Misi Gereja Orthodox Indoensia

             Sejak awal Arkhimandrit Romo Daniel memiliki beban visinya tentang kontekstualisasi Injil dalam budaya Indonesia dan dalam kontes ke-Indonesiaan, oleh karena itu pada tahun selama di Amerika Arkhimandrit Romo Daniel sering berbagi hal tersebut (visi karya apostolotnya) untuk Indonesia dengan ke empat mahasiswa Indonesia di Amerika, yaitu : Romo Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono, Lazarus Bambang Sucanto, David Samiyono dan Matius Bambang Wahyu Budiharjo.

Setelah Romo Daniel tiba di Indonesia dan mengawali visi karya apostolotnya, pada saat itu menjadi masa-masa yang berat, namun dalam kondisi tersebut Arkhimandrit Romo Daniel mendapat dukungan moral dan selalu didampingi oleh satu umat Orthodox Indonesia yang sering membantu di kantor Yayasan meskipun bukan pegawai resmi, yaitu Setir Cahyadi (sekarang dikenal Romo Alexios Setir Cahyadi).

Visi Orthodox Indonesia tersebut adalah untuk membawa Iman Orthodox yang bersifat Indonesiawi, yaitu iman Orthodox dari orang Indonesia, yang artinya Iman Orthodox itu bukan disebarkan oleh orang bukan negara Indonesia, dan tidak terdapat kepentingan negara lain dalam hal Orthodox Indonesia, namun oleh putera dan puteri Indonesia, dengan tujuan akhir akan adanya pimpinan-pimpinan Gereja (para Episkop) orang Indonesia sendiri dan bagi Indonesia. Hal tersebut berarti ekspresi Injil harus dikontekstualisasikan dalam budaya Indonesia, bukan budaya dan bahasa bangsa lain.

Untuk menggenapi visi tersebut dengan menereapkan prinsip theology inkarnasi yang dapat dijabarkan dalam tiga prinsip, yaitu :

  • Swadana (self-support)
  • Swakelola (self-government)
  • Swasebar (self-propagation)

Sehingga Gereja Orthodox Indonesia nanti akan bersifat Gereja yang betul-betul melek Alkitab, melek theology, faham akan makna ibadah-ibadah, taat dalam kehidupan secara Injiliah, tekun dalam hidup doa, misioner, memiliki komitmen tinggi pada kehidupan komunitas, sehingga akan memilik dampak yang luas dalam masyarakat, bangsa dan negara.

3. Riwayat Legalitas Gereja Orhodox Indoneisa

3.1 Yuridiksi Gereja

             Yuridiksi adalah wilayah/daerah tempat berlakunya sebuah undang-undang yang berdasarkan hukum, dalam hal ini Yuridiksi dalam Gereja Orthodox berarti Gereja-Gereja yang berada dibawah perlindungan hukum dari suatu ke-Episkop-an dalam urusan Gereja dan administratifnya. Gereja Orthodox Indonesia sendiri mengalami perpindahan dibawah naungan ke-Episkop-an salam penyelarasan visi misi Gereja Orthodox Indonesia dimana secara Kekristenan berurusan dengan wilayah yuridiksi ke-Episkop-an terkait namun secara pertanggung jawaban kegiatan Gerejawi di Indonesia bertanggung jawab juga pada Pemerintah Republik Indonesia. Berikut beberapa Riwayat yuridiksi Gereja Orthodox Indonesi yaitu :

  • Tahun 1988 – 1990, berada di bawah ke-Episkop-an Maximos dari Pittsburgh
  • Tahun , berada dalam wilayah ke-Episkop-an Agung New Zeland, di bawah Metropolitan Dionysios
  • Tahun 2005 - , penerimaan dari Patriarkh Konstatinopel untuk Gereja Orthodox Indonesia dalam yuridiksi Gereja Orthodox Rusia diluar Rusia (Russian Orthodox Chruch Outside of Russia, ROCOR) dibawah Metropolitan Hilarion dari ke-Episkop-an Agung Australia dan Selandia Baru
  • Tahun 2019 sampai sekarang, berada dibawah Sinode Genuine Greek Orthodox Chruch (GGOC)


3.2 Perizinan Dalam Hukum-Hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia

  • Tahun 1988 - 1991, Yayasan Suara Dharma Tuhu
  • Berubah nama menjadi Yayasan Injili Orthodox Indonesia
  • Mendaftarkan Yayasan Injili Orthodox Indonesia ke DEPAG RI sebagai Lembaga Gerejawi, Nomor: 189/th.1991
  • Mendapatkan izin dari DEPAG RI sebagai Lembaga Gerejawi, dengan masa percobaan lima tahun
  • Tahun 1996, Penetapan Gereja Orthodox Indonesia oleh Dirjen Bimas Kristen sebagai Lembaga Gerejawi Permanent dengan Nomor Keputusan : F/Kep/HK.00.5/19/637/1996
  • Tahun 2001, Pusat Gereja Orthodox Indonesia di Jakarta, terdaftar dengan SK Dirjen Bimas Kristen DEPAG RI, Nomor : F/Kep./HK.00.5/20/708/2001
  • Tahun 2006,  Pembaharuan SK Dirjen Bimas Kristen DEPAG RI tentang Gereja Othodox Indonesia sebagai Lembaga resmi dari Gereja Orthodox di Indonesia Nomor : DJ.III/Kep/HK.00.5/190/2006

4. Klerus-Klerus Gereja Orthodox Indonesia

4.1 Presbiter

  • Arkhimandrit Romo Daniel Bambang Dwi Byantoro
  • Romo Alexios Setir Cahyadi
  • Romo Yohanse Bambang Cahyo Wicaksono
  • Romo Anthonius Bambang Setiatmojo
  • Romo Markus Wiyono
  • Romo Michael Momongan
  • Romo Makarios Rudyo Mursanto
  • Romo Michael Roring
  • Romo Nikon Jemmy Frans
  • Romo Juventinus Agastyan Kenanga Bumi
  • Romo Yakobus Jimmy Mboe
  • Romo Stavros Kristian Danu


4.2 Diakon

  • Romo Diakon Abraham Sri Nugroho
  • Romo Diakon Dimitri Ivan Rosa
  • Romo Diakon Prokopius Widiantro


4.3 Sub-Diakon

  • Sub-Diakon Kristoforus
  • Sub-Diakon Athanasius Khaerul Munawar
  • Sub-Diakon Tomas Wijaya
  • Sub-Diakon Yohanes Wahyu Ismoyo Sejadti
  • Sub-Diakon Gregorius Efraent Lamorahan

5. Struktur Organisasi Gereja Orthodox Indoensia

5.1 Dewan Pengurus Pusat Periode 2020 – 2025

Pendiri               : Arkhimandrit  Romo Daniel Bambang Dwi Byantoro

Penasihat          :

  • Romo Yohanse Bambang Cahyo Wicaksono
  • Romo Alexios Setir Cahyadi
  • Romo Anthonius Bambang Setiatmojo

Ketua                 : Romo Makarios Rudyo Mursanto

Sekertaris          : Romo Yakobus Jimmy Mboe

Bendahara        : Romo Juventinus Agastyan Kenanga Bumi


5.2 Dewan Pastoral Periode Tahun 2020 - 2023

Ketua                 : Sub-Diakon Athanasius Khaerul Munawar

Sekertaris          : -

Bendahara        : Serafim Peeter


5.3 Departemen-Departemen

Dep. Misi/Media            : Yohanes Roy

Dep.Redaksi Website    : Irene Wahyu Widuri

Dep.Literatur                  :

  • Chryse Tantri
  • Theodora Erawati

Dep.Anak dan Pemuda : Sub-Diakon Dorotheus Gunawan

Dep.Wanita                    : Helena Luki Hendrawati


5.4 Koordinator Wilayah Periode Tahun 2020 - 2023

Sumatera                                       : Lentera Pangaribuan

Jawa                                                : Langsung Presbyter Parokia/Ketua pengurus Parokia masing-masing

Sulawesi, Maluku, Papua            : Romo Michael Roring

Kalimantan, Bali, NTB, NTT         : Ephipanios Agung Priambodo

6. Penyebaran Gereja Orthodox Indonesia

6.1 Parokia

Tritunggal Maha Kudus, Surakarta (berdiri tahun 1988)

Alamat :Jl.Pajajaran Barat No.20 RT 02/RW XV Sumber – Surakarta

Klerus  :

  • Romo Alexios Setir Cahyadi
  • Romo Makarios Rudyo Mursanto
  • Sub-Diakon Christophoros Indra Sumantri

Kegiatan :

  • Ibadah Rabu Senja, Pukul 18:00 WIB
  • Ibadah Sabtu Senja, Pukul 18:00 WIB
  • Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Janasuci Dimitrios dari Tesalonika, Mojokerto (berdiri tahun 1995)

Alamat : Jl.Gatul V No.7, Puri, Mojokerto

Klerus  :

  • Romo Yohanse Bambang Cahyo Wicaksono
  • Romo Stavros Kristian Daru
  • Romo Diakon Prokopius Widiantro
  • Sub-Diakon Yohanes Wahyu Ismoyo Sejadti

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Janasuci Matius, Boyolali

Alamat : Jl.Tentara Pelajar No.25 Dukuh Karangturi, RT 001/RW 004, Desa Mudal, Kec.Boyolali,   Kab.Boyolali

Klerus :

  • Romo Markus Wiyono
  • Romo Diakon Abraham Sri Nugroho

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Janasuci Nikolaos dari Myra, Surabaya

Alamat : Jl.Kutisari Indah Utara 4/32 Surabaya

Klerus : Romo Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono

Kegiatan: Sementara tidak aktif karena pandemic COVID-19, kegiatan dipindah ke Mojokerto


Parokia Janasuci Gregorius dari Nyssa, Minahasa

Alamat : Desa Raringis Selatan Jaga 2, Kec.Langowan Barat, Kab.Minahasa Sulawesi Utara

Klerus : Romo Micahael Momongan

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Parokia Janasuci Petrus dan Paulus, Tangerang

Alamat : Ruko Melati Mas Square Blok A1 No.51, Jl.Raya Serpong, Kel.Lengkong Karya, Kec.Serpong Utara,Kota Tangerang Selatan, Banten

Klerus : Romo Yakobus Jimmy Mboe

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Parokia Barbara, Salatiga

Alamat : Gracia Land no 2, gunung sari RT 04/RW 06 kel.Sidorejo kidul, Kec.Tingkir, Salatiga

Klerus :

  • Romo Anthonius Bambang Setiatmojo
  • Romo Juventinus Agastyan Kenanga Bumi
  • Romo Diakon Dimitry Ivan Rosa

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


Parokia Mikhael Sang Penghulu Malaikat, Manado

Alamat : Jl.Arnold Mononutu No.9, Wanea, Manado

Klerus : Romo Michael Roring

Kegiatan : Liturgi Perjamuan Kudus, Minggu, Pukul 09:00 WIB


6.2 Komunitas

Janasuci Romanos Sang Pengidung, Purwokerto

Alamat : Perum Puri Darmawangsa No. 18 Beji, Kec.Baturraden, Kab.Banyumas, Jawa Tengah

Klerus :

  • Romo Alexios Setir Cahyadi
  • Sub Diakon Tomas Wijaya

Kegiatan:


Janasuci Stefanus Sang Martir, Minahasa Selatan

Alamat : Amurang Buyungon Lingkungan 2, Jalan Trans Sulawesi, Minahasa Selatan

Klerus : Romo Nikon Jemmy Frans

Kegiatan:


Janasuci Petrus, Semarang

Alamat : Jl.Taman Mangga No.1 Semarang

Klerus : Romo Makarios Rudyo Mursanto

Kegiatan:


Para Rasul Kudus, Makasar

Alamat : Perumahan Desa Hijau Blok C/2 Barombong, Makasar

Klerus : Sub Diakon Gregorius Efraent Lamorahan

Kegiatan:


Janasuci Andreas, Tegal

Alamat : Jalan Raya Pegirikan RT 01/RW 03, Talang, Tegal

Klerus : Romo Alexios Setir Cahyadi

Kegiatan:


Janasuci Athanasius dari Mesir, Surabaya Barat

Alamat : Perumahan Grand Pakuwon, Cluster Adeleide JF1 53

Klerus : Dibawah bimbingan Romo Yohanes Bambang Cahyo Wicaksono

Kegiatan:


Janasuci Yohanes Krisostomos, Bali

Alamat : Hotel Restu Bali Jl. Legian 113, Kuta Bali

Klerus : Damaskinos David Tilukay

Kegiatan:


Janasuci Andreas, Bekasi

Alamat : Homeschooling Summarecon Jl.Ahmad Yani, Bekasi Utara

Koordinator : Bowo Swasono

Kegiatan :



Janasuci Martir, Yogyakarta

Alamat : Jl.Stadion Maguwoharjo O5/35 Nglarang Malangrejo Wedomartani Ngemplak Sleman, Yogyakarta

Koordinator : Pandu Yoga

Kegiatan :


Janasuci Basilius Agung, Depok

Alamat : Jl.Flamboyan Jembatan Panus, Depok Lama

Koordinator : Timothy

Kegiatan :

Janasuci Thomas Sang Rasul, Sorong – Papua Barat

Alamat : Jl.Sorong, Klamono Km.17 (sebelum perumahan Kehutanan/taman bunga)

Koordinator : Oly Way

Kegiatan :



Janasuci Mrtir Wanita Thomias dari Alexandria, Maybrat Papua Barat

Alamat : Jl.Moraran Kamp.Karsu Distrik Aitinyo, Kab.Maybrat, Papua Barat

Koordinator : Oly Way

Kegiatan :

7. Kegiatan-Kegiatan Gereja Orthodox Indonesia

Kegiatan-kegiatan dari Gereja Orthodox Indonesia berkaitan dengan Orthodoxia (ajaran yang benar), Ortholatria (penyembahan yang benar) dan Orthopraxia (praktik hidup yang benar). Kegiatan-kegiatan tersebut berupa :

  • Liturgi dan Perayaan-Perayaan Suci pada Parokia Gereja Orthodox Indonesia
  • Ibadah/Sembahyang  pada Komunitas Gereja Orthodox Indonesia
  • Katekisasi Nasional Gereja Orthodox Indonesia
  • Padepokan (Biara) Gereja Orthodox Indonesia, St.Pakhomius
  • Menerbitkan buku-buku tentang Orthodox : Jakarta/Tangerang “Terang Timur (Shopee)”, “NatShop28 (Tokopedia)”  dan Surabaya “Kios Ortodoks ST NIKOLAS (Tokopedia)”
  • Publikasi lewat media sosial
  • Sekolah Theologi Orthodox Indonesia

8. Lain-lain dalam masa berdirinya Gereja Orthodox Indonesia

8.1 Fitnah dan upaya merebut GOI dari Visi-Misi Romo Daniel (Tahun 2009)

             Waktu itu beredarnya fitnah kepada Arkhimandrit Romo Daniel, bukan hanya itu saja, tedapat juga upaya-upaya untuk merebut posisi pendiri dan ketua dari Gereja Orthodox Indonesia dikarenakan Visi dan Misi kontekstualisasi Iman Orthodox secara Indonesiawi yang menjadi garis besar terhambatnya atau tidak dapat berjalannya kepentingan tertentu dari oknum-oknum yang memfitnah tersebut.

             Fitnah tersebut seputar tentang Arkhimandrit Romo Daniel bukan pendiri dan ketua umum Gerjea Orthodox Indonesia, dan sebagainya, dengan membawa nama pimpinan wilayah yuridiksi Gereja Orthodox tertentu. Setelah masa sulit tersebut Tuhan membela Arkhimandrit Romo Daniel dengan diterbitkannya surat yang keluar dari Metropolitan Hilarion – Gereja Orthodox Indonesia diluar Rusia (ROCOR) Nomor : 2-17/09, bahwa Arkhimandrit Romo Daniel adalah pendiri dan ketua Gereja Orthodox Indonesia juga sebagai Imam untuk Indonesia.


8.2 Fitnah pemcetan Romo Daniel dan tidak Kanonik (Tahun 2019)

             Oknum-oknum yang memusuhi Arkhimandrit Romo Daniel melontarkan lagi fitnah bahwa Arkhimandrit Romo Daniel telah dipecat dari ke-Imam-annya dan menjadi Gereja Orthodox yang tidak kanonik serta keluarlah aturan dimana oknum-oknum yang membenci Arkhimandrit Romo Daniel melarang orang-orang untuk mengikuti dalam rupa apapun kabar Injil dan Orthodox baik secara langsung maupun media elektronik, dengan membawa nama pimpinan wilayah yuridiksi Gereja Orthodox tertentu.

             Dalam hal ini juga Tuhan membela Arkhimandrit Romo Daniel, adanya surat yang dikeluarkan oleh Metropolitan Hilarion – Gereja Orthodox Indonesia diluar Rusia (ROCOR) Nomor : 7-21/19,  bahwa Arkhimandrit Romo Daniel tidak dipecat dan mendapatkan pembebasan untuk memilih beranung pada wilayah yuridiksi Gereja Orthodox yang kanonik.


8.3 Holly Cross Mission menulis tentang Arkhimandrit Romo Daniel

             Sebuah organisasi misi dari The Australian Orthodox Church menulis tentang Arkhimandrit Romo Daniel  sebagai berikut : “Arkhimandrit Romo Daniel  adalah sungguh misionaris Orthodox modern dalam mengikuti Langkah kaki St.Kyrillos and Methodios, Rasul bagi bangsa Slavia, St.Innocentius dari Alaska, Rasul untuk bangsa Amerika dan St.Nikholas, Rasul untuk bangsa Jepang. Romo Daniel sendiri sudah mendirikan banyak Parokia dan mempertobatkan ribuan orang pada Iman Orthodox. Untuk alasan ini kami dengan kasih menggelari dia sebagai Rasul bangsa Indonesia.

Referensi

  • Gereja Orthodox Jilid II, Ajaran-ajaran Gereja Rasuliah Purba (Kekristenan Timur), Timothy W. Ph.D & Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, Ph.D
  • Sejarah Singkat Gereja Orthodox Indonesia (GOI), Arkhimandrit Romo Daniel Byantoro, Ph.D

Pranala luar

https://gerejaorthodoxindonesia.com/

  1. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama russkiy