Lompat ke isi

Taiko: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tegarrifqi (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Tegarrifqi (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 20: Baris 20:


[[File:Taiko Tsukiji Honganji Festival.webm|thumb|right|Penampilan {{transl|ja|kumi-daiko}} di Festival [[Tsukiji Hongan-ji]] melibatkan beberapa pementas yang melakukan perpindahan di antara {{transl|ja|chū-daiko}}. Para pementas mendekat dan menjauh dari drum dengan menyesuaikan tingkat tekukan pada lutut kiri mereka.|alt=Video of {{transl|ja|taiko performers at the Tsukiji Hongan-ji Festival}}]]
[[File:Taiko Tsukiji Honganji Festival.webm|thumb|right|Penampilan {{transl|ja|kumi-daiko}} di Festival [[Tsukiji Hongan-ji]] melibatkan beberapa pementas yang melakukan perpindahan di antara {{transl|ja|chū-daiko}}. Para pementas mendekat dan menjauh dari drum dengan menyesuaikan tingkat tekukan pada lutut kiri mereka.|alt=Video of {{transl|ja|taiko performers at the Tsukiji Hongan-ji Festival}}]]
{{Nihongo3||[[wikt:太鼓|太鼓]]|'''Taiko'''}} adalah serangkaian besar alat musik [[perkusi]] [[Alat musik tradisional Jepang|Jepang]]. Dalam [[bahasa Jepang]], istilah {{transl|ja|taiko}} mengacu pada segala jenis drum, tetapi di luar Jepang, istilah ini digunakan secara khusus untuk merujuk pada berbagai jenis drum Jepang yang disebut {{nihongo3|secara harfiah "drum Jepang"|和太鼓|wadaiko}} serta bentuk dari pertunjukan yang menggunakan sederetan drum {{transl|ja|taiko}} yang lebih spesifik disebut {{nihongo3|secara harfiah "seperangkat drum"|組太鼓|kumi-daiko}}. Proses pembuatan {{transl|ja|taiko}} berbeda tiap produsen, persiapan kerangka dan kulit drum dapat memakan waktu beberapa tahun tergantung pada metodenya.
{{Nihongo3||[[wikt:太鼓|太鼓]]|'''Taiko'''}} adalah serangkaian besar alat musik [[perkusi]] [[Alat musik tradisional Jepang|Jepang]]. Dalam [[bahasa Jepang]], istilah {{transl|ja|taiko}} mengacu pada segala jenis drum, tetapi di luar Jepang, istilah ini digunakan secara khusus untuk merujuk pada berbagai jenis drum Jepang yang disebut {{nihongo3|secara harfiah "drum Jepang"|和太鼓|wadaiko}} serta bentuk dari pertunjukan kumpulan drum {{transl|ja|taiko}} yang lebih spesifik disebut {{nihongo3|secara harfiah "seperangkat drum"|組太鼓|kumi-daiko}}. Proses pembuatan {{transl|ja|taiko}} berbeda tiap produsen, persiapan kerangka dan kulit drum dapat memakan waktu beberapa tahun tergantung pada metodenya.


{{transl|ja|Taiko}} memiliki asal mitologis dalam [[cerita rakyat Jepang]], tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa {{transl|ja|taiko}} diperkenalkan ke [[Jepang]] melalui pengaruh budaya [[Tiongkok]] dan [[Korea]] pada abad ke-6 M; tembikar dari zaman [[Haniwa]] yang menggambarkan drum {{transl|ja|taiko}} juga ditemukan. Beberapa {{transl|ja|taiko}} mirip dengan alat musik yang berasal dari India. Bukti arkeologis juga mendukung pandangan bahwa {{transl|ja|taiko}} terdapat di Jepang selama abad ke-6 pada [[zaman Kofun]]. Fungsinya bervariasi sepanjang sejarah, mulai dari komunikasi, aksi militer, iringan teater, upacara keagamaan, dan pertunjukan konser. Pada zaman modern, {{transl|ja|taiko}} juga memainkan peran utama dalam gerakan sosial bagi minoritas baik di dalam maupun di luar Jepang.
{{transl|ja|Taiko}} memiliki asal mitologis dalam [[cerita rakyat Jepang]], tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa {{transl|ja|taiko}} diperkenalkan ke [[Jepang]] melalui pengaruh budaya [[Tiongkok]] dan [[Korea]] pada abad ke-6 M; tembikar dari zaman [[Haniwa]] yang menggambarkan drum {{transl|ja|taiko}} juga ditemukan. Beberapa {{transl|ja|taiko}} mirip dengan alat musik yang berasal dari India. Bukti arkeologis juga mendukung pandangan bahwa {{transl|ja|taiko}} terdapat di Jepang selama abad ke-6 pada [[zaman Kofun]]. Fungsinya bervariasi sepanjang sejarah, mulai dari komunikasi, aksi militer, iringan teater, upacara keagamaan, dan pertunjukan konser. Pada zaman modern, {{transl|ja|taiko}} juga memainkan peran utama dalam gerakan sosial bagi minoritas baik di dalam maupun di luar Jepang.

Revisi per 17 Maret 2022 01.57

Taiko
Foto dari chū-daiko berbentuk tabung, dengan kain yang ditambatkan menjuntai dari kepala drum.
Sebuah chū-daiko, salah satu jenis dari taiko
Alat musik perkusi
Nama lainwadaiko, drum taiko
Klasifikasi Alat musik perkusi tak berintonasi
DikembangkanTidak diketahui; bukti arkeologi menunjukkan penggunaannya di kepulauan Jepang sejak abad ke-6 M.
Penampilan kumi-daiko di Festival Tsukiji Hongan-ji melibatkan beberapa pementas yang melakukan perpindahan di antara chū-daiko. Para pementas mendekat dan menjauh dari drum dengan menyesuaikan tingkat tekukan pada lutut kiri mereka.

Taiko (太鼓) adalah serangkaian besar alat musik perkusi Jepang. Dalam bahasa Jepang, istilah taiko mengacu pada segala jenis drum, tetapi di luar Jepang, istilah ini digunakan secara khusus untuk merujuk pada berbagai jenis drum Jepang yang disebut wadaiko (和太鼓, secara harfiah "drum Jepang") serta bentuk dari pertunjukan kumpulan drum taiko yang lebih spesifik disebut kumi-daiko (組太鼓, secara harfiah "seperangkat drum"). Proses pembuatan taiko berbeda tiap produsen, persiapan kerangka dan kulit drum dapat memakan waktu beberapa tahun tergantung pada metodenya.

Taiko memiliki asal mitologis dalam cerita rakyat Jepang, tetapi catatan sejarah menunjukkan bahwa taiko diperkenalkan ke Jepang melalui pengaruh budaya Tiongkok dan Korea pada abad ke-6 M; tembikar dari zaman Haniwa yang menggambarkan drum taiko juga ditemukan. Beberapa taiko mirip dengan alat musik yang berasal dari India. Bukti arkeologis juga mendukung pandangan bahwa taiko terdapat di Jepang selama abad ke-6 pada zaman Kofun. Fungsinya bervariasi sepanjang sejarah, mulai dari komunikasi, aksi militer, iringan teater, upacara keagamaan, dan pertunjukan konser. Pada zaman modern, taiko juga memainkan peran utama dalam gerakan sosial bagi minoritas baik di dalam maupun di luar Jepang.

Pertunjukan kumi-daiko, yang dicirikan dengan sebuah kelompok yang memainkan drum berbeda, dikembangkan pada tahun 1951 melalui karya Daihachi Oguchi dan kemudian pada tahun 1961 oleh Ondekoza, dan taiko kemudian menjadi populer dengan banyak kelompok lain yang meniru format dari Ondekoza seperti Kodo, Yamato, Tao, Taikoza, Fuun No Kai, Sukeroku Taiko, dan sebagainya. Gaya pertunjukan lain, seperti hachijō-daiko, juga muncul dari komunitas tertentu di Jepang. Grup pertunjukan kumi-daiko tidak hanya aktif di Jepang, tetapi juga di Amerika Serikat, Australia, Kanada, Eropa, Taiwan, dan Brasil. Pertunjukan taiko terdiri dari banyak komponen dalam ritme teknis, bentuk, pegangan tongkat, pakaian, dan instrumentasi tertentu. Kelompok tersebut biasanya menggunakan berbagai jenis nagadō-daiko berbentuk tabung serta shime-daiko yang lebih kecil. Banyak kelompok yang mengiringi drum dengan vokal, alat musik dawai, dan alat musik tiup kayu.

Sejarah

Asal usul

Asal usul taiko dan jenisnya belum diketahui secara jelas, meskipun terdapat beberapa gagasan mengenai hal tersebut. Catatan sejarah, yang paling awal berasal dari tahun 588 M, mencatat bahwa remaja pria Jepang pergi ke Korea untuk mempelajari kakko, sebuah drum yang berasal dari Tiongkok Selatan. Studi dan apropriasi alat musik Tiongkok ini mungkin mempengaruhi kemunculan taiko.[1] Gaya musik istana tertentu, terutama gigaku dan gagaku, tiba di Jepang melalui Tiongkok dan Korea.[2][3] Dalam kedua tradisi tersebut, penari diiringi oleh beberapa alat musik termasuk drum yang mirip dengan taiko.[3][4] Pola dan terminologi perkusi tertentu dalam tōgaku, gaya tari dan musik awal di Jepang, serta tampilan fisik kakko, juga mencerminkan pengaruh dari Tiongkok dan India dalam penggunaan drum pada pertunjukan gagaku.[5][6]

Bukti arkeologis menunjukkan bahwa taiko digunakan di Jepang sejak abad ke-6 M,[7] selama bagian akhir dari zaman Kofun, dan kemungkinan besar digunakan untuk komunikasi, dalam festival, dan dalam ritual lainnya.[8] Bukti ini diperkuat dengan ditemukannya patung haniwa di Distrik Sawa di Prefektur Gunma. Dua di antaranya digambarkan sedang bermain drum;[8] salah satunya, memakai busana, dilengkapi dengan drum berbentuk tabung yang digantung dari bahunya dan menggunakan tongkat untuk memainkan drum setinggi pinggul.[9][10] Patung ini berjudul "Pria Pemukul Taiko" dan dianggap sebagai bukti tertua pertunjukan taiko di Jepang.[10][11] Kemiripan antara gaya bermain yang ditunjukkan oleh haniwa ini dengan tradisi musik yang dikenal di Tiongkok dan Korea menunjukkan pengaruh dari wilayah ini.[11]

Nihon Shoki, yang merupakan buku tertua kedua dari sejarah klasik Jepang, berisi cerita mitologis mengenai asal usul taiko. Mitos itu menceritakan betapa Amaterasu, yang menyegel dirinya di dalam gua dalam kemarahan, dibujuk keluar oleh tetua dewi Ama-no-Uzume ketika yang lain gagal. Ame-no-Uzume berhasil melakukannya dengan mengosongkan satu tong sake dan menari sekuat tenaga di atasnya. Sejarawan menganggap penampilannya sebagai penciptaan mitologis dari musik taiko.[12]

Penggunaan dalam peperangan

Seorang wanita mengenakan kimono dan gaya rambut tradisional berlutut di atas tikar tatami, memainkan drum di depannya dengan kedua tongkat.
Cetakan berwarna dari seorang wanita memainkan shime-daiko, sekitar tahun 1885

Di Jepang feodal, taiko sering digunakan untuk memotivasi pasukan, menyerukan perintah atau pengumuman, dan mengatur langkah barisan; barisan tersebut biasanya diatur dalam enam langkah tiap ketukan drum.[13][14] Selama zaman negara-negara berperang pada abad ke-16, seruan drum khusus digunakan untuk menyampaikan perintah untuk mundur dan maju.[15] Ritme dan teknik lainnya dijelaskan dalam teks-teks dari periode tersebut. Menurut kronik perang Gunji Yoshū, sembilan rangkai dari lima ketukan berarti memanggil sekutu untuk berperang, sementara sembilan rangkai dari tiga ketukan, yang dipercepat tiga atau empat kali, adalah panggilan untuk maju dan mengintimidasi musuh.[16] Cerita rakyat dari abad ke-16 menceritakan kisah tentang Kaisar Keitai yang legendaris dari abad ke-6 yang memperoleh sebuah drum besar dari Tiongkok, yang diberi nama Senjin-daiko (線陣太鼓, "drum barisan depan").[17] Kaisar itu diduga menggunakannya untuk mendorong pasukannya sendiri dan mengintimidasi musuh-musuhnya.[17]

Dalam latar tradisional

Taiko dimasukkan dalam teater Jepang untuk kebutuhan ritmis, suasana umum, dan dalam seting latar tertentu. Dalam drama kabuki "Kisah Shiroishi dan Kronik Taihei", adegan di tempat hiburan disertai dengan taiko untuk menciptakan ketegangan yang dramatis.[18] Teater Noh juga menampilkan musik taiko,[19][20] dengan penampilannya terdiri dari pola ritmik yang sangat spesifik. Sekolah drum Konparu (金春流), misalnya, memiliki 65 pola dasar selain 25 pola khusus; pola-pola ini dikategorikan dalam beberapa kelas.[21] Perbedaan pola tersebut antara lain perubahan tempo, aksen, dinamika, tinggi nada, dan fungsi dalam pertunjukan teater. Pola-pola tersebut juga sering dihubungkan bersama dalam prosesnya.[21]

Taiko terus digunakan dalam gagaku, sebuah tradisi musik klasik yang biasanya dipentaskan di Istana Kekaisaran Tokyo serta kuil dan tempat suci setempat.[22] Dalam gagaku, salah satu komponen bentuk keseniannya adalah tari tradisional, yang sebagian diiringi oleh ritme dari taiko.[23]

Taiko telah memainkan peran penting dalam banyak festival lokal di seluruh Jepang.[24] Alat musik tersebut juga digunakan untuk mengiringi musik ritual keagamaan. Dalam kagura, kategori dari musik dan tarian yang berakar dari praktik Shinto, taiko sering dihadirkan bersama pementas lain selama festival lokal. Dalam tradisi Buddhis, taiko digunakan untuk tarian ritual sebagai bagian dari Festival Bon.[25][26] Taiko, bersama dengan instrumen lainnya, ditampilkan di atas menara yang dihiasi dengan kain merah-putih dan berfungsi untuk memberikan ritme bagi para penari yang mengelilingi para pementas.[27]

Jenis-jenis taiko

Pertunjukan pembuatan drum Taiko

Nagado-daiko (長胴太鼓, taiko yang berbadan panjang) terdiri atas dua potong kulit sapi yang dibentangkan di atas sebuah kerangka kayu (biasanya diukir dari satu potong kayu, kini sering dibuat dari sisa-sisa sebuah gentong kayu) dan diregangkan. Kepala dari tsukeshime-daiko (付締め太鼓, sering kali disingkat menjadi, "shime-daiko" atau "shime" saja) dibentangkan di atas cincin-cincin besi dan dijepit di sekitar badan yang lebih kecil. Tali tsukeshime-daiko ditarik hingga ketat sebelum digunakan setiap kalinya. Okedo-daiko (桶胴太鼓, taiko berbadan gentong, sering kali disingkat menjadi "okedo" atau "oke") dapat dipasang di atas sebuah dudukan dan dimainkan seperti taiko lainnya, tapi biasanya digantungkan melintang ke bahu sehingga si pemain drum dapat berjalan dan sekaligus juga memainkannya. Taiko Jepang lainnya mencakup uchiwa-daiko (内輪太鼓、 taiko kipas), hira-daiko (平太鼓, taiko datar), o-daiko (大太鼓, taiko besar), dan serangkaian instrumen tabuh lainnya dalam ansambel tradisional Jepang noh, gagaku, dan kabuki.

Drum Taiko raksasa, dengan panjang 240cm, diameter maksimumnya 240cm, dan beratnya 3 ton. Dibuat dari satu potong kayu dari pohon yang berusia 1200 tahun

Drum okedo-daiko merentang dari yang kecil dan mudah dibawa, hingga drum yang paling besar dari semua drum Jepang. Berbeda dengan nagado, drum ini dapat dibuat dalam berbagai ukuran, namun TIDAK dalam segala ukuran mengingat konstruksi kayu stavenya. Wilayah Aomori terkenal akan festival Nebuta. Di sini okedo besar dimainkan oleh banyak orang sambil dibawa dengan kereta sepanjang jalan. Okedo mempunyai penopang betta-nya sendiri yang diciptakan oleh Hayashi Eitetsu.

Selain itu, seperti nagado-daiko, okedo mempunyai suara pinggiran, yang disebut "ka." Namun, ketika memainkan pinggiran sebuah okedo, penting bagi pemain untuk memukul hanya bagian yang palin luar dari cincin metalnya dan bukan pinggiran dari tubuh drum itu sendiri. Kayu tipis dan ringan dari okedo khususnya mudah penyok dan akan cepat menurun kondisinya bila dipukul.

Istilah terkait

Bachi
pemukul kayu yang digunakan untuk memainkan drum taiko. (Lihat entri terpisah untuk informasi terinci tambahan.)
Ji
juga disebut Jiuchi, adalah irama dasar yang digunakan untuk mendukung irama utama, atau O-uchi. Sebagian dari irama yang lebih lazim untuk ji adalah don doko, don ko, atau don go (pola mengayun). Jikata adalah pemain yang memainkan irama ji.
Oroshi
dicirikan oleh serangkaian pukulan pada taiko. Pemain mulai dengan lambat dengan banyak ma. Pelan-pelan ma (waktu) antara masing-masing pukulan menjadi semakin singkat, hingga penabuh melakukan pukulan yang cepat


Lihat pula

Referensi

Catatan kaki

Kutipan

  1. ^ Blades 1992, hlm. 122–123.
  2. ^ Nelson 2007, hlm. 36, 39.
  3. ^ a b Schuller 1989, hlm. 202.
  4. ^ Cossío 2001, hlm. 179.
  5. ^ Bender 2012, hlm. 26.
  6. ^ Harich-Schneider 1973, hlm. 108, 110.
  7. ^ "Music Festival at the Museum". Tokyo National Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 September 2013. Diakses tanggal 24 August 2013. 
  8. ^ a b Dean 2012, hlm. 122.
  9. ^ Dean 2012, hlm. 122; Varian 2013, hlm. 21.
  10. ^ a b Ochi, Megumi. "What The Haniwa Have to Say About Taiko's Roots: The History of Taiko". Rolling Thunder. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 February 2015. Diakses tanggal 27 December 2014. 
  11. ^ a b Varian 2013, hlm. 21.
  12. ^ Minor 2003, hlm. 37–39; Izumi 2001, hlm. 37–39; Raz 1983, hlm. 19.
  13. ^ Turnbull 2008, hlm. 37.
  14. ^ Turnbull 2012, hlm. 27–28.
  15. ^ Turnbull 2012, hlm. 27.
  16. ^ Turnbull 2008, hlm. 49.
  17. ^ a b Gould 1998, hlm. 12.
  18. ^ Brandon & Leiter 2002, hlm. 86.
  19. ^ Miki 2008, hlm. 176.
  20. ^ Malm 2000, hlm. 286–288.
  21. ^ a b Malm 1960, hlm. 75–78.
  22. ^ Malm 2000, hlm. 101–102.
  23. ^ Malm 2000, hlm. 103.
  24. ^ "Kenny Endo: Connecting to Heritage through Music". Big Drum. Japanese American National Museum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 November 2013. Diakses tanggal 7 November 2013. 
  25. ^ Miki 2008, hlm. 180.
  26. ^ Bender 2012, hlm. 110.
  27. ^ Malm 2000, hlm. 77.

Bibliografi

  • Alaszewska, Jane (2008). Mills, Simon, ed. Analysing East Asian Music: Patterns of Rhythm and Melody. Semar Publishers SRL. ISBN 978-8877781048. 
  • Alves, William (2012). Music of the Peoples of the World (edisi ke-3rd). Cengage Learning. ISBN 978-1133712305. 
  • Ammer, Christine (2004). The Facts on File: Dictionary of Music (edisi ke-4th). Facts on File. ISBN 1438130090. 
  • Cossío, Óscar Cossío (2001). La Tensión Espiritual del Teatro Nô (dalam bahasa Spanyol). Dirección de Literatura, UNAM. ISBN 9683690874. 
  • Bender, Shawn (2005). "Of Roots and Race: Discourses of Body and Place in Japanese Taiko Drumming". Social Science Japan. 8 (2): 197–212. doi:10.1093/ssjj/jyi038. 
  • Bender, Shawn (2012). Taiko Boom: Japanese Drumming in Place and Motion. Univ. of California Press. ISBN 978-0520951433. 
  • Blades, James (1992). Percussion Instruments and Their HistoryPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-Revised). Bold Strummer. ISBN 0933224613. 
  • Bloustein, Gerry, ed. (1999). Musical Visions: Selected Conference Proceedings from 6th National Australian/New Zealand IASPM and Inaugural Arnhem Land Performance Conference, Adelaide, Australia, June 1998. Wakefield Press. ISBN 1862545006. 
  • Brandon, James R.; Leiter, Samuel L. (2002). Kabuki Plays On-Stage: Villainy and Vengeance, 1773–1799. Univ. of Hawaii Press. ISBN 082482413X. 
  • Cangia, Flavia (2013). Performing the Buraku: Narratives on Cultures and Everyday Life in Contemporary Japan. LIT Verlag Münster. ISBN 978-3643801531. 
  • Carlsen, Spike (2009). A Splintered History of Wood. Harper Collins. ISBN 978-0061982774. 
  • Dean, Matt (2012). The Drum: A History. Scarecrow Press. ISBN 978-0810881709. 
  • de Ferranti, Hugh (2007). "Japan Beating: The making and marketing of professional taiko music in Australia". Dalam Allen, William; Sakamoto, Rumi. Popular Culture and Globalisation in Japan. Routledge. ISBN 978-1134203741. 
  • Forss, Matthew J. (2010). "Folk Music". Dalam Lee, Jonathan H.X.; Nadeau, Kathleen M. Encyclopedia of Asian American Folklore and FolklifePerlu mendaftar (gratis). ABC-CLIO. hlm. 645. ISBN 978-0313350672. 
  • Gould, Michael (June 1998). "Taiko Classification and Manufacturing" (PDF). Percussive Notes. 36 (3): 12–20. 
  • Harich-Schneider, Eta (1973). A History of Japanese Music. Oxford Univ. Press. ISBN 0193162032. 
  • Honda, Yasuji (1984). Tōkyō-to minzoku geinōshi 東京都民俗芸能誌 (dalam bahasa Jepang). Kinseisha 錦正社. OCLC 551310576. 
  • Hoover, William D. (2011). Historical Dictionary of Postwar Japan. Scarecrow Press. ISBN 978-0810854604. 
  • Ikeda, Nobumichi (1983). Miyakejima no rekishi to minzoku 三宅島の歴史と民俗 (dalam bahasa Jepang). Dentō to Gendaisha 伝統と現代社. OCLC 14968709. 
  • Ingram, Scott (2004). Japanese ImmigrantsPerlu mendaftar (gratis). Infobase Publishing. ISBN 0816056889. 
  • Izumi, Masumi (2001). "Reconsidering Ethnic Culture and Community: A Case Study on Japanese Canadian Taiko Drumming". Journal of Asian American Studies. 4 (1): 35–56. doi:10.1353/jaas.2001.0004. 
  • Izumi, Masumi (2006). "Big Drum: Taiko in the United States". The Journal of American History. 93 (1): 158–161. doi:10.2307/4486067. JSTOR 4486067. 
  • Kakehi, Hisao; Tamori, Ikuhiro; Schourup, Lawrence (1996). Dictionary of Iconic Expressions in Japanese. Walter de Gruyter. ISBN 3110809044. 
  • Keene, Jarret (2011). "Drumline". Inside Cirque du Soleil. Fall 2011. 
  • Kobayashi, Kayo (1998). "Eisa no Bunrui (The Classification of Eisa) エイサーの分類". Dalam Okinawa-shi Kikakubu Heiwa Bunka Shinkōka 沖縄市企画部平和文化振興課. Eisā 360-do: Rekishi to Genzai エイサー360度 : 歴史と現在 (dalam bahasa Jepang). Naha Shuppansha 那覇出版社. hlm. 36–40. ISBN 4890951113. 
  • Konagaya, Hideyo (2001). "Taiko as Performance: Creating Japanese American Traditions" (PDF). The Journal of Japanese American Studies. 12: 105–124. ISSN 0288-3570. 
  • Konagaya, Hideyo (2005). "Performing Manliness: Resistance and Harmony in Japanese American Taiko". Dalam Bronner, Simon J. Manly Traditions: The Folk Roots of American Masculinities. Indiana Univ. Press. ISBN 0253217814. 
  • Konagaya, Hideyo (2007). Performing the Okinawan Woman in Taiko: Gender, folklore, and Identity Politics in Modern Japan (Tesis PhD). OCLC 244976556. 
  • Konagaya, Hideyo (2010). "Taiko Performance". Dalam Lee, Jonathan H.X.; Nadeau, Kathleen M. Encyclopedia of Asian American Folklore and FolklifePerlu mendaftar (gratis). ABC-CLIO. hlm. 645. ISBN 978-0313350672. 
  • Kumada, Susumu (2011). "Minzoku geinō Eisa no hen'yō to tenkai 民族芸能エイサーの変容と展開". Okinawa no minzoku geinō ron 沖縄の民俗芸能論 (dalam bahasa Jepang). Naha Shuppansha 那覇出版社. hlm. 193–244. OCLC 47600697. 
  • Lacashire, Terence A. (2011). An Introduction to Japanese Folk Performing Arts. Ashgate. ISBN 978-1409431336. 
  • Li, Xiaoping (2011). Voices Rising: Asian Canadian Cultural Activism. Univ. of British Columbia Press. ISBN 978-0774841368. 
  • Lorenz, Shanna (2007). "Japanese in the Samba": Japanese Brazilian Musical Citizenship, Racial Consciousness, and Transnational Migration. Univ. of Pittsburgh Press. ISBN 978-0549451983. 
  • Malm, William P. (May 1960). "An Introduction to Taiko Drum Music in the Japanese No Drama". Ethnomusicology. 4 (2): 75–78. doi:10.2307/924267. JSTOR 924267. 
  • Malm, William P. (1963). Nagauta: The Heart of Kabuki Music. Tuttle Publishing. ISBN 1462913059. 
  • Malm, William P. (1986). Six Hidden Views of Japanese Music. Univ. of California Press. ISBN 0520050452. 
  • Malm, William P. (2000). Traditional Japanese Music and Musical InstrumentsPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-1st). Kodansha International. ISBN 4770023952. 
  • McLeod, Ken (2013). We Are the Champions: The Politics of Sports and Popular Music. Ashgate. ISBN 978-1409408642. 
  • Miki, Minoru (2008). Regan, Marty, ed. Composing for Japanese Instruments. Univ. of Rochester Press. ISBN 978-1580462730. 
  • Miller, Terry E.; Shahriari, Andrew (2014). World Music: A Global Journey. Routledge. ISBN 978-1317974604. 
  • Minor, William (2003). Jazz Journeys to Japan: The Heart Within. Univ. of Michigan Press. ISBN 0472113453. 
  • Nelson, Stephen G. (2007). Tokita, Alison; Hughes, David W., ed. The Ashgate Research Companion to Japanese Music (edisi ke-Reprint). Ashgate. ISBN 978-0754656999. 
  • Nomura, Gail M. (2005). Fiset, Louis; Nomura, Gail M., ed. Nikkei in the Pacific Northwest Japanese Americans & Japanese Canadians in the Twentieth CenturyPerlu mendaftar (gratis) (edisi ke-1st). Center for the Study of the Pacific Northwest in association with Univ. of Washington Press. ISBN 0295800097. 
  • Piggott, Francis Taylor (1971). The music and musical instruments of Japan (edisi ke-Unabridged republication of the Yokohama [usw.] (1909) 2nd). Da Capo Press. ISBN 030670160X. 
  • Powell, Kimberly (2012). "Inside-Out and Outside-In: Participant Observation in Taiko Drumming". Dalam Spindler, George; Hammond, Lorie. Innovations in Educational Ethnography: Theories, Methods, and Results. Psychology Press. hlm. 33–64. ISBN 978-1136872693. 
  • Powell, Kimberly (2012). "The Drum in the Dojo". Dalam Dixon-Román, Ezekiel; Gordon, Edmund W. Thinking Comprehensively About Education: Spaces of Educative Possibility and their Implications for Public Policy. Routledge. ISBN 978-1136318474. 
  • Raz, Jacob (1983). Audience and Actors: A Study of Their Interaction in the Japanese Traditional Theatre. Brill Archive. ISBN 9004068864. 
  • Roth, Louis Frédéric (2002). Japan Encyclopedia. Harvard Univ. Press. ISBN 0674017536. 
  • Schuller, Gunther (1989). Musings: The Musical Worlds of Gunther Schuller. Oxford Univ. Press. ISBN 019972363X. 
  • Terada, Yoshitaka (2001). Terada, Yoshitaka, ed. "Transcending boundaries: Asian Musics in North America". Shifting Identities of Taiko Music in North America. 22: 37–60. ISSN 1340-6787. 
  • Terada, Yoshitaka (2013). "Rooted as Banyan Trees: Eisā and the Okinawan Diaspora". Dalam Rice, Timothy. Ethnomusicological Encounters with Music and Musicians: Essays in Honor of Robert Garfias (edisi ke-revised). Ashgate. ISBN 978-1409494782. 
  • Thornbury, Barbara (2013). America's Japan and Japan's Performing Arts: Cultural Mobility and Exchange in New York, 1952–2011. Univ. of Michigan Press. ISBN 978-0472029280. 
  • Titon, Jeff Todd; Fujie, Linda, ed. (2005). Worlds of Music: An Introduction to the Music of the World's Peoples. Cengage Learning. ISBN 0534627579. 
  • Turnbull, Stephen (2008). Samurai Armies: 1467–1649. Osprey Publishing. ISBN 978-1846033513. 
  • Turnbull, Stephen (2012). War in Japan 1467–1615. Osprey Publishing. ISBN 978-1782000181. 
  • Tusler, Mark (2003). Sounds and Sights of Power: Ensemble Taiko Drumming (Kumi Daiko) Pedagogy in California and the Conceptualization of Power (Tesis PhD). Univ. of California, Santa Barbara. OCLC 768102165. 
  • Varian, Heidi (2005). The Way of Taiko (edisi ke-1st). Stone Bridge Press. ISBN 188065699X. 
  • Varian, Heidi (2013). The Way of Taiko (edisi ke-2nd). Stone Bridge Press. ISBN 978-1611720129. 
  • Wald, Elijah; Vartoogian, Linda (2007). Global Minstrels: Voices of World Music. Routledge. ISBN 978-0415979290. 
  • Webb, Michael; Seddon, Frederick A. (2012). "Musical Instrument Learning, Music Ensembles, and Musicianship in a Global and Digital Age". Dalam McPherson, Gary E.; Welch, Graham F. The Oxford handbook of music education. Oxford Univ. Press. ISBN 978-0199730810. 
  • Wong, Deborah (2000). "Taiko and the Asian/American Body: Drums, Rising Sun, and the Question of Gender". The World of Music. 42 (3): 67–78. JSTOR 41692766. OCLC 717224426. 
  • Wong, Deborah (2004). Speak It Louder: Asian Americans Making Music. Routledge. ISBN 0203497279. 
  • Yoon, Paul Jong-Chul (2001). "'She's Really Become Japanese Now!': Taiko Drumming and Asian American Identifications". American Music. 19 (4): 417–438. doi:10.2307/3052419. JSTOR 3052419. 

Pranala luar