Lompat ke isi

Distorsi kognitif: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 25: Baris 25:
== Restrukturisasi kognitif ==
== Restrukturisasi kognitif ==
Restrukturisasi kognitif merupakan bentuk terapi yang sering digunakan dalam mengidentifikasi dan juga mencegah distorsi kognitif atau depresi.<ref>{{Cite journal |last1=Gil |first1=Pedro J. Moreno |last2= Carrillo |first2=Francisco Xavier Méndez |last3=Meca |first3=Julio Sánchez |s2cid=8860010 |year=2001 |title=Effectiveness of cognitive-behavioural treatment in social phobia: A meta-analytic review. |journal=Psychology in Spain |volume=5 |pages=17–25 }}</ref> Prosedur yang dilakukan oleh terapis di tahap awal adalah mengidentifikasi jenis stres atau depresi yang diderita oleh pasien.<ref name="CR">{{cite journal |first1=Ryan C. |last1=Martin |first2=Eric R. |last2=Dahlen |title=Cognitive emotion regulation in the prediction of depression, anxiety, stress, and anger |journal=Personality and Individual Differences |year=2005 |volume=39 |issue=7 |pages=1249–1260 |doi=10.1016/j.paid.2005.06.004 }}</ref> Selanjutnya adalah membuat pasien merasakan hal-hal yang terjadi padanya adalah kenyataan yang tidak selamanya buruk. Karena pasien menganggap hal-hal negatif pada dirinya adalah sesuatu yang tidak dapat diacuhkan, terapis membantunya melihat kenyataan dengan sisi positifnya. Terapi kognitif membantu menghilangkan mengurangi pemikiran pasien yang selalu menganggap semua hal yang terjadi padanya adalah sesuatu yang buruk dan negatif. Menurut Beck, terapi kognitif juga membantu mengurangi perasaan tidak berharga, perasaan cemas yag berlebihan, dan gejala lain yang menunjukkan kelainan pada mental seseorang.<ref>{{Cite book|date=2013|url=http://archive.org/details/diagnosticstatis0005unse|title=Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-5|publisher=Arlington, VA : American Psychiatric Association|isbn=978-0-89042-554-1|others=Internet Archive}}</ref>
Restrukturisasi kognitif merupakan bentuk terapi yang sering digunakan dalam mengidentifikasi dan juga mencegah distorsi kognitif atau depresi.<ref>{{Cite journal |last1=Gil |first1=Pedro J. Moreno |last2= Carrillo |first2=Francisco Xavier Méndez |last3=Meca |first3=Julio Sánchez |s2cid=8860010 |year=2001 |title=Effectiveness of cognitive-behavioural treatment in social phobia: A meta-analytic review. |journal=Psychology in Spain |volume=5 |pages=17–25 }}</ref> Prosedur yang dilakukan oleh terapis di tahap awal adalah mengidentifikasi jenis stres atau depresi yang diderita oleh pasien.<ref name="CR">{{cite journal |first1=Ryan C. |last1=Martin |first2=Eric R. |last2=Dahlen |title=Cognitive emotion regulation in the prediction of depression, anxiety, stress, and anger |journal=Personality and Individual Differences |year=2005 |volume=39 |issue=7 |pages=1249–1260 |doi=10.1016/j.paid.2005.06.004 }}</ref> Selanjutnya adalah membuat pasien merasakan hal-hal yang terjadi padanya adalah kenyataan yang tidak selamanya buruk. Karena pasien menganggap hal-hal negatif pada dirinya adalah sesuatu yang tidak dapat diacuhkan, terapis membantunya melihat kenyataan dengan sisi positifnya. Terapi kognitif membantu menghilangkan mengurangi pemikiran pasien yang selalu menganggap semua hal yang terjadi padanya adalah sesuatu yang buruk dan negatif. Menurut Beck, terapi kognitif juga membantu mengurangi perasaan tidak berharga, perasaan cemas yag berlebihan, dan gejala lain yang menunjukkan kelainan pada mental seseorang.<ref>{{Cite book|date=2013|url=http://archive.org/details/diagnosticstatis0005unse|title=Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-5|publisher=Arlington, VA : American Psychiatric Association|isbn=978-0-89042-554-1|others=Internet Archive}}</ref>

== Dekatastropik ==
Dekatastropik atau d''ecatastrophizing'' merupakan salah satu terapi kognitif yang dapat membantu penderita distorsi kognitif. Tujuan dari terapi ini adalah membantu seseorang melakukan evaluasi terhadap situasi permasalahannya agar ia tidak memandang masalah tersebut secara berlebihan. Terapis juga dapat membantu pasien atau penderita distorsi kognitif ini agar mengubah persepsi pasien terhadap cara pandangnya dalam melihat suatu masalah. Jenis distorsi kognitif yang biasanya terjadi untuk dilakukan terapi kognitif ini adalah jenis c''atastrophizing'' atau dikenal juga dengan membesarkan dan mengecilkan suatu peristiwa yang dialami seseorang.<ref>{{Cite journal|last1=Theunissen|first1=Maurice|last2=Peters|first2=Madelon L.|last3=Bruce|first3=Julie|last4=Gramke|first4=Hans-Fritz|last5=Marcus|first5=Marco A.|title=Preoperative Anxiety and Catastrophizing|journal=The Clinical Journal of Pain|volume=28|issue=9|pages=819–841|doi=10.1097/ajp.0b013e31824549d6|pmid=22760489|year=2012|s2cid=12414206}}</ref> Selain itu, kondisi seseorang yang mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan dan psikosis juga dapat diminimalisir dengan terapi kognitif ini.<ref>{{cite journal |title=Persecutory delusions and catastrophic worry in psychosis: Developing the understanding of delusion distress and persistence |journal=Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry |volume=42 |issue=September 2011 |pages=349–354 |doi=10.1016/j.jbtep.2011.02.003|pmid = 21411041|year=2011 |last1=Moritz |first1=Steffen |last2=Schilling |first2=Lisa |last3=Wingenfeld |first3=Katja |last4=Köther |first4=Ulf |last5=Wittekind |first5=Charlotte |last6=Terfehr |first6=Kirsten |last7=Spitzer |first7=Carsten }}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 16 Desember 2021 09.58

Distorsi kognitif adalah berpikiran secara berlebihan dan tidak rasional yang menyebabkan gangguan psikologis tertentu. Kognitif berasal dari bahasa Latin abad pertengahan cognitīvus, atau cognit yang artinya dikenal. Distorsi bermakna tindakan memutar atau mengubah sesuatu dari keadaan sebenarnya atau aslinya.[1] Teori distorsi kognitif pertama kali diajukan oleh David D. Burns, MD.[2] Individu yang mengalami distorsi kognitif menyebabkan pikirannya merasakan realitas secara tidak akurat. Menurut Aaron T. Beck, distorsi kognitif merupakan pandangan negatif tentang realitas, terkadang disebut skema negatif yang menjadi faktor dalam gejala disfungsi emosional dan kesejahteraan subjektif yang kurang baik.[3] Pola berpikir yang negatif akan memperkuat emosi dan pikiran negatif. Selama individu tersebut berada dalam keadaan sulit, pikiran-pikiran yang terdistorsi ini dapat berkontribusi pada pandangan negatif yang menyeluruh di realitas dan bahkan menyebabkan keadaan mentalnya depresi atau cemas.[4]

Sejarah

Sekitar tahun 1972, Aaron T. Beck yang merupakan seorang psikiater dan ahli terapi kognitif, melakukan penelitian terhadap gangguang psikologis seperti depresi. Setelah itu ia menulis sebuah buku yang berjudul Depression: Causes and Treatment.[5] Di buku tersebut dijelaskan model teoritis yang komprehensif dan didukung secara empiris terkait penyebab, gejala, dan perawatan terhadap gangguan psikologis depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Beck tersebut kemudian dilanjutkan oleh muridnya David D. Burn. Ia juga menerbitkan buku berdasarkan penelitiannya tersebut yang berjudul Feeling Good: The New Mood Therapy. Buku tersebut berisi pendekatan-pendekatan yang dilakukan oleh gurunya sebelumnya dan menggambarkan depresi hingga adanya distorsi kognitif. Selain itu, buku yang ditulis Burn menjadi rujukan untuk membantu sesorang yang mengalami gejala distorsi kognitif.[6][7]

Jenis

Distorsi kognitif memiliki beberapa jenis yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan yang berbeda.[8][9]

Pemikiran yang Terpolarisasi

Distorsi kognitif jenis ini melihat sesuatu dalam hitam atau putih, tidak terdapat ruang untuk abu-abu diantaranya.[10] Hal tersebut membuat seseorang sulit keluar dari gangguan psikologis yang dialaminya. Mereka merasa bahwa jika telah gagal sekali, maka selanjutnya akan gagal total sehingga tidak ada kemauan untuk memperbaikinya. Contohnya adalah ketika seseorang yang berkomitmen untuk membaca buku setiap hari, namun pada suatu hari ia melewatkannya. Hal itu membuat ia merasa telah melanggar komitmennya dan justru berhenti membaca buku untuk seterusnya.[3]

Generalisasi yang Berlebihan

Distorsi kognitif jenis ini menganggap suatu kejadian akan selamanya terjadi seperti itu, walaupun kejadiannya hanya satu kali atau pada satu pengalaman saja. padahal hanya didasarkan pada satu pengalaman. Contohnya adalah ketika seorang pelajar gagal dalam satu ujian dan ia berpikir bahwa ia tidak akan pernah lulus dalam ujian berikutnya dan ia akan dikeluarkan dari sekolah.[8]

Filter Mental

Distorsi kognitif jenis ini terjadi ketika seseorang hanya melihat segala sesuatu dari sisi negatif dan menyangkal sisi positifnya.[11] Contohnya ketika seorang pekerja mendapat banyak pujian dalam presentasinya dan mendapat sedikit kritik, setelah presentasi itu itu ia hanya terus memikirkan kritik yang diterimanya tanpa melihat banyaknya pujian yang ia dapatkan. Dalam contoh tersebut, ia melupakan semua rekasi positif yang ia terima dan terus berpikiran negatif terhadap kritik yang dilayangkan padanya.[12]

Mendiskualifikasi hal positif

Distorsi kognitif jenis ini menganggap semua perbuatan, tindakan, hal-hal positif yang dilakukannya tidak berarti apa-apa. Pada jenis ini juga ditemukan indikasi seseorang yang kurang yakin dengan kemampuannya sendiri. Hal-hal seperti pujian, hadiah, atau penghargaan dari orang lain akan ditanggapi dengan negatif.[13] Contohnya ketika seseorang yang melakukan suatu kerejaand engan sangat baik, namun ia berpikir itu bukan berarti ia kompeten melainkan hanya beruntung.[11]

Membesarkan atau mengecilkan suatu hal

Distorsi kognitif jenis ini memiliki kecendrungan untuk membesarkan atau menganggap kecil suatu hal dan mengabaikan hal-hal positif. Distorsi kognitif jenis ini juga disebut sebagai Catastrophizing yang cenderung membesar-besarkan hal negatif yang terjadi pada seseorang. Contohnya ketika seseorang melihat keberhasilan orang lain sebagai hal yang perlu dibesar-besarkan, sedangkan kegagalan diri sendiri selalu dianggap hal yang negatif.[14]

Restrukturisasi kognitif

Restrukturisasi kognitif merupakan bentuk terapi yang sering digunakan dalam mengidentifikasi dan juga mencegah distorsi kognitif atau depresi.[15] Prosedur yang dilakukan oleh terapis di tahap awal adalah mengidentifikasi jenis stres atau depresi yang diderita oleh pasien.[16] Selanjutnya adalah membuat pasien merasakan hal-hal yang terjadi padanya adalah kenyataan yang tidak selamanya buruk. Karena pasien menganggap hal-hal negatif pada dirinya adalah sesuatu yang tidak dapat diacuhkan, terapis membantunya melihat kenyataan dengan sisi positifnya. Terapi kognitif membantu menghilangkan mengurangi pemikiran pasien yang selalu menganggap semua hal yang terjadi padanya adalah sesuatu yang buruk dan negatif. Menurut Beck, terapi kognitif juga membantu mengurangi perasaan tidak berharga, perasaan cemas yag berlebihan, dan gejala lain yang menunjukkan kelainan pada mental seseorang.[17]

Dekatastropik

Dekatastropik atau decatastrophizing merupakan salah satu terapi kognitif yang dapat membantu penderita distorsi kognitif. Tujuan dari terapi ini adalah membantu seseorang melakukan evaluasi terhadap situasi permasalahannya agar ia tidak memandang masalah tersebut secara berlebihan. Terapis juga dapat membantu pasien atau penderita distorsi kognitif ini agar mengubah persepsi pasien terhadap cara pandangnya dalam melihat suatu masalah. Jenis distorsi kognitif yang biasanya terjadi untuk dilakukan terapi kognitif ini adalah jenis catastrophizing atau dikenal juga dengan membesarkan dan mengecilkan suatu peristiwa yang dialami seseorang.[18] Selain itu, kondisi seseorang yang mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan dan psikosis juga dapat diminimalisir dengan terapi kognitif ini.[19]

Referensi

  1. ^ "Definition of DISTORTION". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-06. 
  2. ^ Beck, Aaron T. Cognitive Therapy and the Emotional Disorders. International Universities Press Inc., 1975. ISBN 0-8236-0990-1
  3. ^ a b "15 Common Cognitive Distortions | Psych Central". web.archive.org. 2009-07-07. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  4. ^ "APA PsycNet". psycnet.apa.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-06. 
  5. ^ Beck, Aaron T. (1972). Depression; Causes and Treatment. Philadelphia: University of Pennsylvania Press. ISBN 978-0-8122-7652-7. 
  6. ^ Burns, David D. (1980). Feeling Good: The New Mood Therapy. New York: Morrow. ISBN 978-0-688-03633-1. 
  7. ^ Roberts, Joe. "History of Cognitive Behavioral Therapy". National Association of Cognitive Behavioral Therapists Online Headquarters. National Association of Cognitive Behavioral Therapists. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-05-06. Diakses tanggal 9 April 2020. 
  8. ^ a b Burns, David D. (1989). The Feeling Good Handbook: Using the New Mood Therapy in Everyday Life. New York: W. Morrow.
  9. ^ Tagg, John (1996). "Cognitive Distortions."
  10. ^ "15 Cognitive Distortions to Blame for Your Negative Thinking". Psych Central (dalam bahasa Inggris). 2021-05-06. Diakses tanggal 2021-12-06. 
  11. ^ a b David D. Burns (1989). The feeling good handbook. Internet Archive. W. Morrow. ISBN 978-0-688-01745-3. 
  12. ^ "5 Jenis Distorsi Kognitif yang Perlu Anda Ketahui, Agar Tak Menyesal di Kemudian Hari | Lifestyle". Bisnis.com. 2021-10-26. Diakses tanggal 2021-12-11. 
  13. ^ Hanafi, Habib. "Kenali 11 Jenis Distorsi Kognitif, Salah Satunya Mungkin Kamu Alami - Kabar Lumajang - Halaman 3". kabarlumajang.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2021-12-11. 
  14. ^ Pratiwi, N (2017). "Pengaruh Cognitive Behavior Therapy (CBT) Terhadap Penurunan Kecemasan pada Wanita" (PDF). Mercubuana, Yogyakarta: 50. 
  15. ^ Gil, Pedro J. Moreno; Carrillo, Francisco Xavier Méndez; Meca, Julio Sánchez (2001). "Effectiveness of cognitive-behavioural treatment in social phobia: A meta-analytic review". Psychology in Spain. 5: 17–25. 
  16. ^ Martin, Ryan C.; Dahlen, Eric R. (2005). "Cognitive emotion regulation in the prediction of depression, anxiety, stress, and anger". Personality and Individual Differences. 39 (7): 1249–1260. doi:10.1016/j.paid.2005.06.004. 
  17. ^ Diagnostic and statistical manual of mental disorders : DSM-5. Internet Archive. Arlington, VA : American Psychiatric Association. 2013. ISBN 978-0-89042-554-1. 
  18. ^ Theunissen, Maurice; Peters, Madelon L.; Bruce, Julie; Gramke, Hans-Fritz; Marcus, Marco A. (2012). "Preoperative Anxiety and Catastrophizing". The Clinical Journal of Pain. 28 (9): 819–841. doi:10.1097/ajp.0b013e31824549d6. PMID 22760489. 
  19. ^ Moritz, Steffen; Schilling, Lisa; Wingenfeld, Katja; Köther, Ulf; Wittekind, Charlotte; Terfehr, Kirsten; Spitzer, Carsten (2011). "Persecutory delusions and catastrophic worry in psychosis: Developing the understanding of delusion distress and persistence". Journal of Behavior Therapy and Experimental Psychiatry. 42 (September 2011): 349–354. doi:10.1016/j.jbtep.2011.02.003. PMID 21411041. 

Pranala luar