Makanan kosher: Perbedaan antara revisi
Baris 33: | Baris 33: | ||
Pada kenyataannya memang ada persamaan antara halal dan kosher, seperti tidak menghendaki adanya unsur babi dalam makanan dan minuman serta harus disembelih dengan menggunakan [[pisau]] yang tajam, bukan dimatikan dengan cara dipukul, dipelintir atau diterkam binatang buas. Kemudian, binatang yang akan disembelih harus dalam keadaan hidup dan sehat. [[Darah]] hewan yang disembelih pun harus mengucur keluar semua dari tubuh.<ref name=":7">{{Cite web|date=2014-02-07|title=Halal vs Kosher|url=https://halalcorner.id/halal-vs-kosher/|website=HalalCorner.ID|language=en-US|access-date=2022-01-03}}</ref> |
Pada kenyataannya memang ada persamaan antara halal dan kosher, seperti tidak menghendaki adanya unsur babi dalam makanan dan minuman serta harus disembelih dengan menggunakan [[pisau]] yang tajam, bukan dimatikan dengan cara dipukul, dipelintir atau diterkam binatang buas. Kemudian, binatang yang akan disembelih harus dalam keadaan hidup dan sehat. [[Darah]] hewan yang disembelih pun harus mengucur keluar semua dari tubuh.<ref name=":7">{{Cite web|date=2014-02-07|title=Halal vs Kosher|url=https://halalcorner.id/halal-vs-kosher/|website=HalalCorner.ID|language=en-US|access-date=2022-01-03}}</ref> |
||
Namun, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang kosher tetapi tidak halal, seperti minuman anggur, semua jenis gelatin tanpa memandang terbuat dari [[tulang]] atau [[kulit]] hewan apa dan daging kosher yang meskipun disembelih dengan cara yang benar tetapi tidak menyebut nama Allah (ucapan [[Basmalah|basmallah]]). Ada pula makanan yang halal tetapi tidak kosher, seperti [[daging kelinci]], unggas liar, ikan yang tidak bersirip dan bersisik, hewan |
Namun, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang kosher tetapi tidak halal, seperti minuman anggur, semua jenis gelatin tanpa memandang terbuat dari [[tulang]] atau [[kulit]] hewan apa dan daging kosher yang meskipun disembelih dengan cara yang benar tetapi tidak menyebut nama Allah (ucapan [[Basmalah|basmallah]]). Ada pula makanan yang halal tetapi tidak kosher, seperti [[daging kelinci]], unggas liar, ikan yang tidak bersirip dan bersisik, hewan [[moluska]] dan lain-lain. <ref name=":5" /><ref name=":7" /> |
||
Dalam hukum kosher, daging dan produk susu (susu, [[keju]], [[mentega]] dan lain-lain) tidak boleh dicampur, baik dalam penyimpanan maupun saat memakannya. Beberapa [[sekte]] Yahudi bahkan melarang ikan dicampur dengan daging. Ada pula potongan-potongan daging tertentu yang meskipun dari binatang yang halal tetapi tidak boleh dimakan karena dianggap tidak kosher. Sementara dalam hukum makanan halal, tidak ada aturan seperti itu. Namun, dalam penyimpanan, dilarang mencampurkan antara makanan halal dan [[haram]] dalam satu tempat karena makanan yang halal akan menjadi haram.<ref name=":6" /><ref name=":7" /> |
Dalam hukum kosher, daging dan produk susu (susu, [[keju]], [[mentega]] dan lain-lain) tidak boleh dicampur, baik dalam penyimpanan maupun saat memakannya. Beberapa [[sekte]] Yahudi bahkan melarang ikan dicampur dengan daging. Ada pula potongan-potongan daging tertentu yang meskipun dari binatang yang halal tetapi tidak boleh dimakan karena dianggap tidak kosher. Sementara dalam hukum makanan halal, tidak ada aturan seperti itu. Namun, dalam penyimpanan, dilarang mencampurkan antara makanan halal dan [[haram]] dalam satu tempat karena makanan yang halal akan menjadi haram.<ref name=":6" /><ref name=":7" /> |
Revisi per 5 Januari 2022 06.15
Makanan kosher, berasal dari kata /ˈkoʊʃər/ yang dalam bahasa Ibrani berarti sesuai atau layak berdasarkan hukum Yahudi (halakha). Maka, makanan kosher dapat diartikan sebagai makanan yang sesuai dengan aturan makan Yahudi kashrut (hukum pantangan), terutama yang berasal dari Kitab Imamat dan Kitab Ulangan. Makanan kosher diperbolehkan untuk dimakan dan dapat pula digunakan sebagai bahan baku dalam produksi makanan.[1]
Sementara makanan yang terlarang untuk dimakan oleh umat Yahudi disebut treif (/treɪf/; bahasa Yiddi: טרײף). Istilah ini berasal dari bahasa Ibrani treifah (atau ṭərēp̄āh) yang berarti sesuatu yang tercabik. Awalnya, istilah ini digunakan untuk merujuk pada daging atau bangkai hewan yang belum disembelih sesuai hukum kosher. Namun, selama bertahun-tahun, kata tersebut telah digunakan secara umum untuk menyebut makanan apa pun yang tidak kosher.[2]
Ada pandangan yang mirip tetapi tidak sama antara Islam dan Yahudi terkait makanan. Misalnya, hukum memakan daging babi, baik dalam ajaran Islam maupun Yahudi sama-sama mengharamkan. Namun, jika daging babi diolah, misalnya menjadi gelatin, mereka dapat menyatakannya sebagai makanan kosher.[3]
Demikian pula dengan minuman anggur (wine). Ada yang menyatakannya sebagai kosher dan ada yang tidak. Jenis minuman ini dapat dikatakan sebagai kosher jika dalam proses pembuatannya melibatkan rabi, yang menyatakan bahwa prosesnya sesuai dengan hukum Yahudi.[3]
Gambaran Umum
Makanan kosher adalah makanan yang diperbolehkan untuk dimakan menurut hukum Yahudi (Halakha). Meskipun hukum makanan kosher berasal dari Taurat dan Halakha (yang lebih berfokus pada aspek spiritual), banyak orang mengaitkan kosher dengan kesehatan. Alasannya adalah beberapa aturan tentang makanan kosher ternyata berhubungan dengan fakta kesehatan sehingga orang mengasumsikan jika ada label Kashrut pada produk makanan, kecil kemungkinan produk tersebut mengandung bahan-bahan yang tidak menyehatkan.[4]
Ada empat faktor yang menyebabkan makanan menjadi tidak kosher, yaitu menggunakan bahan-bahan non-kosher, mencampurkan antara daging dengan susu, dimasak oleh orang non Yahudi dan makanan yang dilarang dikonsumsi di waktu-waktu tertentu.[4]
Asal usul dan sejarah kosher
Asal usul hukum kosher (kashrut) telah menjadi subjek penelitian dan perdebatan sejak lama. Misalnya, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Tel Aviv menunjukkan bahwa orang Yudea kuno memiliki kebiasaan makan ikan non-kosher yang merupakan makanan yang terlarang dalam Alkitab. Kebiasaan tersebut ditengarai telah berlangsung selama lebih dari 2.000 tahun, dari Zaman Perunggu akhir (1550-1130 SM) sampai akhir periode Bizantium (640 M), berdasarkan hasil analisis pada tulang ikan purba yang ditemukan di 30 situs arkeologi di Sinai dan Israel. Oleh karena itu, ada yang beranggapan bahwa larangan memakan ikan tanpa sirip dan sisik justru menyimpang dari kebiasaan makan orang Yudea yang telah berlangsung lama.[5]
Sementara Kitab Perjanjian Lama mulai ditulis pada awal abad sebelum penghancuran Yerusalem tahun 586 SM sampai zaman Helenistik (332-63 SM) dan memuat larangan makan jenis ikan tertentu yang diulang sebanyak dua kali. Dua referensi tersebut juga memuat larangan makan babi. Namun, asal usul dan sejarah awal larangan makan jenis ikan tertentu belum tergali secara detail hingga sekarang.[5]
Terlepas dari seperti apa asal usulnya, hukum kosher telah dijalankan secara turun temurun dan memiliki dampak signifikan dalam kehidupan sehari-hari umat Yahudi.[6]
Berdasarkan tradisi dan pemuka agama Yahudi, Taurat, termasuk aturan makan menurut Yahudi diterima oleh 1,2 juta orang Yahudi pada 1275 SM di Sinai, hampir 300 tahun setelah bukti arkeologi paling awal terungkap. Temuan lain menunjukkan adanya kemungkinan bahwa aturan kosher dijalankan oleh orang Yudea ketika mereka berada di bawah kekuasaan Romawi. Menurut tradisi agama, Taurat diajarkan secara lisan dari generasi ke generasi hingga para sarjana awal mulai menyusun pemikiran ini pada abad ke-3 SM.[6]
Makanan merupakan kebutuhan yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahkan larangan pertama bagi Adam dan Hawa, sebagaimana yang disampaikan dalam Taurat, adalah larangan untuk memakan sesuatu (Kitab Kejadian 2 : 16-17). Namun, perintah tersebut dilanggar sehingga menyebabkan Adam dan Hawa keluar dari surga dan diturunkan ke bumi. Hal ini pula yang mereka yakini bahwa kosher merupakan kehendak Tuhan.[7]
Perbedaan antara kosher dan halal
Kosher dan halal seringkali dianggap sebagai hal yang sama oleh banyak orang. Padahal keduanya merupakan istilah dengan terminologi dan berasal dari keyakinan yang berbeda meskipun memiliki beberapa kemiripan.[8]
Akibat kemiripan itulah, orang-orang Yahudi mempromosikan bahwa makanan kosher adalah makanan halal bagi Muslim sehingga apabila sudah ada sertifikat kosher tidak perlu lagi sertifikat halal.[9]
Contoh kekeliruan persepsi ini tampak dalam Kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily terbitan tahun 1998 yang mengartikan kata 'kosher' sebagai halal (kosher meat diartikan sebagai daging halal). Terjemahan yang lebih tepat dapat ditemukan dalam Webster World University Dictionary, di mana kosher atau kashrut diartikan sebagai bersih secara seremonial, sesuai dengan hukum Yahudi.[8]
Pada kenyataannya memang ada persamaan antara halal dan kosher, seperti tidak menghendaki adanya unsur babi dalam makanan dan minuman serta harus disembelih dengan menggunakan pisau yang tajam, bukan dimatikan dengan cara dipukul, dipelintir atau diterkam binatang buas. Kemudian, binatang yang akan disembelih harus dalam keadaan hidup dan sehat. Darah hewan yang disembelih pun harus mengucur keluar semua dari tubuh.[10]
Namun, ada beberapa jenis makanan dan minuman yang kosher tetapi tidak halal, seperti minuman anggur, semua jenis gelatin tanpa memandang terbuat dari tulang atau kulit hewan apa dan daging kosher yang meskipun disembelih dengan cara yang benar tetapi tidak menyebut nama Allah (ucapan basmallah). Ada pula makanan yang halal tetapi tidak kosher, seperti daging kelinci, unggas liar, ikan yang tidak bersirip dan bersisik, hewan moluska dan lain-lain. [8][10]
Dalam hukum kosher, daging dan produk susu (susu, keju, mentega dan lain-lain) tidak boleh dicampur, baik dalam penyimpanan maupun saat memakannya. Beberapa sekte Yahudi bahkan melarang ikan dicampur dengan daging. Ada pula potongan-potongan daging tertentu yang meskipun dari binatang yang halal tetapi tidak boleh dimakan karena dianggap tidak kosher. Sementara dalam hukum makanan halal, tidak ada aturan seperti itu. Namun, dalam penyimpanan, dilarang mencampurkan antara makanan halal dan haram dalam satu tempat karena makanan yang halal akan menjadi haram.[9][10]
Jenis-jenis makanan dan minuman kosher
Ada tiga kategori utama yang termasuk makanan kosher, yaitu daging (fleishig), produk susu (milchig) dan pareve.[11]
Daging (fleishig)
Daging dalam konteks makanan kosher merujuk pada daging yang berasal dari hewan mamalia dan unggas serta produk apa pun yang berasal darinya, seperti kaldu, saus atau tulang.[11] Aturan hukum Yahudi terkait daging kosher harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
- berasal dari hewan berkuku belah atau ruminansia (Kitab Imamat 11:3), seperti sapi, kambing, domba, rusa dan kerbau,
- daging hewan ruminansia yang boleh dimakan hanya yang berasal dari tubuh bagian depan,
- beberapa jenis unggas yang diperbolehkan untuk dimakan adalah ayam, kalkun, bebek, angsa, burung puyuh dan burung merpati,
- hewan mamalia dan unggas yang dagingnya dimakan, harus disembelih dengan tata cara yang sesuai dengan ketentuan hukum Yahudi,
- daging yang hendak dimakan harus bersih dari darah.[11][12]
Produk susu (milchig)
Produk susu, seperti susu, keju, mentega dan yoghurt, diperbolehkan untuk dikonsumsi dengan beberapa ketentuan khusus seperti:
- harus berasal dari hewan yang kosher,
- tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan daging maupun produk turunannya, seperti gelatin atau rennet (sejenis enzim yang dihasilkan dari lambung hewan menyusui), yang biasanya digunakan untuk membuat keju keras dan produk keju olahan lainnya.[11]
Pareve
Pareve atau parve adalah segala jenis makanan yang tidak termasuk dalam kategori daging maupun produk susu, seperti ikan, telur dan makanan yang berasal dari tumbuhan. Parve dapat dimakan bersama dengan daging atau susu. [13][14]
Ikan
Jenis ikan yang kosher menurut Taurat (Kitab Imamat 11:9) adalah yang bersirip dan bersisik. Namun, apabila hanya memiliki salah satunya, masih diperbolehkan. Misalnya, ikan tuna yang sisiknya tipis. Ada pun ikan kosher lain yang populer adalah ikan bass, ikan mas, ikan kod, haring, makarel, trout dan salmon.[12]
Telur
Telur yang boleh dimakan harus berasal dari unggas atau ikan yang kosher dan tidak terkena bercak darah.[11]
Roti
Hampir semua jenis roti termasuk parve. Untuk menghindarkan orang dari memakan roti susu dengan daging atau sebaliknya, dibuatlah larangan produksi roti menggunakan bahan susu atau lemak, kecuali jika ditandai dengan jelas, atau diproduksi dalam jumlah kecil dan hanya disajikan kepada orang-orang yang dikenal.[14]
Sayur dan buah
Sayuran berdaun (seperti selada dan brokoli) dan beberapa jenis buah (seperti rasberi dan stroberi) sering ditemukan ada serangga yang memakannya. Oleh karena itu, diperlukan kehati-hatian sebelum mengonsumsi sayuran dan buah tersebut karena serangga tidak kosher.[12]
Minuman anggur
Karena minuman anggur sering digunakan dalam ritual penyembahan berhala pada kepercayaan kuno (paganisme), hukum kosher melarang konsumsi minuman anggur dan segala produk olahan anggur yang tidak dibuat oleh orang non-Yahudi.[15]
Penyembelihan hewan kosher (Shechitah)
Hewan mamalia dan unggas yang dimakan harus disembelih berdasarkan ketentuan hukum Yahudi (Kitab Ulangan 12 : 21). Ritual penyembelihan inilah yang disebut dengan shechitah dan orang yang melakukan penyembelihan disebut shochet. Kedua kata tersebut berakar dari bahasa Ibrani, Shin-Chet-Tav, yang artinya menghancurkan atau mematikan. Seorang shochet bukanlah tukang jagal biasa melainkan orang saleh yang terlatih dan paham hukum Yahudi, terutama yang berhubungan dengan kosher. Pada komunitas yang lebih kecil, shochet seringkali juga seorang rabi.[15]
Schechita dilakukan dengan memotong bagian trakea dan kerongkongan hewan secara cepat dengan pisau yang tajam tanpa cacat. Metode ini tidak menimbulkan rasa sakit dan dianggap sebagai metode yang paling manusiawi karena penggunaan pisau yang tajam turut memutus pembuluh nadi kepala (pemasok utama darah ke otak) sehingga membuat hewan segera pingsan.[16]
Pembersihan darah dari daging
Darah adalah sesuatu yang terlarang untuk dimakan (Kitab Imamat 7 : 26-27; Kitab Imamat 17 : 10-14). Alasan di balik pelarangan ini adalah karena kehidupan hewan terkandung dalam darah. Ketentuan ini berlaku untuk unggas dan mamalia saja, tidak untuk darah ikan.[15]
Proses pertama sudah dilakukan saat penyembelihan. Namun, sisa-sisa darah yang masih menempel pada daging harus dihilangkan, baik dengan cara dipanggang atau direndam dan digarami. Bagian hati bisa dipanggang karena mengandung banyak darah dan pembuluh darah yang begitu kompleks.[15]
Daging juga bisa dicuci terlebih dulu sebelum direndam dan digarami. Proses penggaraman untuk menghilangkan darah dari daging dapat dilakukan dengan menggunakan garam kosher. Garam kosher sendiri merupakan jenis garam berbutir kasar dan berpartikel besar yang tidak melalui proses pemurnian dan tidak mengandung yodium.[17][18]
Referensi
- ^ "What is Kosher Food? What Does Kosher Mean? OU Kosher Rules & Definition". OU Kosher Certification (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Januari 2022.
- ^ Alfaro, Danilo (1 Juli 2021). "What Does the Yiddish Word "Treif" Mean in Kosher Cooking?". The Spruce Eats (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 3 Januari 2022.
- ^ a b Kisihandi, Ferry (19 Agustus 2020). "Samakah Kosher dengan Halal? | Ihram". ihram.co.id. Diakses tanggal 31 Desember 2021.
- ^ a b Wende, Rabbi Yisrael. "What is Kosher?". Yeshiva Site (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Januari 2022.
- ^ a b "Ancient fish bones reveal non-kosher diet of ancient Judeans, say researchers". www.newswise.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ a b Morrison, Ryan (2021-05-25). "Ancient Judeans often ate non-kosher fish thousands of years ago". Mail Online. Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ "Origin and History of Kosher". KAWA (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ a b c "Halal Versus Kosher". detikfood. Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ a b "Halal Sama dengan Kosher?". Republika Online. 2008-12-18. Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ a b c "Halal vs Kosher". HalalCorner.ID (dalam bahasa Inggris). 2014-02-07. Diakses tanggal 2022-01-03.
- ^ a b c d e "What Is Kosher? Diet, Food, and Rules". Healthline (dalam bahasa Inggris). 2019-01-25. Diakses tanggal 2022-01-05.
- ^ a b c Simmons, Rabbi Shraga. "ABCs of Kosher". aishcom (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 1 Januari 2022.
- ^ "What is kosher? Definition, examples, diet, and more". www.medicalnewstoday.com (dalam bahasa Inggris). 2020-12-23. Diakses tanggal 2022-01-05.
- ^ a b Chabad.org staff. "What Is Parve (Pareve)?". chabad.org. Diakses tanggal 5 Januari 2022.
- ^ a b c d "Overview of Jewish Dietary Laws & Regulations". www.jewishvirtuallibrary.org. Diakses tanggal 2022-01-05.
- ^ "Kosher Slaughter: Setting The Record Straight - OU Kosher". OU Kosher Certification (dalam bahasa Inggris). 2004-12-29. Diakses tanggal 2022-01-05.
- ^ "Koshering Meat". Am HaSefer Yeshiva - ישיבה עם הספר (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-05.
- ^ Media, Kompas Cyber (2021-03-20). "Apa Itu Garam Kosher? Erat Kaitan dengan Tradisi Makan Orang Yahudi Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-01-05.