Rangkasbitung, Lebak: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{kecamatan |
{{kecamatan |
||
|nama =Rangkasbitung |
|nama =Rangkasbitung |
||
|nama_lain =Rangkas |
|||
|dati2 =Kabupaten |
|dati2 =Kabupaten |
||
|nama dati2 =Lebak |
|nama dati2 =Lebak |
Revisi per 23 Maret 2022 05.13
Rangkasbitung
Rangkas | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Banten | ||||
Kabupaten | Lebak | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Yadi Basari[1] | ||||
Populasi | |||||
• Total | 137.546 jiwa | ||||
• Kepadatan | 1.872/km2 (4,850/sq mi) | ||||
Kode pos | 42311-42319 | ||||
Kode Kemendagri | 36.02.14 | ||||
Kode BPS | 3602180 | ||||
Desa/kelurahan | 11 desa 5 kelurahan | ||||
|
Rangkasbitung (aksara Sunda: ᮛᮀᮊᮞ᮪ᮘᮤᮒᮥᮀ, pegon: رڠڪس بتوڠ) atau sering disingkat dan lebih dikenal masyarakat setempat sebagai Rangkas merupakan sebuah kecamatan yang juga merupakan ibu kota dari Kabupaten Lebak, di provinsi Banten, Indonesia. Kantor Kecamatan Rangkasbitung terletak di Jalan Sunan Kalijaga, sekitar 1 km dari terminal kota menuju arah Jakarta atau Bogor.
Sejarah
Rangkasbitung merupakan kota kecamatan yang sudah ada semenjak zaman penjajahan Belanda, pada masa itu Rangkasbitung menjadi kota satelit yang cukup maju. Tata letak kota menganut pada sistem kerajaan, di mana alun-alun, masjid dan pendopo menjadi pusat kota.
Sejarah Rangkasbitung ada dalam beberapa literatur internasional, hal ini dikarenakan seorang asisten residen bernama Eduard Douwes Dekker menulis sebuah buku berjudul Max Havelaar. saat menerbitkan Max Havelaar ia menggunakan nama samaran Multatuli. Nama ini berasal dari bahasa Latin dan berarti "'Aku sudah menderita cukup banyak'" atau "'Aku sudah banyak menderita'". Di sini, kata "aku" merujuk pada Eduard Douwes Dekker sendiri atau rakyat yang terjajah. Nama Multatuli pun menjadi sebuah jalan protokoler dekat alun-alun.
Rangkasbitung awalnya ialah Hutan Bambu Belantara yang kemudian tahun 1849 dibuka oleh Patih Jahar (Patih Lebak) yang mendapat perintah dari Bupati Lebak (Raden Tumenggung Adipati Karta Natanagara) untuk menemukan Lokasi Ibukota Kabupaten Lebak yang baru. kemudian setelah hutan bambu belantara terbuka, pada tahun 1850 mulai dibangun sarana pusat pemerintahan seperti Alun-Alun, pendopo, Kantor Bupati sekaligus Rumah Bupati, dan Masjid Agung. barulah pada tahun 1851 Ibukota pusat pemerintahan Kabupaten Lebak dipindahkan dari Warunggunung ke Rangkasbitung yang sudah jadi, dan diresmikan pada tanggal 31 maret 1851.
Pemekaran Rangkasbitung
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2006, Kecamatan Rangkasbitung dimekarkan pula untuk membentuk Kecamatan Kalang Anyar.
Batas
Kecamatan Rangkasbitung berbatasan dengan kecamatan dan kabupaten berikut:
Utara | Kabupaten Serang |
Timur | Kecamatan Maja |
Selatan | Kecamatan Kalang Anyar |
Barat | Kecamatan Cibadak |
Wilayah administrasi
Rangkasbitung terdiri dari 11 desa dan 5 kelurahan, yakni:
Demografi
Jumlah penduduk Rangkasbitung pada tahun 2021 sebanyak 137.546 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.872 jiwa/km².[2] Sementara untuk jumlah penduduk berdasarkan agama yang dianut, mayoritas beragama Islam. Persentasi penduduk berdasarkan agama yang dianut ialah Islam sebanyak 98,10%. Kemudian yang beragama Kristen sebanyak 1,11% (Protestan 0,64% dan Katolik 0,47%). Selebihnya beragama Buddha sebannyak 0,78%, kemudian Hindu dan Konghucu sebanyak 0,01%.[2]
Transportasi
Rangkasbitung akan dilintasi Jalan Tol Serang-Panimbang yang akses gerbang tol nya tepat berada di wilayah Kecamatan Cibadak. Saat ini seksi I Jalan Tol Serang–Panimbang yang menghubungkan Kota Serang dengan Rangkasbitung sepanjang 26,5 km sedang dibangun dan ditargetkan bisa dilalui pada awal tahun 2020[3] dan seksi 1 ruas Serang-Rangkasbitung telah resmi dibuka oleh Presiden Joko Widodo pada 16 November 2021[4]
Warga Rangkasbitung banyak menggunakan kereta api, bus, angkutan kota, dan angkutan pedesaan sebagai sarana transportasi. Rangkasbitung memiliki terminal angkutan kota yang berada tepat di Jalan Sunan Kalijaga Kelurahan Muara Ciujung Timur dan terminal bus untuk Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) yaitu Terminal Bus Mandala yang berada di luar Kecamatan Rangkasbitung, melainkan tepat di wilayah Kecamatan Cibadak.
Untuk transportasi seperti kereta api, Rangkasbitung terdapat stasiun kereta api yang terletak dilintas oleh jalur kereta api Merak–Tanah Abang, yang melayani KRL komuter Lin Rangkasbitung dengan tujuan Stasiun Tanahabang dan kereta api LM Lokal Merak dengan tujuan Stasiun Merak.
Pariwisata
Museum Multatuli telah dibuka pada 11 Februari 2018 di Rangkasbitung. Museum ini berisi tentang sejarah kolonial Belanda dan peran Multatuli dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.[5]
Trivia
Eugenia van Beers, ibu dari musisi rock Amerika Eddie Van Halen dan Alex Van Halen lahir di Rangkasbitung.[6]
Lihat pula
Referensi
- ^ "Muspika Kecamatan Rangkasbitung". www.kejarinfo.com. 31 Desember 2021. Diakses tanggal 2 Januari 2022.
- ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 2 Januari 2022.
- ^ Nazmudin, Acep (2 Maret 2019). Meiliana, Diamanty, ed. "November 2019, Serang-Rangkasbitung Terhubung Jalan Tol". Kompas. Diakses tanggal 27 Mei 2021.
- ^ "Jokowi Pede Jakarta-Tanjung Lesung 1,5 Jam Lewat Tol Serang-Panimbang". ekonomi. Diakses tanggal 2021-11-16.
- ^ "10 Hal yang Perlu Anda Ketahui Tentang Museum Multatuli". Historia. 14 Februari 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Juni 2020. Diakses tanggal 3 Februari 2022.
- ^ "Begini Kisah Bagaimana Darah Indonesia Mengalir Dalam Tubuh Eddie Van Halen". Warta Kota. Diakses tanggal 2020-10-07.