Raja Ahmad: Perbedaan antara revisi
k Bot: +{{Authority control}} |
Link yang mengacu pada post Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor |
||
Baris 2: | Baris 2: | ||
== Biografi == |
== Biografi == |
||
Beliau dilahirkan di Pulau Biram Dewa di Sungai Carang, Pulau Bintan sebagai putera keempat [[Raja Haji Fisabilillah]] Yang Dipertuan Muda Riau IV dan Encik Mariam. Setelah ayahnya gugur melawan Belanda di Teluk Ketapang, jabatan YDM Riau diberikan kepada Raja Ali bin Daeng Kemboja, karena putera-putera Raja Haji belum ada yang menginjak usia dewasa. Jabatan tersebut kemudian diberikan kepada kakandanya Raja Jaafar setelah kematian Raja Ali. Raja Ahmad kemudian mendampingi kakandanya sebagai penasehat, ahli tata negara dan juga duta dalam memerintah negeri Riau. Kakandanya Raja Hamidah yang dikenal dengan Engku Puteri, dipersunting oleh [[Mahmud Syah III dari Johor|Sultan Mahmud Syah III]] sebagai isteri yang keempat. |
Beliau dilahirkan di Pulau Biram Dewa di Sungai Carang, Pulau Bintan sebagai putera keempat [[Raja Haji Fisabilillah]] Yang Dipertuan Muda Riau IV dan Encik Mariam. Setelah ayahnya gugur melawan Belanda di Teluk Ketapang, jabatan YDM Riau diberikan kepada Raja Ali bin Daeng Kemboja, karena putera-putera Raja Haji belum ada yang menginjak usia dewasa. Jabatan tersebut kemudian diberikan kepada kakandanya Raja Jaafar setelah kematian Raja Ali. [https://abunraja.com/ Raja] Ahmad kemudian mendampingi kakandanya sebagai penasehat, ahli tata negara dan juga duta dalam memerintah negeri Riau. Kakandanya Raja Hamidah yang dikenal dengan Engku Puteri, dipersunting oleh [[Mahmud Syah III dari Johor|Sultan Mahmud Syah III]] sebagai isteri yang keempat. |
||
Setelah pulang dari ibadah haji didampingi puteranya tahun 1828, ia mulai mengasingkan diri dari dunia politik dan mulai dikenal sebagai Engku Haji Tua. Di usia senja ini, ia mulai melibatkan puteranya, Raja Ali Haji dalam urusan politik. Mereka berdua juga berkolaborasi dalam menyusun kitab sejarah Melayu dan Bugis yang diberi judul Tuhfat Al-Nafis. Virginia Matheson dalam pengantar Tuhfat Al-Nafis, mengatakan bahwa Raja Ahmad dikaruniai umur panjang hingga usia 100 tahun, melebihi usia puteranya Raja Ali Haji yang wafat tahun 1873. |
Setelah pulang dari ibadah haji didampingi puteranya tahun 1828, ia mulai mengasingkan diri dari dunia politik dan mulai dikenal sebagai Engku Haji Tua. Di usia senja ini, ia mulai melibatkan puteranya, Raja Ali Haji dalam urusan politik. Mereka berdua juga berkolaborasi dalam menyusun kitab sejarah Melayu dan Bugis yang diberi judul Tuhfat Al-Nafis. Virginia Matheson dalam pengantar Tuhfat Al-Nafis, mengatakan bahwa Raja Ahmad dikaruniai umur panjang hingga usia 100 tahun, melebihi usia puteranya Raja Ali Haji yang wafat tahun 1873. |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
<div class="references-small"> |
<div class="references-small"><references /> </div> |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
||
* [http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=encik&d=8 2008 - 2012 Dewan Bahasa dan Pustaka.] |
* [http://prpm.dbp.gov.my/Search.aspx?k=encik&d=8 2008 - 2012 Dewan Bahasa dan Pustaka.] |
||
* [https://abunraja.com/ 2021 -2022 Abunraja] |
|||
{{Authority control}} |
{{Authority control}} |
||
Revisi per 13 Februari 2022 09.26
Raja Ahmad bin Raja Haji juga dikenal sebagai Engku Haji Tua setelah menunaikan ibadah haji, merupakan merupakan seorang penulis dan pujangga Melayu klasik. Selain itu ia juga merupakan penasehat dan wakil Yang Dipertuan Muda Riau VI, Raja Jaafar yang merupakan kakandanya. Ia beberapa kali menjadi duta Raja Jaafar, yang paling terkenal adalah saat ia menjadi duta menemui Residen Belanda di Batavia untuk membincangkan perihal pelantikan Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah sebagai Sultan Riau-Lingga I.
Biografi
Beliau dilahirkan di Pulau Biram Dewa di Sungai Carang, Pulau Bintan sebagai putera keempat Raja Haji Fisabilillah Yang Dipertuan Muda Riau IV dan Encik Mariam. Setelah ayahnya gugur melawan Belanda di Teluk Ketapang, jabatan YDM Riau diberikan kepada Raja Ali bin Daeng Kemboja, karena putera-putera Raja Haji belum ada yang menginjak usia dewasa. Jabatan tersebut kemudian diberikan kepada kakandanya Raja Jaafar setelah kematian Raja Ali. Raja Ahmad kemudian mendampingi kakandanya sebagai penasehat, ahli tata negara dan juga duta dalam memerintah negeri Riau. Kakandanya Raja Hamidah yang dikenal dengan Engku Puteri, dipersunting oleh Sultan Mahmud Syah III sebagai isteri yang keempat.
Setelah pulang dari ibadah haji didampingi puteranya tahun 1828, ia mulai mengasingkan diri dari dunia politik dan mulai dikenal sebagai Engku Haji Tua. Di usia senja ini, ia mulai melibatkan puteranya, Raja Ali Haji dalam urusan politik. Mereka berdua juga berkolaborasi dalam menyusun kitab sejarah Melayu dan Bugis yang diberi judul Tuhfat Al-Nafis. Virginia Matheson dalam pengantar Tuhfat Al-Nafis, mengatakan bahwa Raja Ahmad dikaruniai umur panjang hingga usia 100 tahun, melebihi usia puteranya Raja Ali Haji yang wafat tahun 1873.
Karya tulis
Engku Haji dipercayai mengarang Tuhfat al-Nafis, yang kemudiannya dilengkapi oleh putranya, Raja Ali Haji.
Antara karyanya adalah mengenai syair Perang Johor yang manuskripnya tersimpan di Perpustakaan Universitas Leiden ("Cod. Or. 1761"). Manuskrip Cod. Or. 1761 itu terdiri dari:-
- Syair Perang Johor (pp.1-34) and
- Kisah Engku Puteri (pp.35-59).[1]
Manuskrip Cod. Or. 1761 dipercayai ditulis di Pulau Penyengat, Riau, dan terdiri daripada 6.253 perkataan dalam 1.420 rangkap. Ia dikatalogkan oleh H.H. Juynboll, Catalogus van de Maleische en Sundaneesche Handschriften der Leidsche Universiteits-Bibliotheek (Leiden: Brill, 1899), no.XIX (pp.17-18). Trankripsi tertulis disediakan secara bebas oleh J. van der Putten dan I. Proudfoot pada tahun 1998.
Budaya populer
- Diperankan oleh Al Azhar dalam film tahun 2009 Mata Pena Mata Hati Raja Ali Haji