Lompat ke isi

Kekuatan pangan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Agung Snd (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Agung Snd (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{Under construction}}
{{Under construction}}
[[File:Iowa harvest 2009.jpg|thumb|300px|Panen jagung di Iowa, Amerika Serikat]]
[[File:Iowa harvest 2009.jpg|thumb|300px|Panen jagung di Iowa, Amerika Serikat]]
'''Kekuatan pangan''' dalam politik internasional adalah penggunaan [[pertanian]] sebagai alat kontrol politik di mana satu negara atau kelompok negara menawarkan atau menahan komoditas dari negara atau kelompok negara lain untuk kepentingan tertentu. Potensi penggunaannya sebagai senjata diakui setelah penggunaan minyak [[Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi|OPEC]] sebelumnya pernah digunakan sebagai senjata politik. Pangan memiliki pengaruh besar terhadap tindakan politik suatu bangsa. Mengantisipasi kekuatan pangan sebagai senjata, suatu negara akan berusaha bertindak untuk memenuhi ketersediaan pangan warganya.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wallensteen|first=Peter|date=1976|title=Scarce Goods as Political Weapons: The Case of Food|url=https://www.jstor.org/stable/422495|journal=Journal of Peace Research|volume=13|issue=4|doi=10.1177/002234337601300402}}</ref><ref>{{Cite book|last=Thompson|first=Paul B.|last2=MacLean ·|first2=‎Doug|date=1992|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Ethics_of_Aid_and_Trade/W1hrXuuGt-UC?hl=en&gbpv=1&dq=The+Ethics+of+Aid+and+Trade+U.S.+Food+Policy,+Foreign+Competition,+and+the+Social+Contract&printsec=frontcover|title=The Ethics of Aid and Trade: U.S. Food Policy, Foreign Competition, and Social Contract|publisher=Cambridge University Press|pages=20-40|url-status=live}}</ref>
'''Kekuatan pangan''' dalam politik internasional adalah penggunaan [[pertanian]] sebagai alat kontrol politik di mana satu negara atau kelompok negara menawarkan komoditas kepada, atau menahannya dari negara atau kelompok negara lain untuk kepentingan tertentu. Potensi penggunaannya sebagai senjata diakui setelah penggunaan minyak [[Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi|OPEC]] sebelumnya pernah digunakan sebagai senjata politik. Pangan memiliki pengaruh besar terhadap tindakan politik suatu bangsa. Mengantisipasi kekuatan pangan sebagai senjata, suatu negara akan berusaha bertindak untuk memenuhi ketersediaan pangan warganya.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wallensteen|first=Peter|date=1976|title=Scarce Goods as Political Weapons: The Case of Food|url=https://www.jstor.org/stable/422495|journal=Journal of Peace Research|volume=13|issue=4|doi=10.1177/002234337601300402}}</ref><ref>{{Cite book|last=Thompson|first=Paul B.|last2=MacLean ·|first2=‎Doug|date=1992|url=https://www.google.co.id/books/edition/The_Ethics_of_Aid_and_Trade/W1hrXuuGt-UC?hl=en&gbpv=1&dq=The+Ethics+of+Aid+and+Trade+U.S.+Food+Policy,+Foreign+Competition,+and+the+Social+Contract&printsec=frontcover|title=The Ethics of Aid and Trade: U.S. Food Policy, Foreign Competition, and Social Contract|publisher=Cambridge University Press|pages=20-40|url-status=live}}</ref>


Kekuatan pangan merupakan bagian integral dari politik pangan. Gagasan penggunaan kekuatan pangan telah digunakan dalam embargo, lapangan kerja, dan politik pangan. Agar suatu negara dapat memanfaatkan kekuatan pangan secara efektif, negara tersebut harus mampu secara efektif menerapkan dan menampilkan kelangkaan, penguasaan pasokan, penyebaran permintaan, dan kemandirian tindakan.<ref name=":1">{{Cite web|last=Владимирович|first=ринкевич Владислав|date=3 April 2014|title=Food as a Weapon|url=https://iq.hse.ru/en/news/177667822.html|website=HSE University|access-date=31 Januari 2022}}</ref> Pada tahun 1970-an, empat negara pengekspor komoditas pertanian dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai sebuah pengerahan kekuatan pangan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wallensteen|first=Peter|date=1976|title=Scarce Goods as Political Weapons: The Case of Food|url=https://www.jstor.org/stable/422495|journal=Journal of Peace Research|volume=13|issue=4|doi=10.1177/002234337601300402}}</ref> Saat ini empat negara yang mendominasi produk pangan dunia yaitu Amerika Serikat, Brazil, India, dan China.<ref>{{Cite web|last=Ross|first=Sean|date=29 April 2021|title=4 Countries That Produce the Most Food|url=https://www.investopedia.com/articles/investing/100615/4-countries-produce-most-food.asp|website=Investopedia|access-date=31 Januari 2022}}</ref> Dalam skala yang lebih kecil, khususnya di beberapa negara Afrika, kekuatan pangan telah digunakan sebagai senjata oleh pihak-pihak yang berseberangan dalam perang saudara dan konflik melawan rakyatnya sendiri.<ref name=":1">{{Cite web|last=Владимирович|first=ринкевич Владислав|date=3 April 2014|title=Food as a Weapon|url=https://iq.hse.ru/en/news/177667822.html|website=HSE University|access-date=31 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Grunwald|first=Michael|date=1 Januari 2003|title=In Hungry Zimbabwe, Food Used as Political Weapon|url=https://www.washingtonpost.com/archive/politics/2003/01/01/in-hungry-zimbabwe-food-used-as-political-weapon/57d7742e-5bb8-4916-a2ae-e3899f761e4f/|website=Washington Post|access-date=31 Januari 2022}}</ref>
Kekuatan pangan merupakan bagian integral dari politik pangan. Gagasan penggunaan kekuatan pangan telah digunakan dalam embargo, lapangan kerja, dan politik pangan. Agar suatu negara dapat memanfaatkan kekuatan pangan secara efektif, negara tersebut harus mampu secara efektif menerapkan dan menampilkan kelangkaan, penguasaan pasokan, penyebaran permintaan, dan kemandirian tindakan.<ref name=":1">{{Cite web|last=Владимирович|first=ринкевич Владислав|date=3 April 2014|title=Food as a Weapon|url=https://iq.hse.ru/en/news/177667822.html|website=HSE University|access-date=31 Januari 2022}}</ref> Pada tahun 1970-an, empat negara pengekspor komoditas pertanian dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai sebuah pengerahan kekuatan pangan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Wallensteen|first=Peter|date=1976|title=Scarce Goods as Political Weapons: The Case of Food|url=https://www.jstor.org/stable/422495|journal=Journal of Peace Research|volume=13|issue=4|doi=10.1177/002234337601300402}}</ref> Saat ini empat negara yang mendominasi produk pangan dunia yaitu Amerika Serikat, Brazil, India, dan China.<ref>{{Cite web|last=Ross|first=Sean|date=29 April 2021|title=4 Countries That Produce the Most Food|url=https://www.investopedia.com/articles/investing/100615/4-countries-produce-most-food.asp|website=Investopedia|access-date=31 Januari 2022}}</ref> Dalam skala yang lebih kecil, khususnya di beberapa negara Afrika, kekuatan pangan telah digunakan sebagai senjata oleh pihak-pihak yang berseberangan dalam perang saudara dan konflik melawan rakyatnya sendiri.<ref name=":1">{{Cite web|last=Владимирович|first=ринкевич Владислав|date=3 April 2014|title=Food as a Weapon|url=https://iq.hse.ru/en/news/177667822.html|website=HSE University|access-date=31 Januari 2022}}</ref><ref>{{Cite web|last=Grunwald|first=Michael|date=1 Januari 2003|title=In Hungry Zimbabwe, Food Used as Political Weapon|url=https://www.washingtonpost.com/archive/politics/2003/01/01/in-hungry-zimbabwe-food-used-as-political-weapon/57d7742e-5bb8-4916-a2ae-e3899f761e4f/|website=Washington Post|access-date=31 Januari 2022}}</ref>

Revisi per 30 Januari 2022 19.42

Panen jagung di Iowa, Amerika Serikat

Kekuatan pangan dalam politik internasional adalah penggunaan pertanian sebagai alat kontrol politik di mana satu negara atau kelompok negara menawarkan komoditas kepada, atau menahannya dari negara atau kelompok negara lain untuk kepentingan tertentu. Potensi penggunaannya sebagai senjata diakui setelah penggunaan minyak OPEC sebelumnya pernah digunakan sebagai senjata politik. Pangan memiliki pengaruh besar terhadap tindakan politik suatu bangsa. Mengantisipasi kekuatan pangan sebagai senjata, suatu negara akan berusaha bertindak untuk memenuhi ketersediaan pangan warganya.[1][2]

Kekuatan pangan merupakan bagian integral dari politik pangan. Gagasan penggunaan kekuatan pangan telah digunakan dalam embargo, lapangan kerja, dan politik pangan. Agar suatu negara dapat memanfaatkan kekuatan pangan secara efektif, negara tersebut harus mampu secara efektif menerapkan dan menampilkan kelangkaan, penguasaan pasokan, penyebaran permintaan, dan kemandirian tindakan.[3] Pada tahun 1970-an, empat negara pengekspor komoditas pertanian dalam jumlah yang dianggap cukup sebagai sebuah pengerahan kekuatan pangan adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.[1] Saat ini empat negara yang mendominasi produk pangan dunia yaitu Amerika Serikat, Brazil, India, dan China.[4] Dalam skala yang lebih kecil, khususnya di beberapa negara Afrika, kekuatan pangan telah digunakan sebagai senjata oleh pihak-pihak yang berseberangan dalam perang saudara dan konflik melawan rakyatnya sendiri.[3][5]

Latar belakang sejarah

Kebijakan

Kekuatan pangan dan ketahanan pangan

Kekuatan pangan dan embargo

Penerapan

Kondisi struktural

Penerapan sebagai senjata ekonomi

Amerika Serikat

Afrika

Sudan

Lihat juga

Referensi

  1. ^ a b Wallensteen, Peter (1976). "Scarce Goods as Political Weapons: The Case of Food". Journal of Peace Research. 13 (4). doi:10.1177/002234337601300402. 
  2. ^ Thompson, Paul B.; MacLean ·, ‎Doug (1992). The Ethics of Aid and Trade: U.S. Food Policy, Foreign Competition, and Social Contract. Cambridge University Press. hlm. 20–40. 
  3. ^ a b Владимирович, ринкевич Владислав (3 April 2014). "Food as a Weapon". HSE University. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  4. ^ Ross, Sean (29 April 2021). "4 Countries That Produce the Most Food". Investopedia. Diakses tanggal 31 Januari 2022. 
  5. ^ Grunwald, Michael (1 Januari 2003). "In Hungry Zimbabwe, Food Used as Political Weapon". Washington Post. Diakses tanggal 31 Januari 2022.