Lompat ke isi

Pragmatik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan isi artikel
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Saiful Arvandy (bicara | kontrib)
menambahkan referensi
Baris 1: Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}


'''Pragmatik''' adalah cabang [[linguistik]] yang mempelajari hubungan antara [[konteks]] luar bahasa dan maksud [[tuturan]] melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.<ref>{{Cite book|last=Azzuhri, M., Farmawati, C., dan Amalia, Z. P.|date=2017|url=https://www.academia.edu/41794297/HADITS_HADITS_PROBLEMATIK_ANALISIS_LINGUISTIK_PRAGMATIK|title=Hadits-Hadits Problematik: Analisis Linguistik Pragmatik|location=Pekalongan|publisher=IAIN Pekalongan Press|isbn=978-602-6203-04-5|editor-last=Syaefudin|editor-first=Machfud|pages=1|url-status=live}}</ref> Prinsip-prinsip di dalam ppragmatik meliputi [[sintesis]] antara studi, maksud dan tuturan.<ref>{{Cite book|last=Suhartono|date=2020|url=http://repository.unesa.ac.id/sysop/files/2020-06-28_Book%20suhartono%202.pdf|title=Pragmatik Konteks Indonesia|location=Gresik|publisher=Graniti|isbn=978-602-5811-65-4|editor-last=Fidiyanti|editor-first=Murni|pages=10|url-status=live}}</ref>
'''Pragmatik''' adalah cabang [[linguistik]] yang mempelajari hubungan antara [[konteks]] luar bahasa dan maksud [[tuturan]]. Konteks luar bahasa ialah unsur di luar tuturan yang mempengaruhi maksud tuturan. Maksud tidak bisa dilihat dari bentuk dan makna saja, tetapi juga dari tempat dan waktu berbicara, siapa saja yang terlibat, tujuan, bentuk ujaran, cara penyampaian, alat berbicara, norma-norma, dan genre. Yang dipelajari dalam pragmatik meliputi tindak tutur, implikatur tuturan, interaksi percakapan, dan faktor-faktor eksternal percakapan, misalnya deiksis.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 16: Baris 16:
=== Praanggapan ===
=== Praanggapan ===
[[Praanggapan]] diartikan secara sederhana sebagai tindakan menduga sebelumnya. Dalam arti lain, praanggapan adalah dugaan mengenai lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Penduganya adalah pembicara atau penulis. Tindakan praanggapan muncul sebelum mengujarkan sesuatu. Levinson mengembangkan konsep mengenai praanggapan menjadi semacam anggapan atau pengetahuan terhadap latar belakang yang memberikan makna kepada suatu tindakan, teori, atau ungkapan. Suatu tuturan menjadi benar atau salah dapat ditentukan dengan adanya praanggapan.<ref>{{Cite book|last=Nuramila|date=2020|url=https://files.osf.io/v1/resources/zah35/providers/osfstorage/5f219d5f320805022b15a3f7?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial|location=Serang|publisher=Yayasan Pendidikan dan Sosial|isbn=978-623-7815-61-7|editor-last=H.|editor-first=Abdul Rahman|pages=10|url-status=live}}</ref>
[[Praanggapan]] diartikan secara sederhana sebagai tindakan menduga sebelumnya. Dalam arti lain, praanggapan adalah dugaan mengenai lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Penduganya adalah pembicara atau penulis. Tindakan praanggapan muncul sebelum mengujarkan sesuatu. Levinson mengembangkan konsep mengenai praanggapan menjadi semacam anggapan atau pengetahuan terhadap latar belakang yang memberikan makna kepada suatu tindakan, teori, atau ungkapan. Suatu tuturan menjadi benar atau salah dapat ditentukan dengan adanya praanggapan.<ref>{{Cite book|last=Nuramila|date=2020|url=https://files.osf.io/v1/resources/zah35/providers/osfstorage/5f219d5f320805022b15a3f7?format=pdf&action=download&direct&version=1|title=Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial|location=Serang|publisher=Yayasan Pendidikan dan Sosial|isbn=978-623-7815-61-7|editor-last=H.|editor-first=Abdul Rahman|pages=10|url-status=live}}</ref>

=== Implikatur ===
Istilah [[implikatur]] pertama kali diperkenalkan oleh [[Paul Grice]] pada tahun 1975. Impilkatur berarti maksud dari penutur yang tidak ada di dalam tuturan karena disampaikan secara berbeda dalam tuturannya. Pembicara umumnya telah mengetahui implikatur dalam [[komunikasi verbal]].<ref>{{Cite book|last=Afrilesa|first=Rini|date=2020|url=https://www.aarizky.com/admin-panel/buku/b25leHAxMTc=.pdf|title=Implikatur dalam Meme Politik: Kajian Pragmatik|location=Serang|publisher=CV. AA. Rizky|isbn=978-623-6506-35-6|pages=12|url-status=live}}</ref>


== Sumber kajian ==
== Sumber kajian ==
Sebagai disiplin ilmu, pragmatika (pragmatik) juga bersumber pada beberapa ilmu yang lainnya, antara lain:<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=3}}</ref>


=== Sosiolinguistik ===
* Filsafat kebahasaan: mempelajari bahasa dari sudut pandang suatu ungkapan atau ujaran yang dituturkan
[[Sosiolinguistik]] mengkaji tentang variasi bahasa dan penggunaan bahasa di lingkungan sosial dari suatu masyarakat. Konteks sosilinguistik berkaitan dengan pragmatik, karena sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur di luar bahasa. Hubungan antara sosioloinguistik dengan pragmatik ada dua. Pertama, pragmatik mempelajari aspek konteks yang menentukan makna dari suatu tuturan. Kedua, pragmatik mempelajari persyaratan yang mengakibatkan adanya kesesuaian antara pemakaian bahasa dalam komunikasi. Konteks diperlukan dalam pragmatik untuk bahasa-bahasa tertentu. Konteks ini berkaitan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang meliputi status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.<ref>{{Cite book|last=Syafyahya|first=Leni|date=2015|url=http://carano.pustaka.unand.ac.id/index.php/car/catalog/download/42/39/129-1?inline=1|title=Kuasa Masyarakat Atas Bahasa|location=Padang|publisher=Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Andalas|isbn=978-602-5539-20-6|pages=43|url-status=live}}</ref>
* [[Sosiolinguistik]]: mempelajari bahasa dari sudut pandang, tujuan dan situasi pemakaiannya di dalam masyarakat
* [[Antropologi]]: mempelajari bahasa dari sudut pandang asal-usul suatu bahasa yang digunakan
* [[Etnografi Bahasa|Etnografi bahasa]]: mempelajari bahasa dari sudut pandang kebudayaan penutur bahasa
* [[Linguistik]]: mempelajari bahasa dari sudut pandang struktur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi

== Variasi bahasa ==
Dalam mempelajari ilmu pragmatika, berbagai bahasa mempunyai [[ragam bahasa]]/[[variasi bahasa]] yang selalu menyesuaikan dengan konteks dan keadaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi variasi suatu bahasa, antara lain:<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=9}}</ref>
* Faktor geografis: mempelajari di daerah mana bahasa itu dipakai;
* Faktor kemasyarakatan: mempelajari siapa yang memakai bahasa dan bagaimana latar belakang masyarakat yang memakai bahasa;
* Faktor situasi berbahasa: mempelajari situasi pengguna bahasa, tempat penggunaan bahasa, dan tema yang diperbincangkan;
* Faktor waktu: mempejari kurun waktu suatu bahasa yang dipergunakan.

Ragam [[dialek]] adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan di daerah mana suatu bahasa dituturkan. Perbedaan dialek terdapat pada seluruh aspek bahasa dan lafal, [[Morfologi (linguistik)|morfologi,]] [[Sintaksis|sintaksis,]] [[Kosakata|kosa kata]] dan peribahasa, dan juga dalam pragmatik.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=10}}</ref> Sebagai contoh, Bahasa Jawa yang berbeda dengan bahasa Indonesia dalam penuturannya walaupun sama-sama digunakan orang Indonesia.

Ragam sosiolek adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan status sosial dan jabatan seseorang dalam golongan masyarakat.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=11}}</ref> Status seseorang dalam golongan masyarakat sangat mempengaruhi keberagaman dalam berkomunikasi. Sebagai contoh dalam bahasa Jawa terdapat [[Bahasa Bagongan]], [[Bahasa Krama|Bahasa krama]], dan [[Bahasa Ngoko|Bahasa ngoko]] yang akan dipergunakan sesorang dalam berkomikasi dengan melihat siapa lawan bicaranya.

Ragam [[fungsiolek]] adalah ragam bahasa yang berkaitan dengan situasi berbahasa, siapa pemakai bahasa, dan topik dari suatu bahasa.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=12}}</ref>

Ragam [[kronolek]] adalah ragam bahasa yang berhubungan dengan perubahan bahasa dalam suatu kurun waktu tertentu. Bahasa yang ada bersifat dinamis dan selalu berubah seiring berjalannya waktu, menurut fungsi dan kegunaannya.<ref name="rujukan2">{{cite book|author=Prof. Dr. P. W. J. Nababan|title=Ilmu Pragmatik(Teori dan Penerapannya)|year=1987|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|place=Jakarta|page=15}}</ref>

== Macam tindak bahasa ==
Berdasarkan tujuannya, pertuturan dapat dikelompokkan seperti berikut:<ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/156874430|title=Pesona bahasa : langkah awal memahami linguistik|last=1948-|first=Gunawan, Fitri,|last2=Untung,|first2=Yuwono,|last3=T.,|first3=Lauder, Multamia R. M.|isbn=9789792216813|location=Jakarta|oclc=156874430}}</ref>
# Asertif, yang melibatkan penutur kepada kebenaran atau kecocokan proposisi, misalnya ''menyatakan, menyarankan,'' dan ''melaporkan'';
# Direktif, yang tujuannya adalah tanggapan berupa tindakan dari mitra tutur, misalnya ''menyuruh, memerintahkan, meminta, memohon,'' dan ''mengingatkan'';
# Komisif, yang melibatkan penutur dengan tindakan atau akibat selanjutnya, misalnya ''berjanji, bersumpah,'' dan ''mengancam'';
# Ekspresif, yang memperlihatkan sikap penutur pada keadaan tertentu, misalnya ''berterima kasih, mengucapkan selamat, memuji, menyalahkan, memaafkan,'' dan ''meminta maaf'';
# Deklaratif, yang menunjukkan perubahan setelah diujarkan, misalnya ''membaptiskan, menceraikan (secara lisan), menikahkan,'' dan ''menyatakan''.


== Tokoh pemikir ==
== Tokoh pemikir ==

=== Charles W. Morris ===
Charle W. Morris merupakan tokoh pemikir yang memperkenalkan istilah pragmatik untuk mewakili kegiatan pengkajian seluk-beluk penggunaan bahasa di bidang linguistik. Morris merupakan penganut [[behaviorisme]] dari [[Amerika Serikat]]. Ia mengembangkan pemikirannya dengan sumber inspirasi dan [[John Locke]] dan [[Charles Sanders Peirce]]. Kedua tokoh ini merupakan penganut pragmatisme yang kemudian mengembangkan semiotika. Morris mengembangkan semiotika dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Menurutnya, pragmatik merupakan studi tentang hubungan tanda-tanda yang melibatkan [[tafsiran]].<ref>{{Cite book|last=Marwiah|date=2020|url=https://library.unismuh.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/NGFmZmE1Yjg3NWQyMzZmNTk0NjkwODkzYTc0NjBkNDY1NzNkNzdjNg==.pdf|title=Kajian Tindak Tutur: Studi Kasus pada Istri Komunitas TNI|location=Makassar|publisher=LPP Unismuh Makassar|isbn=978-623-7349-17-4|pages=37-38|url-status=live}}</ref>


=== George Yule ===
=== George Yule ===
Baris 57: Baris 36:


=== Analisis humor ===
=== Analisis humor ===
Analisis makna terhadap suatu [[humor]] dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu ilmu pragmatik yaitu bahasa samar. Makna dari suatu humor diketahui melalui pengungkapan makna atau ekspresi yang tidak dinyatakan secara jelas. Penggunaan bahasa samar dalam analisis makna di dalam humor disebabkan oleh sifat humor yang menyesuaikan dengan budaya dari penutur dan pendengar tuturannya. Persepsi budaya juga berlaku bagi humor yang disampaikan melalui tulisan oleh penulis untuk pembacanya. Pemahaman terhadap budaya dari penutur diperlukan untuk memahami kelucuan dari tuturannya.<ref>{{Cite book|last=Jaufillaili|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Analisis_Bahasa_Samar_Dalam_Humor_Komik/CZ8iEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Analisis Bahasa Samar dalam Humor Strip: Satu Kajian Pragmatik|location=Bandung|publisher=Penerbit Media Sains Indonesia|isbn=978-623-6068-55-7|editor-last=Rerung|editor-first=Rintho Rante|pages=4|url-status=live}}</ref>
Analisis makna terhadap suatu [[humor]] dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu ilmu pragmatik yaitu bahasa samar. Makna dari suatu humor diketahui melalui pengungkapan makna atau ekspresi yang tidak dinyatakan secara jelas. Penggunaan bahasa samar dalam analisis makna di dalam humor disebabkan oleh sifat humor yang menyesuaikan dengan budaya dari penutur dan pendengar tuturannya. Persepsi budaya juga berlaku bagi humor yang disampaikan melalui tulisan oleh penulis untuk pembacanya. Pemahaman terhadap budaya dari penutur diperlukan untuk memahami kelucuan dari tuturannya.<ref>{{Cite book|last=Jaufillaili|date=2021|url=https://www.google.co.id/books/edition/Analisis_Bahasa_Samar_Dalam_Humor_Komik/CZ8iEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=pragmatik&printsec=frontcover|title=Analisis Bahasa Samar dalam Humor Strip: Satu Kajian Pragmatik|location=Bandung|publisher=Penerbit Media Sains Indonesia|isbn=978-623-6068-55-7|editor-last=Rerung|editor-first=Rintho Rante|pages=4|url-status=live}}</ref>

== Penerapan ==

=== Kajian sastra ===
Pragmatik merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kajian sastra. Fokus utamanya berkaitan dengan peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca adalah menentukan kelayakan suatu karya sastra untuk disebut sebagai karya sastra. Kelayakan karya sastra di dalam pendekatan pragmatik berkaitan dengan kemampuan karya sastra dalam menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan yang ingin disampaikan dapat berupa tujuan [[politik]], pendidikan, [[moral]], [[agama]] atau tujuan yang lainnya. Keberhasilan suatu karya sastra dinilai berdasarkan keberhasilan penyampaian tujuan kepada pembaca. Pendekatan pragmatik lebih mengutamakan gungsi dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Bentuk pengajarannya berupa moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Suatu karya sastra dianggap berkualitas jika nilai pendidikan di dalamnya semakin banyak pula.<ref>{{Cite book|last=Wicaksono, A., dkk.|date=2018|url=https://www.researchgate.net/profile/Emawati-Emawati-4/publication/342110784_PENDEKATAN_SASTRA_BERORIENTASI_PADA_TEKS_PENGARANG_PEMBACA_DAN_KONTEKS/links/5ee2c5f4458515814a5813ef/PENDEKATAN-SASTRA-BERORIENTASI-PADA-TEKS-PENGARANG-PEMBACA-DAN-KONTEKS.pdf|title=Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya|location=Yogyakarta|publisher=Penerbit Garudhawaca|isbn=978-602-6581-36-5|pages=86-87|url-status=live}}</ref>

=== Penerjemahan ===
[[Penerjemahan]] merupakan proses interaktif yang melibatkan unsur semiotika, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Ketiga unsur ini digunakan dalam analisis maupun sintesis. Kemungkinan yang dapat timbul selama ketiga proses tersebut berlangsung ialah cepatnya proses penyelesaian dan adanya perpaduan antara analisis dan sintesis menggunakan pendekatan simultan terhadap klausa. Simultan ini dapat berbentuk pengenalan pola maupun prosedur inferensi yang sebelumnya telah dilandasi oleh pengalaman dan harapan.<ref>{{Cite book|last=Siregar|first=Roswani|date=2017|url=https://alazhar-university.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/Rowani_Siregar-Buku-Strategi-Penerjemahan_compressed.pdf|title=Strategi Penerjemahan Dokumen Kontrak|location=Medan|publisher=Pustaka Bangsa Press|isbn=978-602-1183-31-1|pages=33|url-status=live}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 12 Desember 2021 08.44

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara konteks luar bahasa dan maksud tuturan melalui penafsiran terhadap situasi penuturannya.[1] Prinsip-prinsip di dalam ppragmatik meliputi sintesis antara studi, maksud dan tuturan.[2]

Sejarah

Pandangan awal mengenai pragmatik dikembangkan oleh Charles W. Morris pada tahun 1938. Landasan pengembangan pragmatik yang digunakan oleh Morris adalah semiotika. Ilmu semiotika dibagi oleh Morris menjadi semantik, sintaksis dan pragmatik. Ilmu pragmatik kemudian berkembang di Eropa selama periode 1940-an. Pada tahun 1960, Michael Halliday mengembangan sebuah teori sosial yang menjadikan bahasa sebagai sebuah fenomena sosial. Selanjutnya, di Amerika Serikat pada tahun 1962 berkembang paham pragmatik yang berasal dari pemikiran filsafat J. L. Austin. Karya Austin yang mempengaruhi ilmu pragmatik di Amerika Serikat ialah sebuah buku berjudul How to Do Things with Words (1962). Pemikiran utama dari Austin ialah mengenai tuturan performatif dan konstatif serta gagasan tentang lokusi, ilokusi, perlokusi dan daya ilokusi dari tuturan. Ilmu pragmatik di Amerika Serikat juga dipengaruhi oleh murid Austin yang bernama John Searle. Ia mengembangkan pemikiran-pemikiran Austin dan menerbitkan karya-karyanya mengenai pragmatik pada tahun 1969 dan 1975. Konsep penting yang dikembangkan oleh Searle adalah tentang tindak tutur. Selain Austin dan Searle terdapat beberapa pemikir lainnya yaitu Paul Grice, John Rankine Goody, Stephen C. Levinson dan Mey. [3]

Pemaknaan

Istilah pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh Charles W. Morris melalui pembagian semiotika.[4] Pragmatik memiliki dua makna dalam arti yang luas maupun sempit. Secara luas, pragmatik diartikan sebagai salah satu bagian dari semiotika. Pemaknaan ini diberikan oleh Morris. Pragmatik dalam arti luas ini digunakan dalam berbagai karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan bahasa, antara lain psikpatologi komunikasi dan evolusi sistem simbol. Sementara dalam arti sempit, pragmatik merupakan suatu kondisi penelitian yang memiliki rujukan nyata tehadap pengguna bahasa atau pembicara. Pemaknaan kedua ini diberikan oleh Rudolf Carnap.[5]

Aspek

Tindak tutur

Istilah dan teori mengenai tindak tutur pertama kali diperkenalkan oleh J. L. Austin pada tahun tahun 1955 di Universitas Harvard, Inggris. Gagasan tertulis Austin terhadap teori tindak tutur baru diterbitkan pada tahun 1962 dalam sebuah buku berjudul How to Do Things with Words. Dalam karya tulisnya ini, Austin berpendapat bahwa tindakan terjadi selama individu mengatakan tentang sesuatu. Contoh yang diberikan untuk pendapatnya ini adalah ucapan janji yang melibatkan tindakan perjanjian, serta ucapan maaf yang melibatkan tindakan meminta maaf. Austin mengemukakan bahwa setiap ujaran tidak hanya merupakan tindakan untuk mengatakan sesuatu, tetapi juga bagian dari melakukan tindakan. Pandangan Austin mengenai tindak tutur mempengaruhi kajian linguistik.[6] Tindak tutur yang dikembangkan oleh Austin terbagi menjadi lokusi, ilokusi dan perlokusi.[7] Lokusi merupakan tindak menuturkan sesuatu, sementara ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Sedangkan perlokusi merupakan maksud tuturan yang memberikan suatu pengaruh atau akibat kepada pendengar.[8]

Praanggapan

Praanggapan diartikan secara sederhana sebagai tindakan menduga sebelumnya. Dalam arti lain, praanggapan adalah dugaan mengenai lawan bicara atau hal yang dibicarakan. Penduganya adalah pembicara atau penulis. Tindakan praanggapan muncul sebelum mengujarkan sesuatu. Levinson mengembangkan konsep mengenai praanggapan menjadi semacam anggapan atau pengetahuan terhadap latar belakang yang memberikan makna kepada suatu tindakan, teori, atau ungkapan. Suatu tuturan menjadi benar atau salah dapat ditentukan dengan adanya praanggapan.[9]

Implikatur

Istilah implikatur pertama kali diperkenalkan oleh Paul Grice pada tahun 1975. Impilkatur berarti maksud dari penutur yang tidak ada di dalam tuturan karena disampaikan secara berbeda dalam tuturannya. Pembicara umumnya telah mengetahui implikatur dalam komunikasi verbal.[10]

Sumber kajian

Sosiolinguistik

Sosiolinguistik mengkaji tentang variasi bahasa dan penggunaan bahasa di lingkungan sosial dari suatu masyarakat. Konteks sosilinguistik berkaitan dengan pragmatik, karena sosiolinguistik mengkaji unsur-unsur di luar bahasa. Hubungan antara sosioloinguistik dengan pragmatik ada dua. Pertama, pragmatik mempelajari aspek konteks yang menentukan makna dari suatu tuturan. Kedua, pragmatik mempelajari persyaratan yang mengakibatkan adanya kesesuaian antara pemakaian bahasa dalam komunikasi. Konteks diperlukan dalam pragmatik untuk bahasa-bahasa tertentu. Konteks ini berkaitan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang meliputi status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, dan jenis kelamin.[11]

Tokoh pemikir

Charles W. Morris

Charle W. Morris merupakan tokoh pemikir yang memperkenalkan istilah pragmatik untuk mewakili kegiatan pengkajian seluk-beluk penggunaan bahasa di bidang linguistik. Morris merupakan penganut behaviorisme dari Amerika Serikat. Ia mengembangkan pemikirannya dengan sumber inspirasi dan John Locke dan Charles Sanders Peirce. Kedua tokoh ini merupakan penganut pragmatisme yang kemudian mengembangkan semiotika. Morris mengembangkan semiotika dengan membaginya menjadi tiga bagian, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Menurutnya, pragmatik merupakan studi tentang hubungan tanda-tanda yang melibatkan tafsiran.[12]

George Yule

George Yule memandang pragmatik sebagai ilmu yang mempelajari mengenai makna dari komunikasi antara pembicara dan penerjemahannya oleh pendengar atau pembaca. Pragmatik dalam pandangan Yule mengutamakan makna dari pembicara ke pendengar dibandingkan makna dari kosakata yang dituturkan. Dalam pemikiran Yule, tafsiran perlu dimasukkan ke dalam pragmatik. Setiap konteks yang dibicarakan oleh pembicara perlu diketahui maknanya. Faktor yang dipertimbangkan ialah lawan bicara, lokasi dan waktu pelaksanaan pembicaraaan serta situasi pembicaraan. [13]

Penerapan

Analisis humor

Analisis makna terhadap suatu humor dapat dilakukan dengan menggunakan salah satu ilmu pragmatik yaitu bahasa samar. Makna dari suatu humor diketahui melalui pengungkapan makna atau ekspresi yang tidak dinyatakan secara jelas. Penggunaan bahasa samar dalam analisis makna di dalam humor disebabkan oleh sifat humor yang menyesuaikan dengan budaya dari penutur dan pendengar tuturannya. Persepsi budaya juga berlaku bagi humor yang disampaikan melalui tulisan oleh penulis untuk pembacanya. Pemahaman terhadap budaya dari penutur diperlukan untuk memahami kelucuan dari tuturannya.[14]

Penerapan

Kajian sastra

Pragmatik merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam kajian sastra. Fokus utamanya berkaitan dengan peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra. Dalam pendekatan pragmatik, peran pembaca adalah menentukan kelayakan suatu karya sastra untuk disebut sebagai karya sastra. Kelayakan karya sastra di dalam pendekatan pragmatik berkaitan dengan kemampuan karya sastra dalam menyampaikan tujuan tertentu kepada pembaca. Tujuan yang ingin disampaikan dapat berupa tujuan politik, pendidikan, moral, agama atau tujuan yang lainnya. Keberhasilan suatu karya sastra dinilai berdasarkan keberhasilan penyampaian tujuan kepada pembaca. Pendekatan pragmatik lebih mengutamakan gungsi dalam memberikan pendidikan dan pengajaran. Bentuk pengajarannya berupa moral, agama maupun fungsi sosial lainnya. Suatu karya sastra dianggap berkualitas jika nilai pendidikan di dalamnya semakin banyak pula.[15]

Penerjemahan

Penerjemahan merupakan proses interaktif yang melibatkan unsur semiotika, yaitu sintaksis, semantik dan pragmatik. Ketiga unsur ini digunakan dalam analisis maupun sintesis. Kemungkinan yang dapat timbul selama ketiga proses tersebut berlangsung ialah cepatnya proses penyelesaian dan adanya perpaduan antara analisis dan sintesis menggunakan pendekatan simultan terhadap klausa. Simultan ini dapat berbentuk pengenalan pola maupun prosedur inferensi yang sebelumnya telah dilandasi oleh pengalaman dan harapan.[16]

Referensi

  1. ^ Azzuhri, M., Farmawati, C., dan Amalia, Z. P. (2017). Syaefudin, Machfud, ed. Hadits-Hadits Problematik: Analisis Linguistik Pragmatik. Pekalongan: IAIN Pekalongan Press. hlm. 1. ISBN 978-602-6203-04-5. 
  2. ^ Suhartono (2020). Fidiyanti, Murni, ed. Pragmatik Konteks Indonesia (PDF). Gresik: Graniti. hlm. 10. ISBN 978-602-5811-65-4. 
  3. ^ Arfianti, Ika (2020). Pragmatik: Teori dan Analisis. Semarang: CV. Pilar Nusantara. hlm. 1. ISBN 978-623-7590-82-8. 
  4. ^ Yuliantoro, Agus (2020). Herawati, Nanik, ed. Analisis Pragmatik (PDF). Klaten: Unwidha Press. hlm. 1. ISBN 978-602-60734-3-3. 
  5. ^ Suryanti (2020). Sugiastuti, Sri, ed. Pragmatik. Klaten: Penerbit Lakeisha. hlm. 1–2. ISBN 978-623-93154-6-7. 
  6. ^ Prayitno, Harun Joko (2017). Assidik, Gallant Karunia, ed. Studi Sosiopragmatik (PDF). Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 48. ISBN 978-602-361-101-0. 
  7. ^ Rahardi, Kunjana (2020). Pragmatik: Konteks Ekstralinguistik dalam Perspektif Cyberpragmatics (PDF). Yogyakarta: Penerbit Amara Books. hlm. 65. ISBN 978-623-7042-46-4. 
  8. ^ Jumadi (2010). Pamungkas, Daud, ed. Wacana: Kajian Kekuasaan Berdasarkan Ancangan Etnografi Komunikasi dan Pragmatik (PDF). Yogyakarta: Pustaka Prisma. hlm. 80. ISBN 978-979-17083-3-3. 
  9. ^ Nuramila (2020). H., Abdul Rahman, ed. Kajian Pragmatik: Tindak Tutur dalam Media Sosial. Serang: Yayasan Pendidikan dan Sosial. hlm. 10. ISBN 978-623-7815-61-7. 
  10. ^ Afrilesa, Rini (2020). Implikatur dalam Meme Politik: Kajian Pragmatik (PDF). Serang: CV. AA. Rizky. hlm. 12. ISBN 978-623-6506-35-6. 
  11. ^ Syafyahya, Leni (2015). Kuasa Masyarakat Atas Bahasa. Padang: Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Universitas Andalas. hlm. 43. ISBN 978-602-5539-20-6. 
  12. ^ Marwiah (2020). Kajian Tindak Tutur: Studi Kasus pada Istri Komunitas TNI (PDF). Makassar: LPP Unismuh Makassar. hlm. 37–38. ISBN 978-623-7349-17-4. 
  13. ^ Yusri (2016). Ilmu Pragmatik dalam Perspektif Kesopanan Berbahasa. Sleman: Deepublish. hlm. 3. ISBN 978-602-453-155-3. 
  14. ^ Jaufillaili (2021). Rerung, Rintho Rante, ed. Analisis Bahasa Samar dalam Humor Strip: Satu Kajian Pragmatik. Bandung: Penerbit Media Sains Indonesia. hlm. 4. ISBN 978-623-6068-55-7. 
  15. ^ Wicaksono, A., dkk. (2018). Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya (PDF). Yogyakarta: Penerbit Garudhawaca. hlm. 86–87. ISBN 978-602-6581-36-5. 
  16. ^ Siregar, Roswani (2017). Strategi Penerjemahan Dokumen Kontrak (PDF). Medan: Pustaka Bangsa Press. hlm. 33. ISBN 978-602-1183-31-1. 

Lihat Pula