Lompat ke isi

Kaprabonan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Raden Hamzaiya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Raden Hamzaiya (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 52: Baris 52:
SEJARAH KERATON KAPRABONAN
SEJARAH KERATON KAPRABONAN


Pangeran Raja Adipati Kaprabonan putera pertama dari permaisuri II Sultan Kanoman PR. Moch. Badrudin  yang diberi gelar Sultan Prabu. Setelah ibunya wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon diangkat sebagai putera mahkota Kesultanan Kanoman pada 1690. Setelah menjadi putra mahkota, ia bergelar Sultan Pandita Agama Islam yang diserahi Busana Pakaian Perang Kerajaan Wali yang dinamakan busana Kaprabon. Berdasarkan bedah sejarah yang dilakukan oleh Dr. Ir. Pangeran Hempi Raja Kaprabon MP bersama Raden Hamzaiya disaksikan oleh seluruh wargi keturunan mengatakan jika nama Kaprabonan diambil dari kata "Prabu" yang memiliki arti sebagai putera Mahkota. (sumber : catatan Redaktur 2020)
Pangeran Raja Adipati Kaprabonan putera pertama dari permaisuri II Sultan Kanoman PR. Moch. Badrudin  yang diberi gelar Sultan Prabu. Setelah ibunya wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon diangkat sebagai putera mahkota Kesultanan Kanoman pada 1690. Setelah menjadi putra mahkota, ia bergelar Sultan Pandita Agama Islam yang diserahi Busana Pakaian Perang Kerajaan Wali yang dinamakan busana Kaprabon. Berdasarkan bedah sejarah yang dilakukan oleh Dr. Ir. Pangeran Hempi Raja Kaprabon MP bersama Raden Hamzaiya disaksikan oleh seluruh wargi keturunan mengatakan jika nama Kaprabonan diambil dari kata "Prabu" yang memiliki arti sebagai putera Mahkota. (sumber : catatan Redaktur 2020).



Keris Ki Jimat Tunggul Manik merupakan warisan dari Prabu Siliwangi (Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa), Raja Pakuan Pajajaran kepada Pangeran Cakrabuana ketika ia diangkat sebagai Adipati Carbon dengan gelar Sri Mangana. Pusaka ini diberikan bersamaan dengan payung kebesaran Songsong Emas, Kendaga, Lampit, dan Bale Mande Jajar. Setelah Sunan Gunung Djati dinobatkan sebagai Raja Cirebon, keris itu diberikan kepada dirinya. Dari Sunan Gunung Djati, keris itu diwariskan kepada Pangeran Mas Muhammad Arifin atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Pasarean. Dari Pangeran Pasarean, berturut-turut diwariskan kepada Panembahan Ratu I, Panembahan Abdul Karim (Panembahan Girilaya), Sultan Anom I, Sultan Abdul Manahir Muhammad Badridin, dan Pangeran Raja Adipati Kaprabon. Di sini, keris pusaka tersebut, diwariskan kepada para pemangku adat Keraton Kaprabonan. Kedudukan keris tersebut merupakan pusaka paling penting karena menujukkan ciri  bahwa pemegangnya memiliki hak sebagai pewaris tahta kerajaan. Jika dibandingkan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadininingrat, Keris Ki Jimat Tunggul Manik memiliki kedudukan yang sama dengan Keris Djokopiturun tegas Raden Hamzaiya.


=== Penegasan status Kaprabonan sebagai ''Peguron'' ===
=== Penegasan status Kaprabonan sebagai ''Peguron'' ===

Revisi per 25 Desember 2021 09.56

Kaprabonan

1699–sekarang
{{{coat_alt}}}
Dalung Damar Wayang
Lambang peguron Kaprabonan
Ibu kotaKota Cirebon
Bahasa yang umum digunakanBahasa Cirebon 1679-sekarang
Agama
Islam
Pangeran Adipati Kaprabon 
• 1696 (didirikannya Kaprabon)
Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon
• 2021
Pangeran Handi Raja Kaprabon
Sejarah 
• Pendirian peguron Kaprabonan oleh putera mahkota kesultanan Kanoman Pangeran Raja Adipati Kaprabon
1699
• -
sekarang
Didahului oleh
kslKesultanan
Kanoman
---
Status Politik:
  • De facto dibentuk (1699)
  • Pangeran Raja Kaprabon (putera mahkota Sultan Anom I) mendirikan Kaprabonan pada 1696
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kaprabonan adalah Keraton yang berada di Cirebon, tepatnya di Kelurahan Lemahwungkuk kecamatan Lemahwungkuk. Kaprabonan didirikan oleh PRA KAPRABONAN pada tahun 1699(Sumber : Pangeran Hempi Raja Kaprabon).

Raden Hamzaiya menyatakan jika Kaprabonan merupakan sebuah keraton yang serat dengan syiar agama Islam terutama dalam keilmuan Pertarekatan. Tidak hanya itu dokumen-dokumen terkait status Kaprabonan menajadi Keraton semuanya sudah tersimpan dengan rapih dan sudah disusun oleh saya dan mungkin saja diterbitkan dalam sebuah buku, Ujar Raden Hamzaiya.


Raden Hamzaiya menegaskan status Kaprabonan sebagai sebuah Keraton tentu saja karena Kaprabonan masih ada kaitannya dengan keluarga kesultanan yang ada di Cirebon.

Sejarah Kaprabonan

SEJARAH KERATON KAPRABONAN

Pangeran Raja Adipati Kaprabonan putera pertama dari permaisuri II Sultan Kanoman PR. Moch. Badrudin  yang diberi gelar Sultan Prabu. Setelah ibunya wafat, Pangeran Raja Adipati Kaprabon diangkat sebagai putera mahkota Kesultanan Kanoman pada 1690. Setelah menjadi putra mahkota, ia bergelar Sultan Pandita Agama Islam yang diserahi Busana Pakaian Perang Kerajaan Wali yang dinamakan busana Kaprabon. Berdasarkan bedah sejarah yang dilakukan oleh Dr. Ir. Pangeran Hempi Raja Kaprabon MP bersama Raden Hamzaiya disaksikan oleh seluruh wargi keturunan mengatakan jika nama Kaprabonan diambil dari kata "Prabu" yang memiliki arti sebagai putera Mahkota. (sumber : catatan Redaktur 2020).


Keris Ki Jimat Tunggul Manik merupakan warisan dari Prabu Siliwangi (Pangeran Jayadewata/Raden Pamanah Rasa), Raja Pakuan Pajajaran kepada Pangeran Cakrabuana ketika ia diangkat sebagai Adipati Carbon dengan gelar Sri Mangana. Pusaka ini diberikan bersamaan dengan payung kebesaran Songsong Emas, Kendaga, Lampit, dan Bale Mande Jajar. Setelah Sunan Gunung Djati dinobatkan sebagai Raja Cirebon, keris itu diberikan kepada dirinya. Dari Sunan Gunung Djati, keris itu diwariskan kepada Pangeran Mas Muhammad Arifin atau lebih dikenal dengan sebutan Pangeran Pasarean. Dari Pangeran Pasarean, berturut-turut diwariskan kepada Panembahan Ratu I, Panembahan Abdul Karim (Panembahan Girilaya), Sultan Anom I, Sultan Abdul Manahir Muhammad Badridin, dan Pangeran Raja Adipati Kaprabon. Di sini, keris pusaka tersebut, diwariskan kepada para pemangku adat Keraton Kaprabonan. Kedudukan keris tersebut merupakan pusaka paling penting karena menujukkan ciri  bahwa pemegangnya memiliki hak sebagai pewaris tahta kerajaan. Jika dibandingkan dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadininingrat, Keris Ki Jimat Tunggul Manik memiliki kedudukan yang sama dengan Keris Djokopiturun tegas Raden Hamzaiya.

Penegasan status Kaprabonan sebagai Peguron

Foto 360 derajat
Berkas info • Tampilkan sebagai foto 360° derajat


Pada tahun 2011 Pangeran Hempi membuat sebuah pernyataan bahwa Kaprabonan bukanlah sekadar sebuah peguron saja namun juga bersifat sebagai kerajaan, terlebih adanya pengakuan dari pejabat penguasa cirebon (zaman penjajahan Jepang) pada sekitar tahun 1946 pada masa kepemimpinan Pangeran Aruman bahwa Kaprabon adalah sebuah kerajaan.

Pertemuan pelurusan sejarah Kaprabonan pun digelar pada tahun yang sama oleh keluarga besar Kaprabonan dan kemudian sesepuh keluarga besar Kaprabonan yaitu Pangeran Moh Nurbuwat Purbaningrat menyatakan bahwa tidak ada satupun catatan sejarah yang menyebutkan Kaprabonan berdiri sebagai kesultanan[1] atau keraton, pernyataan Pangeran Moh Nurbuwat juga diperkuat oleh sesepuh Kaprabonan lainnya yaitu Pangeran Maulana Cakraningrat:

Dia (red: Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon) dulunya menolak berkuasa di Keraton Kanoman dan memilih mendirikan perguruan karena lebih tertarik memperdalam Tarekat Islam

kerabat Kaprabonan lainnya menjelaskan jika pada masa kepemimpinan Jepang di Indonesia telah terjadi kekeliruan pengakuan, surat dari penguasa Jepang pada saat itu yang mengakui Kaprabonan sebagai sebuah kesultanan atau kerajaan dikarenakan adanya kesalahan dari pihak Kaprabonan ketika mengirimkan surat kepada pemerintah penguasaan Jepang, dikarenakan pada surat yang dikirim oleh pihak Kaprabonan bertuliskan Kaprabonan sebagai keraton maka pihak penguasa Jepang pada saat itu dikarenakan ketidaktahuan sejarah Cirebon membalas surat dari Kaprabonan dengan kata-kata Keraton Kaprabonan, surat balasan inilah yang kemudian dijadikan dasar oleh pihak Kaprabonan untuk menyatakan dirinya sebagai keraton.

Raden Hamzaiya membenarkan apa yang dikatakan oleh Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut, tutur nya jika status Kaprabonan menjadi Keraton sudah sangatlah mutlak guna pelestarian Kaprabonan serta adat-tradisi Kesultanan Cirebon.

Sikap Pangeran Hempi dalam kisruh tahta Kasepuhan

Pada tanggal 30 Juli 2020, Pangeran Hempi selaku pimpinan di Kaprabonan Cirebon menuliskan surat yang ditujukan kepada para wargi dan pini sepuh keraton Kasepuhan serta sentana kesultanan Cirebon yang menyatakan bahwa penerus di Kasepuhan tidak dapat diteruskan oleh puteranya[2],[3]

assalammu'alaikum wr wb



Bersama ini kami prihatin dengan situasi dan kondisi yang sebenarnya di Keraton Kasepuhan sejak dahulu setelah meninggalnya Sultan Sepuh V Pangeran Mochammad Syafiudin Matangaji pada 1786 Masehi, zaman pemerintahan Belanda,” tulis Hempi dalam keterangannya.

Karena situasi saat itu dipengaruhi penguasa pemerintahan kolonial Belanda, sebut Hempi, Sultan Sepuh VI yang dilantik bukan trah Sunan Gunung Jati (Syekh Syarif Hidayatullah). Sultan Sepuh VI yang dilantik pemerintah kolonial Belanda adalah Sultan Hasanudin (Ki Muda), dan berlanjut sampai keturunannya sekarang almarhum Sultan Sepuh XIV.

Dengan dasar sejarah terdahulu, dan sekarang telah menjadi Negara Republik, maka keutuhan keturunan Kesultanan Kasepuhan harus dikembalikan kepada trah/nasab yang sebenarnya. Agar kedudukan Sultan Kasepuhan benar-benar turunan asli Sunan Gunung Jati. Sehingga doa dan marwah Sultan Kasepuhan nyambung dengan leluhurnya.



Jadi penerus Sultan Sepuh XIV tidak dapat diteruskan oleh putranya. Karena akan menjadi masalah yang berkepanjangan dari keturunan punggel yang bukan keturunan Sunan Gunung Jati,” demikian pernyataan sejarah dan penertiban Kesultanan Kasepuhan Cirebon yang ditulis Hempi dalam suratnya.[2]

Menurut Raden Hamzaiya, sikap Pangeran Hempi Raja Kaprabon tersebut memperoleh banyak simpati para dzuriah keturunan sunan gunung jati sehingga Kaprabonan semakin banyak dikunjungi. Raden Hamzaiya bahkan telah membuat kan buku untuk mengenang perjuangan dari Pangeran Hempi Raja Kaprabon ujarnya.

Raden Hamzaiya menuturkan jika Kaprabonan memiliki rasa sendiri ketika dapat merangkul semua kerabat kesultanan Cirebon.

Daftar Pangeran Keraton kaprabonan

  • 1699-1734: Pangeran Raja Adipati (PRA) Kaprabon
  • 1734-1766: Pangeran Kusumawaningyun Kaprabon
  • 1766-1798: Pangeran Brataningrat Kaprabon
  • 1798-1838: Pangeran Raja Sulaiman Sulendraningrat Kaprabon
  • 1838-1878: Pangeran Arifudin Kusumabratawirdja Kaprabon
  • 1878-1918: Pangeran Adikusuma Adiningrat Kaprabon
  • 1918-1946: Pangeran Angkawijaya Kaprabon
  • 1946-1974: Pangeran Aruman Raja Kaprabon
  • 1974-2001: Pangeran Herman Raja Kaprabon
  • 2001-2021:[4] Pangeran Hempi Raja Kaprabon
  • 2021[5]-Sekarang: Pangeran Handi Raja Kaprabon

Galeri

Referensi

  1. ^ "2011 - Jurnal Patroli News - Status Keraton Kaprabonan digugat". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 2015-09-20. 
  2. ^ a b Septiadi, Egi. 2020. Dinilai akan Timbulkan Masalah Panjang, Hempi: Penerus Sultan Sepuh XIV Tak Bisa Diteruskan Putranya. Bandung : Pikiran Rakyat
  3. ^ Tim Radar Cirebon. 2020. Pangeran Hempi Kaprabonan Angkat Bicara soal Trah Sunan Gunung Jati di Keraton Kasepuhan. Cirebon : Radar Cirebon
  4. ^ Erlanti, Mutiara Suci. 2021. Sosok Pangeran Hempi Raja Kaprabon yang Kini Meninggal Dunia, Disebut Orang yang Bersahaja dan Ramah. Cirebon : Tribun News Cirebon
  5. ^ Abdussalam, Muhamad Syarif. 2021. Pak Uu Saksikan Penobatan Sultan Baru Cirebon, Merasa Bangga dan Berharap Ini. Bandung : Tribun Jabar