Lompat ke isi

Fanatisme: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 16: Baris 16:
Fanatisme etnis merupakan sikap mengunggulkan suatu enis tertentu, dan menganggap etnis lain rendah. Mereka menilai manusia dari warna kulit, dan dari mana asal sukunya. Hal tersebut berdampak terhadap rasa cemah dan takut apabila melihat orang asing (xenofobia) dan membuat generalisasi bagi kelompok etnis yang disebut stereotip.<ref>{{Cite web|last=Romli|first=Mohamad Guntur|date=2016|title=Islam Menolak Rasisme dan Fanatisme Etnis|url=https://geotimes.id/kolom/islam-menolak-rasisme-dan-fanatisme-etnis/|website=GEOTIMES|language=id-ID|access-date=2022-03-09}}</ref> Fanatisme terhadap suatu etnis apabila terus bergulir bisa berdampak menjadi pemicu pemecah kesatuan terhadap suatu bangsa.<ref>{{Cite web|last=Hariandja|first=Richaldo Y|date=2017|title=Hilangkan Politisasi Fanatisme Kesukuan|url=https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/135855/hilangkan-politisasi-fanatisme-kesukuan|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2022-03-09}}</ref>
Fanatisme etnis merupakan sikap mengunggulkan suatu enis tertentu, dan menganggap etnis lain rendah. Mereka menilai manusia dari warna kulit, dan dari mana asal sukunya. Hal tersebut berdampak terhadap rasa cemah dan takut apabila melihat orang asing (xenofobia) dan membuat generalisasi bagi kelompok etnis yang disebut stereotip.<ref>{{Cite web|last=Romli|first=Mohamad Guntur|date=2016|title=Islam Menolak Rasisme dan Fanatisme Etnis|url=https://geotimes.id/kolom/islam-menolak-rasisme-dan-fanatisme-etnis/|website=GEOTIMES|language=id-ID|access-date=2022-03-09}}</ref> Fanatisme terhadap suatu etnis apabila terus bergulir bisa berdampak menjadi pemicu pemecah kesatuan terhadap suatu bangsa.<ref>{{Cite web|last=Hariandja|first=Richaldo Y|date=2017|title=Hilangkan Politisasi Fanatisme Kesukuan|url=https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/135855/hilangkan-politisasi-fanatisme-kesukuan|website=mediaindonesia.com|language=id|access-date=2022-03-09}}</ref>


* Fanatisme nasional
===== Fanatisme olahraga =====
Fanatisme olahraga merupakan bentuk kecintaan kepada tim olahraga, salah satu contohnya suporter sepak bolah yang menunjukkan rasa cintanya terhadap tim dengan cara menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion maupun di luar stadion untuk mendukung tim tersebut.<ref>{{Cite journal|last=Anam|first=Hendra Choirul|last2=Supriyadi|first2=|date=2018|title=HUBUNGAN FANATISME DAN KONFORMITAS TERHADAP AGRESIVITAS VERBAL ANGGOTA KOMUNITAS SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA DENPASAR|url=https://ojs.unud.ac.id/index.php/psikologi/article/view/39285|journal=Jurnal Psikologi Udayana|language=en-US|volume=5|issue=01|pages=132|doi=10.24843/JPU.2018.v05.i01.p13|issn=2654-4024}}</ref>
* Fanatisme olahraga
<!--
'''Fanatisme''' adalah sebuah keadaan di mana seseorang atau [[kelompok]] yang menganut sebuah [[paham]], baik [[politik]], [[agama]], [[kebudayaan]] atau apapun saja dengan cara berlebihan (membabi buta) sehingga berakibat kurang baik, bahkan cenderung menimbulkan [[perseteruan]] dan [[konflik]] serius.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, fanatisme juga berarti kesenangan yang berlebihan (tergila-gila, keranjingan). Sepenggal perjalanan kisah hidup [[Chairil Anwar]] adalah salah satu contoh saja. Dia lebih berat membeli buku [[sastra]] daripada membeli makanan untuk bertahan hidup, atau obat untuk menyembuhkan penyakit [[raja singa]] yang dideritanya. Lihat pula penggemar [[fanatik]] grup [[band]] [[Slank]] yang rela membentuk [[komunitas]] suka rusuh, lengkap dengan [[pengurus]] dan benderanya setiap distrik, meski tanpa bayaran. Dipastikan, mereka wajib hadir jika grup pujaannya melakukan konser di daerah mereka.

Fanatisme merupakan bentuk ekspresi berlebih-lebihan. Dukungan itu menutup kemungkinan-kemungkinan lainnya. Secara psikologis, fanatisme merupakan kecenderungan agresi. Akibatnya, proses keberpikirannya akan tertutup pada hal di luarnya. Apa yang dikagumi dipandang positif. Sebaliknya, di luar apa yang dikagumi, pada objek atau hal yang setara, menjadi buruk. Fanatisme identik mendekati kedangkalan.

Menurut kamus ilmiah populer, M Dahlan Al Barry, terbitan Arkola, Surabaya, “fanatik” adalah ortodoks, kolot, terlampau kuat memegang keyakinan lama sehingga sulit menerima ajaran baru. Sementara Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan “fanatisme” sebagai suatu bentuk kepercayaan yang terlalu kuat terhadap ajaran. Bila ditelisik dari pembentukan katanya, “fanatisme” berasal dari bahasa latin, yakni fanaticus. Kata tersebut berarti kegilaan atau mabuk.-->


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 9 Maret 2022 02.39

Penggambaran fanatisme melalui lukisan, dibuat oleh Eugène Delacroix

Fanatisme adalah paham atau perilaku yang menunjukkan ketertarikan terhadap sesuatu secara berlebihan. Filsuf George Santayana mendefinisikan fanatisme sebagai, "melipatgandakan usaha Anda ketika Anda lupa tujuan Anda";[1] dan menurut Winston Churchill, "Seseorang fanatisme tidak akan bisa mengubah pola pikir dan tidak akan mengubah haluannya". Bisa dikatakan seseorang yang fanatik memiliki standar yang ketat dalam pola pikirnya dan cenderung tidak mau mendengarkan opini maupun ide yang dianggapnya bertentangan.

Jenis-jenis fanatisme

Fanatisme agama

Fanatisme agama adalah sikap meyakini agama secara dalam dan kuat. Hal tersebut sering mengakibatkan konflik di masyarakat, dan sulit untuk meredakannya. Pandangan orang lain yang fanatik terhadap beragama menganggap orang-orang yang berbeda keyakinan dengan mereka sebagai ancaman.[2]

Fanatisme idola

Mengidolakan terhadap sesuatu tentu merupakan hal yang wajar. Namun, hal tersebut bisa menjadi ancaman ketika kebiasaan tersebut berubah menjadi aktivitas yang mengganggu keamanan hingga melanggar privasi, menipu, hingga menyakiti diri sendiri serta orang lain demi orang yang diidolakan. Seseorang yang mengiidolakan sesuatu pasti akan mencontoh perilakunya, hingga gaya berpakaian. Hal tersebut juga memiliki dampak hilangnya identitas diri sendiri, juga mengancam kesehatan mental.[3]

Fanatisme ideologi

Fanatisme terhadap suatu ideologi disebarkan oleh kelompok radikal dan ekstemis yang kini dimulai dengan media internet yang mudah diakses oleh berbagai golonga. Hal tersebut mengakibatkan masyarakat menjadi cemas, dan mudah dipengaruhi oleh kelompok-kelompok radikal tersebut.[4]

Fanatisme etnis

Fanatisme etnis merupakan sikap mengunggulkan suatu enis tertentu, dan menganggap etnis lain rendah. Mereka menilai manusia dari warna kulit, dan dari mana asal sukunya. Hal tersebut berdampak terhadap rasa cemah dan takut apabila melihat orang asing (xenofobia) dan membuat generalisasi bagi kelompok etnis yang disebut stereotip.[5] Fanatisme terhadap suatu etnis apabila terus bergulir bisa berdampak menjadi pemicu pemecah kesatuan terhadap suatu bangsa.[6]

Fanatisme olahraga

Fanatisme olahraga merupakan bentuk kecintaan kepada tim olahraga, salah satu contohnya suporter sepak bolah yang menunjukkan rasa cintanya terhadap tim dengan cara menyaksikan pertandingan secara langsung di stadion maupun di luar stadion untuk mendukung tim tersebut.[7]

Referensi

  1. ^ Santayana, George (1905). Life of Reason: Reason in Common Sense. (New York: Charles Scribner's Sons) 13.
  2. ^ Syifa (2021). "Pemahaman Agama yang Tidak Tepat Menyebabkan Fanatisme Buta". Muhammadiyah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-03-09. 
  3. ^ Nida, Sofwatun (2021). "Fenomena Fanatisme terhadap Idola, Seberapa Berbahaya?". kumparan. Diakses tanggal 2022-03-09. 
  4. ^ Nurish, Amanah (2019). "Dari Fanatisme Ke Ekstremisme: Ilusi, Kecemasan, Dan Tindakan Kekerasan". Jurnal Masyarakat dan Budaya: 38–39. doi:10.14203/jmb.v21i1.829. ISSN 2502-1966. 
  5. ^ Romli, Mohamad Guntur (2016). "Islam Menolak Rasisme dan Fanatisme Etnis". GEOTIMES. Diakses tanggal 2022-03-09. 
  6. ^ Hariandja, Richaldo Y (2017). "Hilangkan Politisasi Fanatisme Kesukuan". mediaindonesia.com. Diakses tanggal 2022-03-09. 
  7. ^ Anam, Hendra Choirul; Supriyadi (2018). "HUBUNGAN FANATISME DAN KONFORMITAS TERHADAP AGRESIVITAS VERBAL ANGGOTA KOMUNITAS SUPORTER SEPAK BOLA DI KOTA DENPASAR". Jurnal Psikologi Udayana (dalam bahasa Inggris). 5 (01): 132. doi:10.24843/JPU.2018.v05.i01.p13. ISSN 2654-4024. 

Pranala luar