Penuaan: Perbedaan antara revisi
Kepadalisna (bicara | kontrib) |
Kepadalisna (bicara | kontrib) |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
===== Hormon yang berkurang ===== |
===== Hormon yang berkurang ===== |
||
Hormon pertama yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu estrogen, yang berfungsi untuk menghasilkan kolagen dan elastin. Ketika hormon esterogen berkurang, kulit manusia akan mengalami kerutan, bentuk wajah yang lonjong tidak rata. Dampak terhadap tubuh apabila kekurangan hormon esterogen yaitu lebih cepat mengalami kelelahan. Hormon kedua yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu hormon somatopause atau basa disebut hormon pertumbuhan. Apabila hormon somatopause berkurang di dalam tubuh, akan menimbulkan penurunan otot, lemak dan kerutan bermunculan, juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun.<ref>{{Cite web|last=Widyananda|first=Rakha Fahreza|date=2021|title=6 Jenis Hormon Penyebab Penuaan Dini pada Wanita, Simak Penjelasannya|url=https://www.merdeka.com/jatim/6-jenis-hormon-penyebab-penuaan-dini-pada-wanita-simak-penjelasannya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-02-05}}</ref> |
Hormon pertama yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu estrogen, yang berfungsi untuk menghasilkan kolagen dan elastin. Ketika hormon esterogen berkurang, kulit manusia akan mengalami kerutan, bentuk wajah yang lonjong tidak rata. Dampak terhadap tubuh apabila kekurangan hormon esterogen yaitu lebih cepat mengalami kelelahan. Hormon kedua yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu hormon somatopause atau basa disebut hormon pertumbuhan. Apabila hormon somatopause berkurang di dalam tubuh, akan menimbulkan penurunan otot, lemak dan kerutan bermunculan, juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun.<ref>{{Cite web|last=Widyananda|first=Rakha Fahreza|date=2021|title=6 Jenis Hormon Penyebab Penuaan Dini pada Wanita, Simak Penjelasannya|url=https://www.merdeka.com/jatim/6-jenis-hormon-penyebab-penuaan-dini-pada-wanita-simak-penjelasannya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-02-05}}</ref> |
||
===== Glikosilasi ===== |
|||
Reaksi glikosilasi merupakan dampak dari modifikasi protein. Reaksi glikosilasi merupakan reaksi antara gugus aldehid gula pereduksi dengan gugus amina protein. Modifikasi protein tersebut merupakan salah satu patofisiologis penyakit penuaan dini, kepikunan, dan aterosklerosis.<ref>{{Cite web|last=Suhartono|first=Eko|last2=Setiawan|first2=Bambang|date=2008|title=Modifikasi Protein Akibat Pembebanan Glukosa dengan Model Reaksi Glikosilasi Nonenzimatik in vitro|url=https://journal.umy.ac.id/index.php/mm/article/download/1653/1698|website=Journal UMY|page=41|last3=Mashuri|last4=Juniarti|first4=Maya|last5=Kamilah,|first5=Insanul|last6=Haudhiya}}</ref> |
|||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi per 5 Februari 2022 10.02
Penuaan (dalam bahasa Inggris: aging) adalah hasil akumulasi dari perubahan organisme atau objek karena waktu. Penuaan memiliki arti yang luas, salah satunya penuaan merupakan siklus kehidupan dari mulai manusia dilahirkan, melewati masa kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga pada suatu titik manusia merasa tua. Namun, dalam proses penuaan setiap makhluk hidup tidak ada yang sama dalam hal waktu. Beberapa orang menua lebih cepat, dan ada juga yang menua lebih lambat. Karena, proses penuaan merupakan suatu fenomena yang cukup luas, melibatkan proses fisik, psikologis, hingga keadaan sosial.[1] Secara biologis, penuaan merupakan dampak dari seluruh akumulasi kerusakan molekuler dan seluler dari waktu ke waktu. Hal tersebut menyebabkan kapasitas fisik dan mental berkurang, dan meningkatnya risiko timbulnya penyakit hingga kematian. Penuaan pada usia lanjut juga menyebabkan gangguan pendengaran, katarak, osteoarthritis, penyakit paru-paru obstruktif kronik, diabetes, depresi, dan demensia. Dampak terburuk dari penuaan di usia lanjut yaitu sindrom geriatri.[2]
Penyebab
Radikal bebas
Apabila tubuh manusia terlalu banyak menerima radikal bebas, dapat mengakibatkan stres oksidatif. Hal tersebut dapat merusak sel yang ada di dalam tubuh, dan menyebabkan berbagai penyakit, juga mengakibatkan penuaan.[3] Radikal bebas dianggap sebagai penyebab utama dari proses penuaan, selain itu dimodifikasi oleh faktor genetik, dan lingkungan. Radikal bebas memiliki reaktivitas yang tinggi hingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan terkait usia. Modifikasi oksidatif molekul biologi yang terdil dari lipid, protein, dan asam nukleat berpengaruh terhadap penuaan dan kematian sel.[4]
Hormon yang berkurang
Hormon pertama yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu estrogen, yang berfungsi untuk menghasilkan kolagen dan elastin. Ketika hormon esterogen berkurang, kulit manusia akan mengalami kerutan, bentuk wajah yang lonjong tidak rata. Dampak terhadap tubuh apabila kekurangan hormon esterogen yaitu lebih cepat mengalami kelelahan. Hormon kedua yang berpengaruh terhadap proses penuaan yaitu hormon somatopause atau basa disebut hormon pertumbuhan. Apabila hormon somatopause berkurang di dalam tubuh, akan menimbulkan penurunan otot, lemak dan kerutan bermunculan, juga mengakibatkan daya tahan tubuh menurun.[5]
Glikosilasi
Reaksi glikosilasi merupakan dampak dari modifikasi protein. Reaksi glikosilasi merupakan reaksi antara gugus aldehid gula pereduksi dengan gugus amina protein. Modifikasi protein tersebut merupakan salah satu patofisiologis penyakit penuaan dini, kepikunan, dan aterosklerosis.[6]
Referensi
- ^ Entrevista (2021). "What is ageing?". Senesciencia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-05.
- ^ World Health Organization (2021). "Ageing and health". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-05.
- ^ Wisnubrata (2019). "Radikal Bebas, Bahaya, Penyebab, dan Kaitannya dengan Antioksidan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-02-05.
- ^ Zalukhu, Marta Lisnawati; Phyma, Agustinus Rudolf; Pinzon, Rizaldy Taslim (2016). "Proses Menua, Stres Oksidatif, dan Peran Antioksidan". Cermin Dunia Kedokteran Jurnal. hlm. 734.
- ^ Widyananda, Rakha Fahreza (2021). "6 Jenis Hormon Penyebab Penuaan Dini pada Wanita, Simak Penjelasannya". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-05.
- ^ Suhartono, Eko; Setiawan, Bambang; Mashuri; Juniarti, Maya; Kamilah,, Insanul; Haudhiya (2008). "Modifikasi Protein Akibat Pembebanan Glukosa dengan Model Reaksi Glikosilasi Nonenzimatik in vitro". Journal UMY. hlm. 41.