Omar Dhani: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
|serviceyears = 1952 - 1965 |
|serviceyears = 1952 - 1965 |
||
}} |
}} |
||
[[Marsekal Madya]] [[TNI]] '''Omar Dhani''' ({{lahirmati|[[Kota Surakarta|Solo]], [[Jawa Tengah]]|23|1|1924|[[Jakarta]]|24|7|2009}}) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]] ke-2 yang menjabat pada periode [[1962]] - [[1965]]. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, [[Klaten]]. Tahun [[1956]], ia mendapat tugas belajar pada ''Royal Air Force Staff College'' di [[Andover]], [[Inggris]]. |
[[Marsekal Madya]] [[TNI]]([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Omar Dhani''' ({{lahirmati|[[Kota Surakarta|Solo]], [[Jawa Tengah]]|23|1|1924|[[Jakarta]]|24|7|2009}}) adalah [[Kepala Staf TNI Angkatan Udara]] ke-2 yang menjabat pada periode [[1962]] - [[1965]]. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, [[Klaten]]. Tahun [[1956]], ia mendapat tugas belajar pada ''Royal Air Force Staff College'' di [[Andover]], [[Inggris]]. |
||
== Masa remaja == |
== Masa remaja == |
Revisi per 23 Januari 2022 22.21
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Omar Dhani | |
---|---|
Menteri Panglima Angkatan Udara ke-2 | |
Masa jabatan 19 Januari 1962 – 24 November 1965 | |
Presiden | Soekarno |
Wakil | Leo Wattimena |
Informasi pribadi | |
Lahir | Surakarta,Nagari Surakarta Hadiningrat, Hindia Belanda | 23 Januari 1924
Meninggal | 24 Juli 2009 Jakarta, Indonesia | (umur 85)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Ny. Sri Wuryanti |
Anak | 6 |
Profesi | Tentara |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | TNI Angkatan Udara |
Masa dinas | 1952 - 1965 |
Pangkat | Marsekal Madya TNI |
Satuan | Korps Penerbang |
Sunting kotak info • L • B |
Marsekal Madya TNI(Purn.) Omar Dhani (23 Januari 1924 – 24 Juli 2009) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara ke-2 yang menjabat pada periode 1962 - 1965. Ia merupakan putra dari KRT Reksonegoro, Asisten Wedana Gondangwinangun, Klaten. Tahun 1956, ia mendapat tugas belajar pada Royal Air Force Staff College di Andover, Inggris.
Masa remaja
Omar Dhani yang dibesarkan di Klaten, Surakarta dan Yogyakarta, di lingkungan keluarga ningrat terpelajar yang menjabat di birokrasi pemerintahan. Lingkungan itu pula yang mendidiknya agar merdeka serta menjunjung martabat dan penuh rasa tanggung jawab. Omar Dhani mengawali pendidikan di Hollandsch Inlandsche School (HIS) Klaten, Jawa Tengah tahun 1937. Kemudian Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) Kristen Solo tahun 1940. Pada tahun 1942, Omar masuk Algemeene Middlebare School (AMS) B di Yogyakarta.[1][2]
Karier
Masa Revolusi Nasional
Pada bulan Juli 1946, ia menjadi penyiar siaran bahasa Inggris di RRI Tawangmangu. RRI Tawangmangu merupakan pindahan dari RRI Yogyakarta yang pernah dibom tentara Sekutu. Sebagai penyiar, ia dan teman-temannya tidak menerima gaji. Hanya sempat bekerja 3 bulan di sini. Setelah itu ia berangkat ke Jakarta, menjadi informan bagi MBT (Markas Besar Tentara) yang berkedudukan di Yogyakarta. Itupun juga tidak digaji. Bekerja tanpa gaji dan tanpa proses rekrutmen yang berbelit-belit demikian antara lain ciri khas masa Revolusi 1945-1950. Ia memperoleh nafkah dari melakukan berbagai pekerjaan seperti penyiar RRI dan pegawai bagian penerangan luar negeri di Kementerian Penerangan, berjualan obat (aspro, perban, kapas, obat merah, norit) secara door to door.
Juli 1947, kantor pemerintahan RI di Jakarta diserbu dan ditutup Belanda. Demikian pula dengan Kementerian Penerangan. Kemudian, pada bulan Oktober 1948, Omar Dani masuk bekerja di Javasche Bank. Ia kemudian memutuskan untuk keluar dari kantor itu karena ada tantangan yang lebih besar di luar. Tampaknya Tuhan telah memberi tempat kepada Omar Dani bukan "dalam urut-urutan seperti bebek di sawah", tetapi "sebagai elang perkasa yang terbang bebas di angkasa".
Menjadi Pasukan TNI AU
Pada bulan Juli 1950, AU membuka pendaftaran bagi pemuda Indonesia untuk dididik sebagai penerbang/navigator. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Omar Dani yang waktu itu berusia 26 tahun. Pada bulan November 1950, 60 penerbang kadet AURI termasuk Omar Dani dikirim untuk belajar di Academy of Aeronautics, TALOA (Trans Ocean Airline Oakland Airport) di California, AS. Bulan November 1951, Omar Dani berhasil menyelesaikan pendidikan di sana dan kemudian kembali ke Tanah Air dan dilantik sebagai Letnan Muda Udara I (sekarang PELTU) pada akhir Juli 1952 dan bertugas sebagai co-pilot Dakota di Pangkalan Udara Cililitan (sekarang Lanud Halim Perdanakusuma). Ia ikut serta dalam beberapa penugasan operasi militer, seperti pada PRRI di Sumatra. Karier melesat pesat, dalam waktu hanya 9,5 tahun ia mencapai posisi puncak di Angkatan Udara.
Menjadi Menteri Panglima Angkatan Udara
Belum genap berusia 38 tahun, Omar Dani dilantik sebagai Menteri/Panglima Angkatan Udara menggantikan Laksamana Udara Soerjadi Soerjadarma pada 19 Januari 1962.
Digambarkan bagaimana kekuatan AURI sebelum tahun 1965 yang merupakan salah satu angkatan udara terkuat di kawasan Asia Tenggara, bahkan di Asia. Diceritakan juga tentang kedekatan AURI dengan Presiden Soekarno. Di samping berbagai masalah yang mengganjal antar-angkatan, terdapat pula kerenggangan hubungan antara pimpinan angkatan ini dengan pribadi tertentu di Angkatan Darat seperti Mayjen Soeharto.
Angkatan Udara yang dipimpin oleh Laksamana Omar Dani sangat loyal terhadap Presiden Soekarno. Mereka mendukung gerakan "ganyang Malaysia" yang dilancarkan pemerintah Soekarno. Tetapi pihak Angkatan Darat dalam hal ini Soeharto tidak mendukung kebijakan itu dengan sepenuh hati.
Untuk menghadapi Malaysia pada 3 Mei 1964, dibentuk Komando Siaga (yang kemudian berubah nama menjadi Komando Mandala Siaga/ Kolaga) yang dipimpin oleh Menteri Panglima Angkatan Udara Lakdya Omar Dani. Wakilnya adalah Brigjen TNI Achmad Wiranatakoesoemah yang juga merangkap sebagai Kepala Staf Kostrad. Kolaga membagi pasukannya menjadi 3 komando, salah satunya berpusat di Kalimantan Barat, dipimpin oleh Brigjen Soepardjo.
Achmad kemudian digantikan oleh Mayjen Soeharto yang merangkap sebagai Panglima Kostrad. Terjadi friksi antara Omar Dani dengan Soeharto, bahkan Soeharto mengatakan kepada Presiden Soekarno bahwa Omar Dani tidak cocok sebagai Panglima Kolaga.
Keterlibatan dengan 30 September
Nama Omar Dhani mencuat dalam kasus pemberontakan G30S/PKI. Berawal dari dibeberkannya peristiwa yang terjadi di Halim menjelang dan pada 1 Oktober 1965. Kisah yang terjadi menjelang dan setelah kedatangan Presiden Soekarno ke Halim Perdanakusuma. Perintah harian Menteri Panglima Angkatan Udara 1 Oktober itu ditulis dengan spontan oleh Omar Dani setelah mendengar siaran berita RRI pukul 07.00 tentang G30S. Ia langsung meminta kertas dan pulpen untuk menyusun konsep. Setelah dikoordinasikan dengan Panglima Koops Komodor Udara Leo Wattimena, pernyataan itu langsung dikirim ke Departemen Angkatan Udara untuk dikonsultasikan kepada DMPO Komodor Udara I Ignatius Dewanto. Sekitar pukul 08.15 Omar Dani mendapat telepon dari Letkol Suparto bahwa Presiden Soekarno dalam perjalanan ke PAU Halim. Kembali Omar Dani teringat konsep yang baru dibuatnya. Ia berusaha menarik kembali konsep surat itu supaya bisa disesuaikan dengan pendapat Bung Karno mengenai G30S. Namun ternyata surat itu telah terlanjur dikirim ke Depau. Perintah harian itu kemudian menjadi persoalan besar di mata kelompok Soeharto. Perintah harian yang pernah dikeluarkan Omar Dani 1 Oktober 1965 itu dinilai oleh Soekarno sendiri "te voor barig" (terlalu tergesa-gesa). Namun perintah itu dianggap oleh kelompok Soeharto sebagai bukti keterlibatan Omar Dani dalam mendukung G30S. Bila Presiden Soekarno tidak bertindak tegas terhadap Menteri Panglima Angkatan Udara mungkin ia sendiri akan terganjal kedudukannya. Omar Dani mengajukan surat pengunduran diri kepada Presiden Soekarno, tetapi ditolak. Sebagai jalan keluarnya, tanggal 14 Oktober 1965 Bung Karno menugaskan Menteri Panglima Angkatan Udara melakukan perlawatan ke negara-negara Eropa dan Asia dalam rangka menjajaki kerja sama luar negeri dengan AURI. Omar Dani berangkat dengan anak-anak dan istrinya yang sedang hamil 7,5 bulan (mengandung putri ke-5) menuju Phnom Penh. Selama 6 bulan kurang 3 hari, Omar Dani di luar negeri. Ia sebetulnya dapat saja terus berada di mancanegara dengan memanfaatkan keahlian sebagai pilot misalnya. Namun dari Phnom Penh, ia rela pulang ke Jakarta demi "memenuhi tanggung jawab", demikian pengakuannya.
Masa Penahanan
Dengan pesawat Hercules C-130 milik AURI, tanggal 20 April 1966 Omar Dani sekeluarga kembali ke Indonesia, mendarat di Semplak, Bogor, dan langsung ditempatkan di bungalow AURI di Cibogo dengan status "tidak boleh keluar dari sana". Dalam situasi seperti itu, bila malam tiba, Omar Dani berbincang-bincang dengan ayahnya yang sebelumnya sudah di-"konsinyir" di sana, tentang hidup, kematian, tentang manusia, tentang Tuhan dan alam semesta. Suasana sekitar yang sejuk dan senyap itu membawa mereka larut berdiskusi kadang-kadang sampai dini hari.
Tanggal 23 Oktober 1966 Omar Dhani dipindahkan ke rumah tahanan Nirbaya yang letaknya sekitar 800 meter di sebelah selatan Asrama Haji Pondok Gede. Yang memberatkan Omar Dani adalah pembelaannya yang berbunyi:
- "segala perbuatan dan tindakan anggota-anggota AURI yang saya pimpin selama 1.409 hari, yaitu dari tanggal 18 Januari 1962 sampai tanggal 27 November 1965 adalah menjadi tanggung jawab saya penuh"
- Oleh sebab itu, segala tindakan dan perbuatan anggota-anggota AURI, tamtama, bintara atau perwira yang langsung atau tidak langsung tersangkut dalam peristiwa G30S adalah menjadi tanggung jawab saya, selaku Menteri Panglima Angkatan Udara pada waktu itu.
Ia diadili dalam Sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub) dan divonis hukuman mati pada 25 Desember 1966 yang kebetulan merupakan Hari Raya Natal dan juga jatuh pada bulan suci Ramadhan. Tahun 1980 hukumannya diubah menjadi seumur hidup. Setelah itu, bersama dengan Soebandrio, ia mendapat grasi yang dikeluarkan pada 2 Juni 1995. Akhirnya, suami dari Sri Wuryanti ini dapat menghirup udara bebas pada 15 Agustus 1995 setelah meringkuk dalam penjara selama 29 tahun. Ia dituduh terlibat Peristiwa G-30-S karena Landasan Udara Halim Perdanakusumah yang berada di bawah wewenangnya dijadikan tempat pelatihan Pemuda Rakjat onderbouw PKI[3]. Dia dituduh membiarkan dan memberikan tempat berlatih bagi Pemuda Rakjat dan yang dituduh PKI di kawasan Halim yang merupakan daerah kekuasaannya pada masa itu.
Wafat
Omar Dhani menghembuskan napas terakhir pada pukul 13.55 WIB pada hari Jumat tanggal 24 Juli 2009 (16 hari setelah Pemilihan umum Presiden Indonesia 2009), setelah sejak 2 hari sebelumnya dirawat di RSPAU karena lanjut usia. Omar Dhani diketahui sakit radang paru-paru yang berakibat sesak napas dan terserang penyakit tua lainnya.[4] Jenazahnya dimakamkan di TPU Jeruk Purut.
Referensi
- ^ Media, Kompas Cyber (2009-07-24). "Omar Dhani Wafat". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-05-28.
- ^ "Kisah Penjual Obat Keliling Jadi Jenderal Komandan Tinggi TNI AU". id.berita.yahoo.com. Diakses tanggal 2021-05-28.
- ^ B. ANDERSON, R. MCVEY, "A Preliminary Analysis of the October 1, 1965 Coup in Indonesia", Equinox Publishing, Jakarta, 2009
- ^ Mantan KASAU Omar Dhani Meninggal, diakses pada 25 Juli 2009
- Adam, Asvi Warman. 2015. Melawan Lupa, Menepis Stigma Setelah Prahara 1965. Jakarta; PT Kompas Gramedia
Pranala luar
- (Indonesia) "Cemerlang Tapi Dicurigai" Bio Omar Dhani di Ensiklopedi Tokoh Indonesia
- (Indonesia) Omar Dani: “CIA Terlibat dan Soeharto Tangan yang Dipakai ... ”
- (Indonesia) Laporan Khusus Dan Mereka Kini Bersaksi...
Jabatan militer | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Soerjadi Soerjadarma |
Kepala Staf TNI Angkatan Udara 1962-1965 |
Diteruskan oleh: Sri Mulyono Herlambang |