Lompat ke isi

Senapan kopak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18: Baris 18:
Pengunaan arquebus dan senjata api lainnya terhenti di Jepang sampai akhir Shogun Tokugawa oleh dekrit Shogun. Pada pertempuran Nagashino 1575, Oda Nobonaga menempatkan tiga shaf ashigaru (tentara/ prajurit) di belakang pagar kayu dan bersiap untuk serangan lawannya. Metode tiga shaf memberi waktu bagi dua baris untuk mengisi sementara satu shaf menembak. Taktik demikian memberi hujan tembakan yang masif untuk mengimbangi akurasi yang buruk.
Pengunaan arquebus dan senjata api lainnya terhenti di Jepang sampai akhir Shogun Tokugawa oleh dekrit Shogun. Pada pertempuran Nagashino 1575, Oda Nobonaga menempatkan tiga shaf ashigaru (tentara/ prajurit) di belakang pagar kayu dan bersiap untuk serangan lawannya. Metode tiga shaf memberi waktu bagi dua baris untuk mengisi sementara satu shaf menembak. Taktik demikian memberi hujan tembakan yang masif untuk mengimbangi akurasi yang buruk.


In terms of accuracy and rate of fire, the arquebus was extremely inferior to archery. However, it was a powerful and intimidating weapon, and it was easy to train with.
Mengenai akurasi dan kecepatan tembak arquebus sangat lemah jika dibandingkan panahan. Bagaimanapun suaranya yang kuat memberi keuntungan intimidasi selain arquebus mudah digunakan.
Mengenai akurasi dan kecepatan tembak arquebus sangat lemah jika dibandingkan panahan. Bagaimanapun suaranya yang kuat memberi keuntungan intimidasi selain arquebus mudah digunakan.



Revisi per 29 Maret 2006 07.25

Arquebus (kadang dibaca harquebus atau hackbut) adalah senjata api awal yang digunakan pada abad ke-15 sampai abad ke-17. Sebagaimana penerusnya, musket, ini adalah senjata api smoothbore yang lebih kecil daripada pendahulunya, membuatnya mudah dibawa. Ini adalah awal dari senapan/bedil dan berbagai senjata laras panjang lainnya.

Arquebus berat yang dibawa kereta (mirip meriam) disebut arquebus a croc. Ini menggunakan peluru bola seberat setengah ons.

Mekanisme

Arquebus diisi dari ujung larasnya (muzzle load), ini memberi efek lamanya waktu pengisian. Untuk meghasilkan ledakan mesiu arquebus menggunakan mekanisme pemantik, berbeda dengan mekanisme penerusnya yang menggunakan tekanan untuk meledakkan mesiu. Terdapat beberapa mekanisme picu arquebus, pertama dengan menggunakan pelatuk yang menyatu dengan picu berbentuk ular, disebut serpentine. Serpentine ini berada di luar senapan. Di bagian picu diletakkan tali sumbu untuk meledakkan mesiu. Sedang mekanisme kedua disebut matchlock (kunci korek) pelatu dan picu terdapat didalam senapan sehingga terlindungi, menggunakan pemantik yang sama dengan serpentine. Arquebus yang menggunakan mekanisme matchlock memiliki diameter lebih panjang daripada pendahulunya

Sejak pertengahan abad 16 mekanisme wheelock digunakan menggantikan matchlock.Nama senapan kait (hook gun) diklaim dari bentuk popornya yang melengkung. Mungkin juga dari arquebus paling awal yang memiliki kait metal dekat ujung larasnya yang munkin digunakan untuk mengaitkannya pada benda padat untuk menyerap hentakan. Karena arquebus dibuat dengan tangan oleh bermacam tukang, tidak ada spesimen serupa.

Sejak akhir abad 16, musket mulai menggantikan erquebus di Eropa.

Arquebus melawan baju zirah lempeng

Sangat penting dipahami bahwa senjata api kecepatan rendah ini digunakan melawan musuh yang menggunakan baju zirah lempengan baja, entah menutup sebagian maupun seluruh tubuh. Baju zirah lempeng adalah perlengkapan perang umum Eropa pada abad 15 sampai pertengahan abad 17. Ini adalah era arquebus. Menjadi perlakuan umum menembak pelindung dada baru dengan pistol atau arquebus. Bekas kecilnya akan menjadi bukti letahanannya.

Arquebus hadir dalam jumlah besar setelah Pertempuran Pavia 1525. Kekalahan knight Perancis oleh tembakan Arquebus Spanyol menginspirasi orang lain untuk menggunakan senjata tersebut. Arquebus juga berperan penting falam pertempuran Cristóvão da Gama's melawan lawan Muslimnya. Begitu pula penaklukan Indonesia oleh tentara Eropa, terutama VOC.

Pengunaan arquebus dan senjata api lainnya terhenti di Jepang sampai akhir Shogun Tokugawa oleh dekrit Shogun. Pada pertempuran Nagashino 1575, Oda Nobonaga menempatkan tiga shaf ashigaru (tentara/ prajurit) di belakang pagar kayu dan bersiap untuk serangan lawannya. Metode tiga shaf memberi waktu bagi dua baris untuk mengisi sementara satu shaf menembak. Taktik demikian memberi hujan tembakan yang masif untuk mengimbangi akurasi yang buruk.

Mengenai akurasi dan kecepatan tembak arquebus sangat lemah jika dibandingkan panahan. Bagaimanapun suaranya yang kuat memberi keuntungan intimidasi selain arquebus mudah digunakan.