Lompat ke isi

Minhajul Abidin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 12: Baris 12:
Ilmu dan Ma'rifat <ref name=":0">Wasiat Imam Ghazali, Minhajul Abidin. Mutiara ilmu, Surabaya (Cetakan pertama, 2013)</ref>
Ilmu dan Ma'rifat <ref name=":0">Wasiat Imam Ghazali, Minhajul Abidin. Mutiara ilmu, Surabaya (Cetakan pertama, 2013)</ref>


"ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadat. Namun, kita tidak boleh meninggalkan ibadah dengan disertai ilmu. Misalnya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya dan ibadah buahnya. Maka, jika kita beribadat tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin"
"ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadah. Namun, kita tidak boleh meninggalkan ibadah dengan disertai ilmu. Misalnya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya dan ibadah buahnya. Maka, jika kita beribadat tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin"
(Halaman 18.)
(Halaman 18.)



Revisi per 2 Januari 2022 09.50

Minhajul Abidin (secara harfiah berarti Pedoman Dasar bagi para Ahli Ibadah) adalah kitab tasawuf karangan Imam Al-Ghazali. Kitab ini ditulis menjelang wafatnya Imam Al-Ghazali. Dengan kata lain, ditulis setelah Kitab Ihya Ulumuddin.

Dalam kitab ini Imam Al-Ghazali menggunakan istilah 'aqobah yang artinya jalan mendaki yang sukar ditempuh.[1] Menurut Imam Al-Ghazali ada tujuh 'aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah serta faktor-faktor yang menghambat komunikasi personal seorang hamba dengan Tuhan. Dalam teks indonesia 'abobah diterjemahkan sebagai tanjakan. Namun, ada juga yang menafsirkan kata 'aqobah dalam kitab ini sebagai metode atau juga rintangan. Tujuh tanjakan tersebut harus ditempuh oleh setiap hamba untuk meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah.

Dengan demikian, tema pokok dalam kitab Minhajul Abidin ini lebih fokus dan lebih bersifat praktis jika dibandingkan dengan kitab Ihya Ulumuddin.[1]


Tanjakan Pertama

Ilmu dan Ma'rifat [2]

"ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadah. Namun, kita tidak boleh meninggalkan ibadah dengan disertai ilmu. Misalnya sebuah pohon, ilmu ibarat pohonnya dan ibadah buahnya. Maka, jika kita beribadat tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin" (Halaman 18.)

"Ilmu makrifat adalah, orang yang harus mengenal 4(empat) perkara: 1. Mengenal dirinya. 2. Mengenal Tuhannya. 3. Mengenal dunia. 4. Mengenal akhirat. (halaman 37-38)

Tanjakan Kedua

Taubat [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Ketiga

Godaan [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Keempat

Rintangan [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Kelima

Pendorong [3]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Keenam

Cacat-cacat (Celaan) [2]

Penjelasan segera menyusul

Tanjakan Ketujuh

Puji dan Syukur kepada Allah SWT [2]

Penjelasan segera menyusul

Rujukan

  1. ^ a b Penerbit Hikmah (2005). 7 Metode Menjernihkan Nurani. Cetakan I. ISBN 979-3674-45-8
  2. ^ a b c d e f Wasiat Imam Ghazali, Minhajul Abidin. Mutiara ilmu, Surabaya (Cetakan pertama, 2013)
  3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama :amersukri