Lompat ke isi

Dekonstruksi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Sedang ditulis}}
{{Sedang ditulis}}


'''Dekonstruksi''' adalah suatu pemikiran untuk memahami kontradiksi yang ada di dalam teks dan mencoba untuk membangun kembali makna-makna yang sudah melekat dalam teks tersebut. Pemikiran mengenai dekonstruksi tidak menerima suatu teks secara konstan sesuai dengan makna teks tersebut. Pemikiran dekonstruksi percaya bahwa suatu teks pasti memiliki makna-makna yang tersembunyi dan memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu, pemikiran dekonstruksi membutuhkan proses mencari makna secara struktural dari makna tunggal yang telah umum disepakati oleh para pembaca.<ref>{{Cite web|last=Hasanah|first=Muakibatul|last2=Adawiyah|first2=Robiatul|date=2021|title=DIFERENSIASI KONSEP PEREMPUAN TIGA ZAMAN: KAJIAN DEKONSTRUKSI JACQUES DERRIDA|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/39036/pdf|website=Jurnal Litera|page=3}}</ref>
'''Dekonstruksi''' adalah suatu pemikiran untuk memahami kontradiksi yang ada di dalam teks dan mencoba untuk membangun kembali makna-makna yang sudah melekat dalam teks tersebut. Pemikiran mengenai dekonstruksi tidak menerima suatu teks secara konstan sesuai dengan makna teks tersebut. Pemikiran dekonstruksi percaya bahwa suatu teks pasti memiliki makna-makna yang tersembunyi dan memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu, pemikiran dekonstruksi membutuhkan proses mencari makna secara struktural dari makna tunggal yang telah umum disepakati oleh para pembaca.<ref>{{Cite web|last=Hasanah|first=Muakibatul|last2=Adawiyah|first2=Robiatul|date=2021|title=DIFERENSIASI KONSEP PEREMPUAN TIGA ZAMAN: KAJIAN DEKONSTRUKSI JACQUES DERRIDA|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/litera/article/view/39036/pdf|website=Jurnal Litera|page=3}}</ref> Dalam penulisan naskah sejarah pemikiran dekontruks tidak menerima secara empiris mengenai hasil sejarah yang sudah ditulis. Aliran dekontruksi beranggapan bahwa sejarah boleh ditulis tidak secara objektif. Konsep dekonstruksi dalam penulisan sejarah membaca ulang kembali sejarah atau membongkar kembali tulisa sejarah yang dilakukan oleh peneliti untuk dibangun kembali maknanya.<ref>{{Cite web|last=Wasino|first=|date=2021|title=Dekonstrusi Sejarah {{!}} wasino unnes|url=http://blog.unnes.ac.id/wasino/dekonstrusi-sejarah/|language=en-US|access-date=2021-12-29}}</ref> Sedangkan dalam penelitian karya sastra, dekonstruksi merupakan salah satu jenis kritik sastra yang memutarbalikan suatu makna hingga bersifat paradoks. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahu secara keseluruhan isi dari karya sastra tersebut secara mendalam.<ref>{{Cite web|last=THASYA|first=DEDEK|date=2019|title=ANALISIS DEKONSTRUKSI CERPEN GOKMA KARYA HASAN AL BANNA|url=http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/1296/1/SKRIPSI%20CD-converted.pdf|website=Repository Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara|page=15-16}}</ref> Pemikiran mengenai dekonstruksi



Dalam penulisan naskah sejarah pemikiran dekontruks tidak menerima secara empiris mengenai hasil sejarah yang sudah ditulis. Aliran dekontruksi beranggapan bahwa sejarah boleh ditulis tidak secara objektif. Konsep dekonstruksi dalam penulisan sejarah membaca ulang kembali sejarah atau membongkar kembali tulisa sejarah yang dilakukan oleh peneliti untuk dibangun kembali maknanya.<ref>{{Cite web|last=Wasino|first=|date=2021|title=Dekonstrusi Sejarah {{!}} wasino unnes|url=http://blog.unnes.ac.id/wasino/dekonstrusi-sejarah/|language=en-US|access-date=2021-12-29}}</ref> Sedangkan dalam penelitian karya sastra, dekonstruksi merupakan salah satu jenis kritik sastra yang memutarbalikan suatu makna hingga bersifat paradoks. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahu secara keseluruhan isi dari karya sastra tersebut secara mendalam.<ref>{{Cite web|last=THASYA|first=DEDEK|date=2019|title=ANALISIS DEKONSTRUKSI CERPEN GOKMA KARYA HASAN AL BANNA|url=http://repository.umsu.ac.id/bitstream/123456789/1296/1/SKRIPSI%20CD-converted.pdf|website=Repository Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara|page=15-16}}</ref>

Ketiga, Jacques Derrida. Membahas filsuf yang satu ini tidak akan lepas dari buah pikirannya tentang dekonstruksi. Istilah ini merupakan salah satu konsep kunci postmodernisme. Apa itu dekonstruksi? secara etimologis, dekonstruksi adalah berarti mengurai, melepaskan, dan membuka (Maksum, 2014: 331). Derrida menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi, yang merupakan salah satu kunci pemikiran postmodernisme, yang mencoba memberikan sumbangan mengenai teori-teori pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya tidak bisa dibantah, yang dalam hal ini pemikiran modernisme. Derrida mencoba untuk meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa dibantah kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru asalkan hal tersebut dapat terbukti kebenarannya dan dipertanggungjawabkan.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 29 Desember 2021 23.50

Dekonstruksi adalah suatu pemikiran untuk memahami kontradiksi yang ada di dalam teks dan mencoba untuk membangun kembali makna-makna yang sudah melekat dalam teks tersebut. Pemikiran mengenai dekonstruksi tidak menerima suatu teks secara konstan sesuai dengan makna teks tersebut. Pemikiran dekonstruksi percaya bahwa suatu teks pasti memiliki makna-makna yang tersembunyi dan memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu, pemikiran dekonstruksi membutuhkan proses mencari makna secara struktural dari makna tunggal yang telah umum disepakati oleh para pembaca.[1] Dalam penulisan naskah sejarah pemikiran dekontruks tidak menerima secara empiris mengenai hasil sejarah yang sudah ditulis. Aliran dekontruksi beranggapan bahwa sejarah boleh ditulis tidak secara objektif. Konsep dekonstruksi dalam penulisan sejarah membaca ulang kembali sejarah atau membongkar kembali tulisa sejarah yang dilakukan oleh peneliti untuk dibangun kembali maknanya.[2] Sedangkan dalam penelitian karya sastra, dekonstruksi merupakan salah satu jenis kritik sastra yang memutarbalikan suatu makna hingga bersifat paradoks. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahu secara keseluruhan isi dari karya sastra tersebut secara mendalam.[3] Pemikiran mengenai dekonstruksi


Ketiga, Jacques Derrida. Membahas filsuf yang satu ini tidak akan lepas dari buah pikirannya tentang dekonstruksi. Istilah ini merupakan salah satu konsep kunci postmodernisme. Apa itu dekonstruksi? secara etimologis, dekonstruksi adalah berarti mengurai, melepaskan, dan membuka (Maksum, 2014: 331). Derrida menciptakan sebuah pemikiran dekonstruksi, yang merupakan salah satu kunci pemikiran postmodernisme, yang mencoba memberikan sumbangan mengenai teori-teori pengetahuan yang dinilai sangat kaku dan kebenarannya tidak bisa dibantah, yang dalam hal ini pemikiran modernisme. Derrida mencoba untuk meneliti kebenaran terhadap suatu teori pengetahuan yang baginya bisa dibantah kebenarannya yang dalam arti bisa membuat teori baru asalkan hal tersebut dapat terbukti kebenarannya dan dipertanggungjawabkan.

Referensi

  1. ^ Hasanah, Muakibatul; Adawiyah, Robiatul (2021). "DIFERENSIASI KONSEP PEREMPUAN TIGA ZAMAN: KAJIAN DEKONSTRUKSI JACQUES DERRIDA". Jurnal Litera. hlm. 3. 
  2. ^ Wasino (2021). "Dekonstrusi Sejarah | wasino unnes" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-29. 
  3. ^ THASYA, DEDEK (2019). "ANALISIS DEKONSTRUKSI CERPEN GOKMA KARYA HASAN AL BANNA" (PDF). Repository Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. hlm. 15-16.