Lompat ke isi

Syi'ir Tanpo Waton: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Syuhud Al Haqq (bicara | kontrib)
pembuatan halaman baru
Tag: tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Fiqih.ald (bicara | kontrib)
penambahan foto
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox organization|name=Syi'ir Tanpo Wathon|leader_title=Pencipta|image=gus nizam.jpg|leader_name4=|logo_size=110px|abbreviation=|formation=|founding_location=|type=|status=|location_country=|language=[[Bahasa Jawa]]|logo=Syekh mahmud 1.jpg|parent_organization=|leader_name=KH. Mohammad Nizam As-Shofa|subsidiaries=|affiliations=|website=|leader_title2=Diciptakan pada|leader_name2=2004|leader_title3=Diciptakan di|leader_name3=Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa <br/> [[Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo|Simoketawang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo]]|logo_caption=''Teks Resmi Syi'ir Tanpo Wathon''|leader_title4=|imagesize=200}}'''Syi'ir Tanpo Waton''' adalah sebuah syair bernuansa Islami yang menggunakan perpaduan Bahasa Jawa dan Bahasa Kawi (Jawa Kuno). Syair ini diciptakan oleh KH. Mohammad Nizam As-Shofa, pimpinan Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa, [[Wonoayu, Sidoarjo|Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo]] pada tahun 2004 dan dilantunkan bersama-sama ketika dilaksanakan pengajian rutin di pondok pesantren tersebut. Hingga kini Syiir Tanpo Waton sudah tersebar luas terutama di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada intinya di dalam bait-bait syi’ir ini memiliki makna dalam dan begitu menyejukkan sekaligus mengingatkan pada realita kehidupan saat ini.
{{Infobox organization|name=Syi'ir Tanpo Wathon|leader_title=Pencipta|image=gambar syiir.jpg|leader_name4=|logo_size=120px|abbreviation=|formation=|founding_location=|type=|status=|location_country=|language=[[Bahasa Jawa]]|logo=gus nizam.jpg|parent_organization=|leader_name=KH. Mohammad Nizam As-Shofa|subsidiaries=|affiliations=|website=|leader_title2=Diciptakan pada|leader_name2=2004|leader_title3=Diciptakan di|leader_name3=Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa <br/> [[Simoketawang, Wonoayu, Sidoarjo|Simoketawang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo]]|logo_caption='''KH. Moh. Nizam As-Shofa''' <br/> ''Pencipta Syi'ir Tanpo Waton''|leader_title4=|imagesize=250px|caption=Teks Asli Syiir Tanpo Waton}}'''Syi'ir Tanpo Waton''' adalah sebuah syair bernuansa Islami yang menggunakan perpaduan Bahasa Jawa dan Bahasa Kawi (Jawa Kuno). Syair ini diciptakan oleh KH. Mohammad Nizam As-Shofa, pimpinan Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa, [[Wonoayu, Sidoarjo|Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo]] pada tahun 2004 dan dilantunkan bersama-sama ketika dilaksanakan pengajian rutin di pondok pesantren tersebut. Hingga kini Syiir Tanpo Waton sudah tersebar luas terutama di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada intinya di dalam bait-bait syi’ir ini memiliki makna dalam dan begitu menyejukkan sekaligus mengingatkan pada realita kehidupan saat ini.


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Baris 135: Baris 135:
== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Reflist}}

* http://digilib.uinsby.ac.id/12593/
* http://eprints.walisongo.ac.id/7090/4/BAB%20III.pdf

Revisi per 9 Januari 2022 05.12

Syi'ir Tanpo Wathon
Berkas:Gus nizam.jpg
KH. Moh. Nizam As-Shofa
Pencipta Syi'ir Tanpo Waton
Berkas:Gambar syiir.jpg
Teks Asli Syiir Tanpo Waton
Bahasa resmi
Bahasa Jawa
Pencipta
KH. Mohammad Nizam As-Shofa
Diciptakan pada
2004
Diciptakan di
Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa
Simoketawang, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo

Syi'ir Tanpo Waton adalah sebuah syair bernuansa Islami yang menggunakan perpaduan Bahasa Jawa dan Bahasa Kawi (Jawa Kuno). Syair ini diciptakan oleh KH. Mohammad Nizam As-Shofa, pimpinan Pondok Pesantren Ahlus Shofa wal Wafa, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo pada tahun 2004 dan dilantunkan bersama-sama ketika dilaksanakan pengajian rutin di pondok pesantren tersebut. Hingga kini Syiir Tanpo Waton sudah tersebar luas terutama di wilayah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada intinya di dalam bait-bait syi’ir ini memiliki makna dalam dan begitu menyejukkan sekaligus mengingatkan pada realita kehidupan saat ini.

Sejarah

Pada mulanya KH. Nizam As-Shafa menciptakan syiir ini karena melihat fenomena maraknya golongan Islam yang berada dalam jalur garis keras yang membawa atau mengatasnamakan Islam dan fenomena maraknya kondisi umat Islam yang sudah tidak sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad, Sahabat, Walisongo, dan para ulama' terdahulu, hal tersebut tak lain adalah karena berkembangnya zaman dan dunia teknologi yang memalingkan hubungan manusia dengan Tuhannya.[1]

Syiir ini diciptakan oleh Kiai Nizam pada tahun 2004 dan berawal saat ia melakukan khalwat (menyendiri dan merenung). Pada mulanya syiir ini memiliki 17 bait namun kemudian diringkas menjadi 13 bait. Sejak terciptanya syair itu, Kiai Nizam bersama dengan jamaah pengajiannya yang dinamakan "Reboan Agung" selalu melantunkan seusai acara pengajian selesai, hingga kini rekaman syiir itu telah tersebar luas baik dalam bentuk kaset, di media sosial, hingga di Radio. Awal mula syiir ini bisa terkenal adalah karena siaran yang direlay dari Radio Yasmara AM Surabaya dan diedarkannya rekaman suara Kiai Nizam dalam bentuk kaset.[2]

Lirik

Lirik Bacaan Terjemahan
اَسْـتـَغْـفِرُ الله رَبَّ الـْبَرَايَا اَسْتـَغْفِرُ الله مِنَ الـْخَطَايَا Kumohon ampun kepada Allah, Tuhan semua makhluk. Kumohon ampun kepada Allah dari segala dosa
رَبِّ زِدْنـِيْ عِلـْمًا نـَافـِعَا وَوَافِقْ نِيْ عَمَلًا صَلِحَا Ya Tuhan, tambahkan padaku ilmu yang bermanfaat. Dan bimbinglah aku pada perbuatan shaleh
يَارَسُوْلَ الله سَلَامٌ عَلَيْكَ يَارَفِيْعَ اْلشَّانِ وَاْلدَّرَجِ Duhai Rasulallah, salam tetap kepadamu. Duhai yang berbudi dan bermartabat luhur
عَطْفَةً يَاجِيْرَةَ اْلعَلَمِ يَاأُهَيْلَ اْلجُوْدِ وَاْلكَرَمِ Rasa kasihmu duhai pemimpin alam. Duhai ahli dermawan dan pemurah hati
Bait 1
Ngawiti ingsun nglaras syi'iran kelawan muji maring Pengeran Kuawali dengan melantunkan syiir, dengan memuji kepada Tuhan
Kang paring rohmat lan kenikmatan rino wengine tanpo pitungan Yang memberi rahmat dan kenikmatan siang dan malam tanpa perhitungan
Bait 2
Duh bolo konco prio wanito ojo mung ngaji syare'at bloko Duhai sahabat, pria dan wanita jangan hanya belajar syariat saja
Gur pinter ndongeng nulis lan moco, tembe mburine bakal sangsoro Hanya pandai berdongeng (berbicara), menulis, dan membaca, pada akhirnya akan sengsara
Bait 3
Akeh kang apal Qur'an Hadits-e, seneng ngafirke marang liyane Banyak yang hafal Al Quran dan Hadits, suka mengafirkan orang lain
Kafire dhewe dak digatekke, yen isih kotor ati akale Kekafirannya sendiri tak dihiraukan, jikalau masih kotor hati dan akalnya
Bait 4
Gampang kabujuk nafsu angkoro ing pepahese gebyare dunyo Mudah tertipu nafsu angkara terhadap gemerlapnya keindahan duniawi
Iri lan meri sugihe tonggo, mulo atine peteng lan nisto Iri dan dengki terhadap kekayaan tetangga, oleh sebab itu hatinya gelap dan nista
Bait 5
Ayo sedulur jo nglaleake wajibe ngaji sak pranatane Marilah saudara jangan melupakan kewajiban belajar beserta aturannya
Nggo ngandelake iman tauhide, baguse sangu mulyo matine Guna mempertebal iman dan tauhidnya, alangkah bagusnya bekal dan mulia kematiannya
Bait 6
Kang aran sholeh bagus atine kerono mapan seri ngelmune Yang disebut shaleh itu baik hatinya sebab mapan keilmuannya
Laku thoreqot lan ma'rifate, ugo hakekot manjing rasane Menjalankan thariqat dan ma'rifat, juga haqiqat dirasa meresap
Bait 7
Al Quran qodim wahyu minulyo, tanpo tinulis biso diwoco Al Quran qadim wahyu yang mulia, tanpa ditulis dapat dibaca
Iku wejangan guru waskito, den tancepake ing njero dhodho Itulah petuah guru budi pekerti, ditancapkan di dalam dada (hati)
Bait 8
Kumanthil ati lan pikiran mrasuk ing badan kabeh jeroan Terletak di hati dan pikiran, meresap ke jasmani dan rohani
Mu'jizat Rasul dadi pedhoman, minongko dalan manjinge iman Mu'jizat Rasul menjadi pedoman, sebagai sarana masuknya keimanan
Bab 9
Kelawan Allah Kang Moho Suci, kudu rangkulan rino lan wengi Terhadap Allah Yang Maha Suci, harus mendekatkan diri siang dan malam
Ditirakati diriyadhohi, dzikir lan suluk jo nganti lali Menjalani tirakat dan riyadhah, dzikir dan suluk jangan sampai terlupakan
Bait 10
Uripe ayem rumongso aman dununge roso tondho yen iman Hidupnya tentram serasa aman, pertanda jelas bahwa beriman
Sabar narimo najan pas-pasan, kabeh tinakdir saking Pengeran Sabar menerima meskipun berkecukupan, semua takdir dari Tuhan
Bait 11
Kelawan konco, dulur, lan tonggo kang podho rukun ojo daksiyo Kepada teman, saudara, dan tetangga haruslah saling rukun jangan bertikai
Iku sunnahe Rasul kang mulyo, Nabi Muhammad panutan kito Itu sunnahnnya Rasul yang mulia, Nabi Muhammad suri tauladan kita
Bait 12
Kang anglakoni sekabehane, Allah kang bakal ngangkat drajate Yang menjalankan semuanya, Allah yang akan mengangkat derajatnya
Senajan asor toto dhzohire, ananging mulyo maqom drajate Walaupun rendah tingkatan zhahirnya, namun mulia dan luhur derajatnya
Bait 13
Lamun palastro ing pungkasane ora kesasar roh lan sukmane Tatkala meninggal pada akhirnya hayatnya, tidak tersesat roh dan sukmanya
Den gadhang Allah swargo manggone, utuh mayite ugo ulese Dinjanjikan oleh Allah surga tempatnya, utuh jasadnya dan kain kafannya

Makna terkandung

Di dalam syiir ini terkandung pesan moral yang sangat mendalam, yakni bahwa seseorang haruslah benar-benar mentauhidkan Allah, menyatukan jasmani dan rohani untuk senantiasa ingat kepada Allah. Selain itu setiap manusia haruslah belajar agar tidak mencari-cari kejelekan dan kekurangan sesama manusia. Jadi sesama manusia haruslah kita mengupas tuntas dan memperbaiki aib dan kejelekan diri sendiri tanpa ingin mengetahui bahkan mencari-cari kejelekan dan aib orang lain.

Di dalam syiir ini tidak ada kalimat memerintah bahkan memaksa, melainkan sebatas mengingatkan untuk bersama-sama agar masing-masing dari kita melakukan pembersihan hati alias introspeksi diri, baik mengenai hubungan kita kepada Allah (hablun minallah) ataupun kepada sesama manusia (hablun minannas). Dalam syair ini juga sarat akan wejangan-wejangan dan petuah mengenai tingkah laku manusia yang kental akan ilmu tashawwuf, sebab Kiai Nizam sendiri adalah seorang ulama yang memiliki ilmu tashawwuf yang mendalam.

Referensi