Lompat ke isi

Generalisasi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Nzrdnd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Nzrdnd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:


== Pengertian ==
== Pengertian ==
Generalisasi merupakan salah satu penalaran induktif. Terdapat prinsip tersirat dalam penalaran induktif, yaitu asumsi tentang jalannya alam dan keteraturan alam semesta; apa yang terjadi sekali, akan terjadi lagi dalam kesamaan keadaan yang cukup, sesering keadaan yang sama berulang. Asumsi ini berlaku untuk setiap penalaran induktif.<ref>{{Cite book|last=Mill|first=John Stuart|date=31 Agustus 2008|url=https://www.gutenberg.org/files/26495/26495-pdf.pdf|title=A System of Logic, Ratiocinative and Inductive: Being a Connected View of the Principles of Evidence and the Methods of Scientific Investigation|location=London|publisher=Project Gutenberg Ebook|isbn=978-3-337-91102-7|edition=3rd ed.|pages=317|language=en|oclc=1155551354|url-status=live}}</ref>

Generalisasi merupakan pernyataan yang mengandung karakter untuk seluruh atau kebanyakan objek yang diselidiki. Generalisasi termasuk penalaran induktif yang memiliki kebenaran probabilitas berdasarkan informasi dari beberapa objek.<ref>{{Cite book|last=Bassham|first=Gregory|date=2010|url=https://www.worldcat.org/oclc/434126370|title=Critical Thinking: A Student's Introduction|location=New York|publisher=McGraw-Hill|isbn=978-0-07-340743-2|edition=4th ed|pages=68|others=|oclc=434126370|url-status=live}}</ref> Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Maka dari itu, hukum dari fenomena yang diselidiki berlaku juga untuk fenomena sejenis yang belum diselidiki. Hukum yang dihasilkan dari penalaran secara generalisasi maupun seluruh [[penalaran induktif]] tidak pernah mencapai kebenaran pasti, tetapi hanya sebatas kebenaran kemungkinan besar (probabilitas). Berbeda dengan penalaran deduktif yang kesimpulannya tersirat di premis-premis yang valid dan akan menghasilkan proposisi universal dengan kesimpulan yang pasti.<ref name=":0">{{Cite book|last=Mundiri|date=2017|url=|title=Logika|location=Depok|publisher=Rajawali Pers|isbn=978-979-769-938-3|pages=146|oclc=963195783|url-status=live}}</ref> Generalisasi juga diartikan sebagai suatu cara untuk memperluas cakupan referensi dan penerapan suatu hasil sehingga menempatkannya dalam konteks yang lebih luas dengan menghilangkan batasan tertentu.<ref>{{Cite book|last=Mason|first=John|date=1996|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-94-009-1732-3_5|title=Expressing Generality and Roots of Algebra|location=Dordrecht|publisher=Springer Netherlands|isbn=978-0-7923-4168-0|pages=65–86}}</ref>
Generalisasi merupakan pernyataan yang mengandung karakter untuk seluruh atau kebanyakan objek yang diselidiki. Generalisasi termasuk penalaran induktif yang memiliki kebenaran probabilitas berdasarkan informasi dari beberapa objek.<ref>{{Cite book|last=Bassham|first=Gregory|date=2010|url=https://www.worldcat.org/oclc/434126370|title=Critical Thinking: A Student's Introduction|location=New York|publisher=McGraw-Hill|isbn=978-0-07-340743-2|edition=4th ed|pages=68|others=|oclc=434126370|url-status=live}}</ref> Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Maka dari itu, hukum dari fenomena yang diselidiki berlaku juga untuk fenomena sejenis yang belum diselidiki. Hukum yang dihasilkan dari penalaran secara generalisasi maupun seluruh [[penalaran induktif]] tidak pernah mencapai kebenaran pasti, tetapi hanya sebatas kebenaran kemungkinan besar (probabilitas). Berbeda dengan penalaran deduktif yang kesimpulannya tersirat di premis-premis yang valid dan akan menghasilkan proposisi universal dengan kesimpulan yang pasti.<ref name=":0">{{Cite book|last=Mundiri|date=2017|url=|title=Logika|location=Depok|publisher=Rajawali Pers|isbn=978-979-769-938-3|pages=146|oclc=963195783|url-status=live}}</ref> Generalisasi juga diartikan sebagai suatu cara untuk memperluas cakupan referensi dan penerapan suatu hasil sehingga menempatkannya dalam konteks yang lebih luas dengan menghilangkan batasan tertentu.<ref>{{Cite book|last=Mason|first=John|date=1996|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-94-009-1732-3_5|title=Expressing Generality and Roots of Algebra|location=Dordrecht|publisher=Springer Netherlands|isbn=978-0-7923-4168-0|pages=65–86}}</ref>


Baris 33: Baris 35:


== Generalisasi yang Salah ==
== Generalisasi yang Salah ==
Tingkat kepercayaan atau kebenaran generalisasi tergantung dengan terpenuhi atau tidaknya jawaban atas pengujian yang dilakukan sebelumnya. Terdapat kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan sampel yang sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk menjadi generalisasi. Hal ini disebut dengan generalisasi tergesa-gesa.<ref name=":1" />
Tingkat kepercayaan atau kebenaran generalisasi tergantung dengan terpenuhi atau tidaknya jawaban atas pengujian yang dilakukan sebelumnya. Terdapat kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan sampel yang sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk menjadi generalisasi. Hal ini disebut dengan generalisasi tergesa-gesa.<ref name=":1" /> Generalisasi yang tergesa-gesa ''(hasty generalization)'' digunakan untuk menyatakan stereotip yang salah dengan menganggap beberapa objek tertentu lebih mirip daripada kejadian yang sebenarnya. Misalnya, orang yang berpikir dengan kekeliruan generalisasi tergesa-gesa menganggap orang-orang Italia hanya memakan spageti, seluruh orang New York adalah orang yang tidak acuh, atau semua orang yang membaca Karl Marx ingin menggulingkan rezim pemerintahan. <ref>{{Cite book|last=Gensler|first=Harry|date=2010|url=http://213.230.96.51:8090/files/ebooks/Matematika/Gensler%20H.%20Introduction%20to%20logic%20(2ed.,%20Routledge,%202010)(ISBN%200415996511)(O)(431s)%20MAml%20.pdf|title=Introduction to Logic.|location=Hoboken|publisher=Taylor & Francis|isbn=978-0-203-85500-3|edition=2nd ed|pages=64|oclc=609858999|url-status=live}}</ref> Generalisasi tergesa-gesa merupakan penarikan kesimpulan tentang seluruh objek dari suatu fenomena dengan pengetahuan terbatas hanya dari satu atau sedikit objek dari fenomena tersebut.

Kekeliruan yang selanjutnya disebut dengan kekeliruan kebetulan ''(fallacy of accident),'' kesalahan ketika generalisasi secara keliru diterapkan pada kasus tertentu di mana generalisasi tidak berlaku. Generalisasi mungkin saja tidak berlaku untuk beberapa kejadian tertentu yang disebabkan oleh keadaan khusus atau keadaan aksiden. Jika keadaan khusus ini diabaikan dan diasumsikan generalisasi berlaku secara universal, maka terjadi kekeliruan kecelakaan.<ref>{{Cite book|last=Copi|first=Irving M.|date=2014|url=http://www.uop.edu.pk/ocontents/Book-Introductiontologic.pdf|title=Introduction to logic.|publisher=Pearson|isbn=978-1-292-02482-0|edition=14th ed|pages=138|oclc=857280881|url-status=live}}</ref> Misalnya, apakah hutang harus dibayar? Secara general, iya, tetapi terdapat situasi luar biasa di mana kewajiban tersebut berakhir.<ref>{{Cite book|last=Hamblin|first=Charles L.|date=1970|url=http://worldcat.org/oclc/987417059|title=Fallacies|location=London|publisher=Methuen & Co.|isbn=0-916475-24-7|pages=28|oclc=987417059|url-status=live}}</ref>

== Generalisasi Ilmiah ==
Perbedaan utama dalam generalisasi ilmiah dengan generalisasi biasa yaitu terletak pada metode, kualitas data, serta ketepatan perumusannya. Hal-hal penting dari generalisasi ilmiah, yaitu<ref>{{Cite book|last=Mander|first=A. E.|date=1936|url=https://archive.org/details/in.ernet.dli.2015.274946/page/n92/mode/1up|title=Clearer Thinking: (Logic for Everyman)|location=London|publisher=Watts & Co|pages=82-83|oclc=499296027|url-status=live}}</ref>:

# Pengamatan dilaukan dengan cermat dalam kondisi terbaik oleh orang yang ahli dalam observasi dan mengenal baik subjek yang diselidiki; hasil dari pengamatan dicatat dengan cepat, lengkap, akurat, dan dicek oleh observer lain.
# Pengamatan harus bersifat eksperimental: dalam kondisi bervariasi dan dapat diamati satu per satu.
# Penggunaan instrumen untuk mengukur dan mencatat sehingga meminimalisir kemungkinan kesalahan dan mendapatkan presisi yang lebih besar.
# Pemeriksaan yang cermat, perbandingan, dan klasifikasi fakta.
# Pernyataan generalisasi dalam istilah yang jelas, sederhana, dan tepat serta jika memungkinkan dalam rumus matematika.
# Pencarian menyeluruh, dalam variasi waktu, tempat, dan kondisi seluas mungkin untuk fakta yang tidak akan konsisten dengan generalisasi. Tidak lupa juga publisitas, dunia ilmiah diundang untuk mengkaji ulang, mengkritisi, dan menguji serta bergabung dalam pencarian fakta yang tidak konsisten.



== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 17 Desember 2021 10.56

Generalisasi adalah proses penalaran yang membentuk kesimpulan secara umum melalui suatu kejadian, hal, dan sebagainya.[1] Generalisasi merupakan salah satu penalaran induktif.[2] Contoh: (1) Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. (2) Omaz Mo adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik. (3) Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik. Pernyataan "semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya. Contoh kesalahannya: Mpok Nori juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.

Pengertian

Generalisasi merupakan salah satu penalaran induktif. Terdapat prinsip tersirat dalam penalaran induktif, yaitu asumsi tentang jalannya alam dan keteraturan alam semesta; apa yang terjadi sekali, akan terjadi lagi dalam kesamaan keadaan yang cukup, sesering keadaan yang sama berulang. Asumsi ini berlaku untuk setiap penalaran induktif.[3]

Generalisasi merupakan pernyataan yang mengandung karakter untuk seluruh atau kebanyakan objek yang diselidiki. Generalisasi termasuk penalaran induktif yang memiliki kebenaran probabilitas berdasarkan informasi dari beberapa objek.[4] Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak belakang dari sejumlah fenomena individual menuju kesimpulan umum yang mengikat seluruh fenomena sejenis dengan fenomena individual yang diselidiki. Maka dari itu, hukum dari fenomena yang diselidiki berlaku juga untuk fenomena sejenis yang belum diselidiki. Hukum yang dihasilkan dari penalaran secara generalisasi maupun seluruh penalaran induktif tidak pernah mencapai kebenaran pasti, tetapi hanya sebatas kebenaran kemungkinan besar (probabilitas). Berbeda dengan penalaran deduktif yang kesimpulannya tersirat di premis-premis yang valid dan akan menghasilkan proposisi universal dengan kesimpulan yang pasti.[5] Generalisasi juga diartikan sebagai suatu cara untuk memperluas cakupan referensi dan penerapan suatu hasil sehingga menempatkannya dalam konteks yang lebih luas dengan menghilangkan batasan tertentu.[6]

Esensi dari arti generalisasi terdapat pada kata general itu sendiri yang diartikan sebagai identik atau serupa pada suatu kelompok objek. Proses generalisasi adalah menemukan sifat "general" yang terdapat pada objek dan membentuk kelas yang dibawanya.[7] Pada generalisasi yang terjadi yaitu berdasarkan sifat atau ciri sama yang terdapat pada beberapa fenomena tertentu maka disimpulkan bahwa semua fenomena tertentu itu memiliki sifat atau ciri yang sama itu. Generalisasi yang sering terjadi yaitu induksi enumerasi sederhana. Kesimpulan yang dihasilkan generalisasi berupa proposisi universal.[8] Untuk membuat generalisasi, logika Aristoteles menekankan pada prinsip relasi formal antar proposisi.[9]

Generalisasi harus memenuhi tiga syarat: pertama, generalisasi tidak boleh terbatas secara numerik, artinya proposisi harus benar secara universal dan berlaku untuk setiap subjek yang memenuhi; kedua, generalisasi tidak boleh terbatas secara spasio-temporal, artinya tidak boleh terbatas ruang dan waktu dan berlaku kapan dan dimana saja; ketiga, generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.[10] Selain itu, generalisasi memiliki empat tahap: perception of generality, expression of generality, symbolic expression of generality, dan manipulation of generality.[11]

Macam-macam generalisasi

Generalisasi sempurna

Generalisasi sempurna adalah generalisasi di mana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki. Generalisasi sempurna dikenal juga dengan istilah induksi lengkap, diawali dengan hal partikular yang mencakup keseluruhan jumlah dari fenomena yang diselidiki. Generalisasi macam ini memiliki kesimpulan yang sangat kuat dan tidak dapat diperdebatkan serta diragukan. Tetapi tidak efektif dan efisien.[12]

Contoh: Sensus penduduk.

Generalisasi tidak sempurna

Generalisasi tidak sempurna adalah generalisasi di mana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki. Generalisasi tidak sempurna disebut juga dengan induksi tidak lengkap yang dilakukan dengan memerhatikan hanya sebagian hal partikular.[13] Generalisasi macam ini tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti sebagaimana generalisasi sempurna, tetapi jauh lebih efektif dan efisien. Dalam penelitian ilmiah sering kali tidak dimungkinkan untuk menggunakan generalisasi sempurna dan lebih mungkin serta lebih lazim untuk menggunakan generalisasi tidak sempurna.[14]

Contoh: Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana satin. Sebagian bangsa Indonesia suka bergotong-royong, maka disimpulkan bangsa Indonesia adalah bangsa yang suka bergotong-royong.

Generalisasi Empirik

Generalisasi empirik merupakan generalisasi yang tidak disertai dengan penjelasan mengapa fenomena berlaku dan hanya mendasarkan penyimpulannya pada fenomena tertentu. Prinsip dari penalaran generalisasi ini dapat dirumuskan dengan: apa yang terjadi berulang dalam kondisi tertentu diharapkan akan selalu terjadi apabila kondisi yang sama terpenuhi. Misalnya, dua kali dirasakan apel yang masam dalam kondisi keras dan hijau. Maka ketika melihat apel ketiga dengan kondisi keras dan hijau, dapat disimpullkan apel itu masam.[15] Generalisasi yang sering terjadi di kehidupan sehari-hari yaitu generalisasi empirik. Generalisasi empirik terjadi ketika memerhatikan beberapa objek dan menyimpulkan persamaan yang ada pada objek tersebut. Ketika telah ditarik kesamaan yang ada maka akan menghasilkan sifat umum yang perlu didukung oleh referensi lain agar menjadi generalisasi yang memiliki kebenaran yang kuat.[16]

Generalisasi dengan Penjelasan

Apabila generalisasi yang ada disertai dengan penjelasan maka disebut dengan generalisasi dengan penjelasan (explained generalization), kebenaran yang dihasilkan dari generalisasi ini lebih kuat dan memiliki kebenaran yang hampir setingkat dengan generalisasi sempurna. Hukum alam pada awalnya dirumuskan melalui generalisasi empirik, setelah diketahui hubungan kausalnya, maka lahir generalisasi dengan penjelasan yang menjadi dasar penjelasan ilmiah. Misal, manusia telah lama mengetahui benda yang dilemparkan ke atas akan jatuh ke bawah, namun hal tersebut baru dapat diterangkan setelah ditemukannya hukum gravitasi oleh Isaac Newton.[17]

Prosedur pengujian generalisasi tidak sempurna

Meskipun generalisasi tidak sempurna hanya merupakan kesimpulan yang ditarik dari beberapa fenomena, namun generalisasi tidak sempurna dapat menghasilkan kebenaran apabila melalui prosedur pengujian yang benar. Prosedur pengujian atas generalisasi tersebut adalah[5]:

  1. Jumlah sampel yang diteliti terwakili. Tidak ada ukuran pasti berapa jumlah sampel yang diperlukan untuk dapat menghasilkan kesimpulan yang terpercaya. Semakin banyak jumlah sampel yang digunakan, maka semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
  2. Sampel harus bervariasi. Semakin banyak variasi sampel, semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
  3. Mempertimbangkan hal-hal yang menyimpang dari fenomena umum/tidak umum. Hal yang menyimpang harus diperhatikan juga, tertutama jika penyimpangan terjadi cukup besar bahkan mungkin untuk tidak diadakannya generalisasi. Semakin cermat faktor penyimpang dipertimbangkan, maka semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.
  4. Kesimpulan konsisten dengan sampel. Kesimpulan yang dihasilkan harus merupakan konsekuensi logis dari sampel yang dikumpulkan dan tidak boleh membeikan penafsiran menyimpang dai data yang ada.

Generalisasi yang Salah

Tingkat kepercayaan atau kebenaran generalisasi tergantung dengan terpenuhi atau tidaknya jawaban atas pengujian yang dilakukan sebelumnya. Terdapat kecenderungan umum untuk membuat generalisasi berdasarkan sampel yang sedikit sehingga tidak mencukupi syarat untuk menjadi generalisasi. Hal ini disebut dengan generalisasi tergesa-gesa.[17] Generalisasi yang tergesa-gesa (hasty generalization) digunakan untuk menyatakan stereotip yang salah dengan menganggap beberapa objek tertentu lebih mirip daripada kejadian yang sebenarnya. Misalnya, orang yang berpikir dengan kekeliruan generalisasi tergesa-gesa menganggap orang-orang Italia hanya memakan spageti, seluruh orang New York adalah orang yang tidak acuh, atau semua orang yang membaca Karl Marx ingin menggulingkan rezim pemerintahan. [18] Generalisasi tergesa-gesa merupakan penarikan kesimpulan tentang seluruh objek dari suatu fenomena dengan pengetahuan terbatas hanya dari satu atau sedikit objek dari fenomena tersebut.

Kekeliruan yang selanjutnya disebut dengan kekeliruan kebetulan (fallacy of accident), kesalahan ketika generalisasi secara keliru diterapkan pada kasus tertentu di mana generalisasi tidak berlaku. Generalisasi mungkin saja tidak berlaku untuk beberapa kejadian tertentu yang disebabkan oleh keadaan khusus atau keadaan aksiden. Jika keadaan khusus ini diabaikan dan diasumsikan generalisasi berlaku secara universal, maka terjadi kekeliruan kecelakaan.[19] Misalnya, apakah hutang harus dibayar? Secara general, iya, tetapi terdapat situasi luar biasa di mana kewajiban tersebut berakhir.[20]

Generalisasi Ilmiah

Perbedaan utama dalam generalisasi ilmiah dengan generalisasi biasa yaitu terletak pada metode, kualitas data, serta ketepatan perumusannya. Hal-hal penting dari generalisasi ilmiah, yaitu[21]:

  1. Pengamatan dilaukan dengan cermat dalam kondisi terbaik oleh orang yang ahli dalam observasi dan mengenal baik subjek yang diselidiki; hasil dari pengamatan dicatat dengan cepat, lengkap, akurat, dan dicek oleh observer lain.
  2. Pengamatan harus bersifat eksperimental: dalam kondisi bervariasi dan dapat diamati satu per satu.
  3. Penggunaan instrumen untuk mengukur dan mencatat sehingga meminimalisir kemungkinan kesalahan dan mendapatkan presisi yang lebih besar.
  4. Pemeriksaan yang cermat, perbandingan, dan klasifikasi fakta.
  5. Pernyataan generalisasi dalam istilah yang jelas, sederhana, dan tepat serta jika memungkinkan dalam rumus matematika.
  6. Pencarian menyeluruh, dalam variasi waktu, tempat, dan kondisi seluas mungkin untuk fakta yang tidak akan konsisten dengan generalisasi. Tidak lupa juga publisitas, dunia ilmiah diundang untuk mengkaji ulang, mengkritisi, dan menguji serta bergabung dalam pencarian fakta yang tidak konsisten.


Lihat pula

Referensi

  1. ^ "ge.ne.ra.li.sa.si". KBBI Daring. Diakses tanggal 26 Januari 2018. 
  2. ^ Ramdhani, Sendi (2018-12-30). "KEMAMPUAN GENERALISASI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN KAPITA SELEKTA MATEMATIKA SMA". Jurnal Analisa. 4 (2): 83–89. doi:10.15575/ja.v4i2.3926. ISSN 2549-5143. 
  3. ^ Mill, John Stuart (31 Agustus 2008). A System of Logic, Ratiocinative and Inductive: Being a Connected View of the Principles of Evidence and the Methods of Scientific Investigation (PDF) (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-3rd ed.). London: Project Gutenberg Ebook. hlm. 317. ISBN 978-3-337-91102-7. OCLC 1155551354. 
  4. ^ Bassham, Gregory (2010). Critical Thinking: A Student's Introduction (edisi ke-4th ed). New York: McGraw-Hill. hlm. 68. ISBN 978-0-07-340743-2. OCLC 434126370. 
  5. ^ a b Mundiri (2017). Logika. Depok: Rajawali Pers. hlm. 146. ISBN 978-979-769-938-3. OCLC 963195783. 
  6. ^ Mason, John (1996). Expressing Generality and Roots of Algebra. Dordrecht: Springer Netherlands. hlm. 65–86. ISBN 978-0-7923-4168-0. 
  7. ^ Davydov, V. V. (1990). Soviet Studies in Mathematics Education Volume 2 (PDF). Diterjemahkan oleh Teller, Joan. Reston Virginia: National Council of Teachers of Mathematics. hlm. 26. 
  8. ^ Sidharta, B. Arief (2010). Pengantar Logika: Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah (edisi ke-Cet. 3). Bandung: Refika Aditama. hlm. 56. ISBN 979-1073-49-X. OCLC 958848822. 
  9. ^ Kadri, Trihono (2018). Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 23. ISBN 978-602-475-438-9. 
  10. ^ Siahaan, Leroy Holman. "Hubungan Antara Kemampuan Berpikir Logis dan Pengetahuan Tentang Paragraf dengan Keterampilan Menulis Esai Bahasa Inggris". Jurnal Sosioreligi. 14 (2): 87–94. 
  11. ^ Putri, Tiara; Susanti, Ely; Simarmata, Ruth Helen; Hapizah; Nurhasanah (2020). "Generalization in Exponential Problems as a Part of Developing Mathematical Abstraction". Proceedings of the 4th Sriwijaya University Learning and Education International Conference (SULE-IC 2020). Paris, France: Atlantis Press. doi:10.2991/assehr.k.201230.179. 
  12. ^ Hadi, Protasius Hardono (1994). Epistemologi, Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 135. ISBN 979-497-090-5. OCLC 54997323. 
  13. ^ Rapar, Jan Hendrik (1996). Pengantar Logika: Asas-Asas Penalaran Sistematis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 86. ISBN 979-497-676-8. 
  14. ^ Mustofa, Imron (2016-12-29). "Jendela Logika dalam Berfikir; Deduksi dan Induksi sebagai Dasar Penalaran Ilmiah". EL-BANAT: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam (dalam bahasa Inggris). 6 (2): 1–21. doi:10.54180/elbanat.2016.6.2.1-21. ISSN 2579-8995. 
  15. ^ Surajiyo, dkk. (2010). Dasar-dasar Logika. Jakarta: Bumi Aksara. hlm. 61. ISBN 979-526-856-2. 
  16. ^ Mason, John (2010). Thinking mathematically (PDF). Leone Burton, Kaye Stacey (edisi ke-2nd ed). Harlow: Pearson. hlm. 232. ISBN 978-0-273-72891-7. OCLC 495598223. 
  17. ^ a b Judrah, Muhammad (2015). "GENERALISASI EMPIRIK; PROPOSISI, POSTULAT, AKSIOMA DAN TEORI". Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan (dalam bahasa Inggris). 7 (1): 117–122. doi:10.47435/al-qalam.v7i1.186. ISSN 2715-5684. 
  18. ^ Gensler, Harry (2010). Introduction to Logic (PDF) (edisi ke-2nd ed). Hoboken: Taylor & Francis. hlm. 64. ISBN 978-0-203-85500-3. OCLC 609858999. 
  19. ^ Copi, Irving M. (2014). Introduction to logic (PDF) (edisi ke-14th ed). Pearson. hlm. 138. ISBN 978-1-292-02482-0. OCLC 857280881. 
  20. ^ Hamblin, Charles L. (1970). Fallacies. London: Methuen & Co. hlm. 28. ISBN 0-916475-24-7. OCLC 987417059. 
  21. ^ Mander, A. E. (1936). Clearer Thinking: (Logic for Everyman). London: Watts & Co. hlm. 82–83. OCLC 499296027.