Homo floresiensis: Perbedaan antara revisi
k bot Menambah: he:הומו פלורס |
|||
Baris 36: | Baris 36: | ||
Bantahan terhadap ''Homo floresiensis'' |
Bantahan terhadap ''Homo floresiensis'' |
||
* Jacob, T., E. Indriati, R. P. Soejono, K. Hsü, D. W. Frayer, R. B. Eckhardt, A. J. Kuperavage, A. Thorne, and M. Henneberg. 2006. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological abnormalities. ''PNAS USA'' '''103''': 13421–13426 (publikasi ''online'' sebelum cetak |
* Jacob, T., E. Indriati, R. P. Soejono, K. Hsü, D. W. Frayer, R. B. Eckhardt, A. J. Kuperavage, A. Thorne, and M. Henneberg. 2006. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological abnormalities. ''PNAS USA'' '''103''': 13421–13426 (publikasi ''online'' sebelum cetak |
||
== Catatan kaki == |
== Catatan kaki == |
Revisi per 1 Februari 2009 06.17
Homo floresiensis Rentang waktu: Pleistosen Akhir
| |
---|---|
Berkas:Cover of Nature October 2004-Homo floresiensis.jpg | |
Pemurnian metal Homo floresiensis. Pada sampul majalah Nature. | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: | H. floresiensis
|
Nama binomial | |
†Homo floresiensis P. Brown et al., 2004
|
Homo floresiensis ("Manusia Flores", disebut Hobbit) adalah sebutan yang diberikan oleh kelompok peneliti untuk spesies dari genus Homo, yang memiliki tubuh kecil, otak kecil, dan kelangsungan hidup sampai waktu yang relatif.[1][2] Antropolog Peter Brown, Michael Morwood, dan koleganya memiliki argumen yang bervariasi dari berbagai ciri-ciri, baik dari segi primitif dan apa yang didapat dari penelitian, pengidentifikasian tulang dari LB1 dari spesies homonin baru hominin, H. floresiensis.[1][2] Spesies tersebut yang telah dibandingkan dengan manusia modern yang sebaya (Homo sapiens) di pulau Flores, Indonesia. Salah satu sub-fosil tulang terbesar dan satu gigi geraham berumur 18.000 tahun telah ditemukan tersimpan di dalam Liang Bua, Flores pada tahun 2003. Bagian dari masing-masing tujuh tulang lainnya (LB3-LB9, bagian yang hampir lengkap adalah LB6), yang semua dalam bentuk yang lebih kecil dari tulang normal, dan juga ditemukannya peralatan batu kecil yang diperkirakan berasal dari 94.000 hingga 13.000 tahun yang lalu.[3] Penggalian terhadap hal tersebut dilakukan pada tahun 2003 dan publikasi terhadap penggambaran aslinya dilakukan pada Oktober 2004 .[1][2]
Bantahan
Pendapat bahwa fosil ini berasal dari spesies bukan manusia ditentang oleh kelompok peneliti yang juga terlibat dalam penelitian ini, terutama oleh pihak Teuku Jacob dari UGM. Berdasarkan temuan beliau, fosil dari Liang Bua ini berasal dari orang katai Flores -- sampai sekarang masih bisa diamati pada beberapa populasi di sekitar lokasi penemuan -- yang menderita penyakit mikrosefali[1]
Para peneliti dari Universitas Gadjah Mada kembali menguatkan pendapatnya melalui sebuah jurnal sains Amerika bahwa sisa manusia dari Liang Bua, bukan spesies baru dan merupakan manusia modern.
Penguatan tersebut melalui artikel bertajuk Pygmoid Australomelanesian Homo Sapiens Skeletal Remains from Liang Bua, Flores: Population Affinities and Pathological Abnormalities, yang ditulis oleh Teuku Jacob, Ety Indriati, RP Soejono (Indonesia), M Henneberg, AG Thorne (Australia), RB Eckhardt, AJ Kuperavage, DW Frayer (AS), serta K Hou (China), yang dimuat dalam jurnal Proceedings of the National Acedemy of Sciences edisi 21 Agustus 2006.
Menurut tim ini, sisa manusia dari Liang Bua merupakan moyang manusia katai Homo sapiens yang sekarang juga masih hidup di Flores dan termasuk kelompok Australomelanesoid. Kerangka yang ditemukan terbaring di Liang Bua itu menderita microcephalia, yaitu bertengkorak kecil dan berotak kecil.
Pada September 2007, para ilmuwan peneliti Homo floresiensis menemukan petunjuk baru berdasarkan pengamatan terhadap pergelangan tangan fosil yang ditemukan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa Homo floresiensis bukan merupakan manusia modern melainkan merupakan spesies yang berbeda. Hal ini sekaligus menjadi jawaban terhadap tentangan sejumlah ilmuwan mengenai keabsahan spesies baru ini karena hasil penemuan menunjukkan bahwa tulang Homo floresiensis berbeda dari tulang Homo sapiens (manusia modern) maupun manusia Neandertal.[4]
Referensi
Homo floresiensis pertama kali dipaparkan dalam dua tulisan yang diterbitkan dalam majalah Nature, setahun setelah ditemukan:
- Brown, P., et al. A new small-bodied hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia. Nature 431:1055-1061 (27 Oktober 2004).
- Morwood, M. J., et al. Archaeology and age of a new hominin from Flores in eastern Indonesia. Nature 431:1087-1091 (27 Oktober 2004).
- Kate Wong. The littlest human. 'Scientific American Februari 2005: 40-49
Bantahan terhadap Homo floresiensis
- Jacob, T., E. Indriati, R. P. Soejono, K. Hsü, D. W. Frayer, R. B. Eckhardt, A. J. Kuperavage, A. Thorne, and M. Henneberg. 2006. Pygmoid Australomelanesian Homo sapiens skeletal remains from Liang Bua, Flores: Population affinities and pathological abnormalities. PNAS USA 103: 13421–13426 (publikasi online sebelum cetak
Catatan kaki
- ^ a b c Brown, P. (October 27, 2004). "A new small-bodied hominin from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia". Nature. 431. doi:10.1038/nature02999. Teks " pages 1055–1061 " akan diabaikan (bantuan);
- ^ a b c Morwood, M. J. (27 Oktober 2004). "Archaeology and age of a new hominin from Flores in eastern Indonesia". Nature. 431: 1087–1091. doi:10.1038/nature02956.
- ^ Morwood, M. J. (13 October 2005). "Further evidence for small-bodied hominins from the Late Pleistocene of Flores, Indonesia". Nature. 437: 1012–1017. doi:10.1038/nature04022.
- ^ Randerson, Jason "Yes, it's a Hobbit. The debate that has divided science is solved at last (sort of)", The Guardian, 21 September 2007
Pranala luar
- (Inggris) Rilis pers dari University of New England, Australia.
- (Inggris) Pewartaan dalam News @ Nature (tidak termasuk tulisan ilmiah tersebut)
- (Indonesia) Manusia Liang Bua: "Homo Floresiensis" Bukan Spesies Baru