Lompat ke isi

Kaprabonan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Hamzaiya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Raden Hamzaiya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 44: Baris 44:




Raden Hamzaiymenegapkan s status Kaprabonan sebagai sebuah Keraton tentu saja karena Kaprabonan masih ada kaitannya dengan keluarga kesultanan yang ada di Cirebon.

Raden Hamzaiya terhadap status Kaprabonan sebagai sebuah Keraton tentu saja karena Kaprabonan masih ada kaitannya dengan keluarga kesultanan yang ada di Cirebon.



Revisi per 25 Desember 2021 09.36

Kaprabonan

1699–sekarang
{{{coat_alt}}}
Dalung Damar Wayang
Lambang peguron Kaprabonan
Ibu kotaKota Cirebon
Bahasa yang umum digunakanBahasa Cirebon 1679-sekarang
Agama
Islam
Pangeran Adipati Kaprabon 
• 1696 (didirikannya Kaprabon)
Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon
• 2021
Pangeran Handi Raja Kaprabon
Sejarah 
• Pendirian peguron Kaprabonan oleh putera mahkota kesultanan Kanoman Pangeran Raja Adipati Kaprabon
1699
• -
sekarang
Didahului oleh
kslKesultanan
Kanoman
---
Status Politik:
  • De facto dibentuk (1699)
  • Pangeran Raja Kaprabon (putera mahkota Sultan Anom I) mendirikan Kaprabonan pada 1696
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kaprabonan adalah Keraton yang berada di Cirebon, tepatnya di Kelurahan Lemahwungkuk kecamatan Lemahwungkuk. Kaprabonan didirikan oleh PRA KAPRABONAN pada tahun 1699(Sumber : Pangeran Hempi Raja Kaprabon).

Raden Hamzaiya menyatakan jika Kaprabonan merupakan sebuah keraton yang serat dengan syiar agama Islam terutama dalam keilmuan Pertarekatan. Tidak hanya itu dokumen-dokumen terkait status Kaprabonan menajadi Keraton semuanya sudah tersimpan dengan rapih dan sudah disusun oleh saya dan mungkin saja diterbitkan dalam sebuah buku, Ujar Raden Hamzaiya.


Raden Hamzaiymenegapkan s status Kaprabonan sebagai sebuah Keraton tentu saja karena Kaprabonan masih ada kaitannya dengan keluarga kesultanan yang ada di Cirebon.

Sejarah Kaprabonan

Masuknya pengaruh awal Belanda

Pada tahun 1681, Belanda menawarkan perjanjian persahabatan kepada kesultanan Cirebon yang pada waktu itu telah dipecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman yang kemudian ditandatangani pada tanggal 7 Januari 1681,[1][2] perjanjian persahabatan yang dimaksud adalah untuk memonopoli perdagangan di wilayah Cirebon.

Sultan Kanoman I Muhammad Badrudin Kartawijaya memiliki dua orang putera dari permaisuri yang berbeda, yaitu Pangeran Adipati Kaprabon yang merupakan putera pertama dari permaisuri kedua yaitu Ratu Sultan Panengah dan Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin, putera keduanya yang berasal dari permaisuri ketiga yang bernama Nyimas Ibu. Setelah ayahandanya wafat, kedua puteranya ini sepakat untuk melakukan lijdelijk verzet (perlawanan diam-diam) melawan Belanda.

Kemudian Pangeran Raja Muhammad Qadirudin diresmikan sebagai Sultan Anom II keraton Kanoman dikarenakan saudaranya yaitu Pangeran Adipati Kaprabon yang merupakan putera pertama Sultan Anom I dari permaisuri keduanya yaitu Ratu Sultan Panengah memutuskan untuk memperdalam ajaran agama Islam dan menyerahkan kepemimpinan keraton Kanoman kepada adiknya Pangeran Raja Mandurareja Muhammad Qadirudin.[3] Setelah menyerahkan kepemimpinan Keraton Kanoman kepada adiknya, Pangeran Adipati Kaprabon mendirikan Kaprabonan pada tahun 1696 sebagai tempat pendidikan agama Islam. Pada saat itu gejolak politik pemerintahan Belanda semakin memanas, dan perlawanan-perlawanan terhadap kolonial Belanda pun masih terus berjalan, sehingga Pangeran Raja Adipati Kaprabon ingin menjauhkan diri dari situasi tersebut dan selalu mengkhususkan diri (Mandita) dalam mengembangkan agama Islam kepada para murid-muridnya.

Perjuangan melawan penjajah Belanda dengan strategi lijdelijk verzet (perlawanan diam-diam) menemukan tantangan setelah Belanda pada tahun 1699[4] mengangkat Letnan Jacob Palm sebagai seorang pejabat penghubung Belanda untuk wilayah kesultanan Cirebon, dalam bukunya sejarah cirebon, Pangeran Sulaeman Sulendraningrat bahkan mengatakan jika kekuasaan kesultanan-kesultanan di Cirebon pada tahun 1700 telah habis sama sekali (secara politik) dengan adanya pengangkatan Letnan Jacob Palm.[5] Pada tahun 1701, Belanda kemudian menunjuk seorang pedagang bernama Jacob Heijrmanns sebagai pejabat penghubung Belanda untuk wilayah kesultanan-kesultanan Cirebon[4]

Penegasan status Kaprabonan sebagai Peguron

Foto 360 derajat
Berkas info • Tampilkan sebagai foto 360° derajat


Pada tahun 2011 Pangeran Hempi membuat sebuah pernyataan bahwa Kaprabonan bukanlah sekadar sebuah peguron saja namun juga bersifat sebagai kerajaan, terlebih adanya pengakuan dari pejabat penguasa cirebon (zaman penjajahan Jepang) pada sekitar tahun 1946 pada masa kepemimpinan Pangeran Aruman bahwa Kaprabon adalah sebuah kerajaan.

Pertemuan pelurusan sejarah Kaprabonan pun digelar pada tahun yang sama oleh keluarga besar Kaprabonan dan kemudian sesepuh keluarga besar Kaprabonan yaitu Pangeran Moh Nurbuwat Purbaningrat menyatakan bahwa tidak ada satupun catatan sejarah yang menyebutkan Kaprabonan berdiri sebagai kesultanan[6] atau keraton, pernyataan Pangeran Moh Nurbuwat juga diperkuat oleh sesepuh Kaprabonan lainnya yaitu Pangeran Maulana Cakraningrat:

Dia (red: Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon) dulunya menolak berkuasa di Keraton Kanoman dan memilih mendirikan perguruan karena lebih tertarik memperdalam Tarekat Islam

kerabat Kaprabonan lainnya menjelaskan jika pada masa kepemimpinan Jepang di Indonesia telah terjadi kekeliruan pengakuan, surat dari penguasa Jepang pada saat itu yang mengakui Kaprabonan sebagai sebuah kesultanan atau kerajaan dikarenakan adanya kesalahan dari pihak Kaprabonan ketika mengirimkan surat kepada pemerintah penguasaan Jepang, dikarenakan pada surat yang dikirim oleh pihak Kaprabonan bertuliskan Kaprabonan sebagai keraton maka pihak penguasa Jepang pada saat itu dikarenakan ketidaktahuan sejarah Cirebon membalas surat dari Kaprabonan dengan kata-kata Keraton Kaprabonan, surat balasan inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh pihak Kaprabonan untuk menyatakan dirinya sebagai keraton.

Raden Hamzaiya membenarkan apa yang dikatakan oleh Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut, tutur nya jika status Kaprabonan menjadi Keraton sudah sangatlah mutlak guna pelestarian Kaprabonan serta adat-tradisi Kesultanan Cirebon.

Sikap Pangeran Hempi dalam kisruh tahta Kasepuhan

Pada tanggal 30 Juli 2020, Pangeran Hempi selaku pimpinan di Kaprabonan Cirebon menuliskan surat yang ditujukan kepada para wargi dan pini sepuh keraton Kasepuhan serta sentana kesultanan Cirebon yang menyatakan bahwa penerus di Kasepuhan tidak dapat diteruskan oleh puteranya[7],[8]

assalammu'alaikum wr wb



Bersama ini kami prihatin dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya di Keraton Kasepuhan sejak dahulu setelah meninggalnya Sultan Sepuh V Pangeran Mochammad Syafiudin Matangaji pada 1786 Masehi, zaman pemerintahan Belanda,” tulis Hempi dalam keterangannya.

Karena situasi saat itu dipengaruhi penguasa pemerintahan kolonial Belanda, sebut Hempi, Sultan Sepuh VI yang dilantik bukan trah Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah). Sultan Sepuh VI yang dilantik pemerintah kolonial Belanda adalah Sultan Hasanudin (Ki Muda), dan berlanjut sampai keturunannya sekarang almarhum Sultan Sepuh XIV.

Dengan dasar sejarah terdahulu, dan sekarang telah menjadi Negara Republik, maka keutuhan keturunan Kesultanan Kasepuhan harus dikembalikan kepada trah/nasab yang sebenarnya. Agar kedudukan Sultan Kasepuhan benar-benar turunan asli Sunan Gunung Jati. Sehingga doa dan marwah Sultan Kasepuhan nyambung dengan leluhurnya.



Jadi penerus Sultan Sepuh XIV tidak dapat diteruskan oleh putranya. Karena akan menjadi masalah yang berkepanjangan dari keturunan punggel yang bukan keturunan Sunan Gunung Jati,” demikian pernyataan sejarah dan penertiban Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang ditulis Hempi dalam suratnya.[7]

Menurut Raden Hamzaiya, sikap Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut memperoleh banyak simpati para dzuriah keturunan sunan gunung jati sehingga Kaprabonan semakin banyak dikunjungi. Raden Hamzaiya bahkan telah membuat kan buku untuk mengenang perjuangan dari Pangeran Hempi Raja Kaprabon ujarnya.

Raden Hamzaiya menuturkan jika Kaprabonan memiliki rasa sendiri ketika dapat merangkul semua kerabat kesultanan Cirebon.

Daftar Pangeran Keraton kaprabonan

  • 1699-1734: Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon
  • 1734-1766: Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon
  • 1766-1798: Pangeran Brataningrat Kaprabon
  • 1798-1838: Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon
  • 1838-1878: Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon
  • 1878-1918: Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon
  • 1918-1946: Pangeran Angkawijaya Kaprabon
  • 1946-1974: Pangeran Aruman Raja Kaprabon
  • 1974-2001: Pangeran Herman Raja Kaprabon
  • 2001-2021:[9] Pangeran Hempi Raja Kaprabon
  • 2021[10]-Sekarang: Pangeran Handi Raja Kaprabon

Galeri

Referensi

  1. ^ Kartodihardjo, Sartono. 1988. Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500 - 1900 (dari Emporium sampai Imperium). Jakarta: Gramedia
  2. ^ Roseno, Edi. 1993. Perang Kedondong 1818. Depok: Universitas Indonesia
  3. ^ Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat - Sejarah Keraton Kaprabonan, Cirebon
  4. ^ a b >Hoadley, Mason Claude. 2018. Selective Judicial Competence: The Cirebon-Priangan Legal Administration, 1680–1792. New York : Cornell University Press
  5. ^ P.S. Sulendraningrat. 1985. Sejarah Cirebon. Jakarta: Balai Pustaka
  6. ^ "2011 - Jurnal Patroli News - Status Keraton Kaprabonan digugat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2015-09-20. 
  7. ^ a b Septiadi, Egi. 2020. Dinilai akan Timbulkan Masalah Panjang, Hempi: Penerus Sultan Sepuh XIV Tak Bisa Diteruskan Putranya. Bandung : Pikiran Rakyat
  8. ^ Tim Radar Cirebon. 2020. Pangeran Hempi Kaprabonan Angkat Bicara soal Trah Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan. Cirebon : Radar Cirebon
  9. ^ Erlanti, Mutiara Suci. 2021. Sosok Pangeran Hempi Raja Kaprabon yang Kini Meninggal Dunia, Disebut Orang yang Bersahaja dan Ramah. Cirebon : Tribun News Cirebon
  10. ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. 2021. Pak Uu Saksikan Penobatan Sultan Baru Cirebon, Merasa Bangga dan Berharap Ini. Bandung : Tribun Jabar