Lompat ke isi

F. X. Harsono: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Anaya Anjar (bicara | kontrib)
Tag: menambahkan teks berbahasa Inggris VisualEditor
Anaya Anjar (bicara | kontrib)
Baris 28: Baris 28:
* Victim, Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1998).
* Victim, Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1998).
* Displaced, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (2003).
* Displaced, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (2003).
* Displaced, Cemeti Art House, Yogyakarta, Indonesia (2003).
* Displaced, Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (2003).
* Mediamor(e)phosa, Galeri Puri, Malang, Indonesia (2004).
* Mediamor(e)phosa, Galeri Puri, Malang, Indonesia (2004).
* Titik Nyeri (Point of Pain), Galeri Ikon Langgeng, Jakarta, Indonesia (2007).
* Titik Nyeri (Point of Pain), Galeri Ikon Langgeng, Jakarta, Indonesia (2007).

Revisi per 4 April 2022 15.27

FX Harsono merupakan figur seminal dalam perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia. Ia merupakan pendiri dari Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) dan Gerakan Desember Hitam. Setelah lebih dari 40 tahun Harsono memfokuskan pengkaryaannya dalam ranah komentari politik sosial Indonesia. Setiap karya yang diciptakan mempunyai kecenderungan untuk membahas hal-hal yang bersifat esensial atau bahkan transendental. Karya-karyanya telah berhasil ditampilkan di lebih dari 100 pameran yang tersebar di seluruh dunia.

Riwayat Hidup

Pada tahun 1969 FX Harsono menempuh pendidikan seni di ASRI yang sekarang menjadi Institut Seni Indonesia (ISI), kemudian melanjutkan pendidikannya di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1987 hingga 1991. Ia juga merupakan pendiri dari Gerakan Seni Rupa Baru (GSRB) dan gerakan Desember Hitam.

Sejak mahasiswa, FX Harsono aktif sebagai kritikus politik, masyarakat dan budaya Indonesia. Biografi Harsono dan sejarah keluarganya sering kali menjadi dasar karya seninya. Dalam hal ini, secara spesifik merujuk pada situasi yang dialami oleh kaum minoritas kurang mampu dengan latar belakang sejarah dan perkembangan politik Indonesia sendiri. Persimpangan antara pribadi dan politik ini terutama terlihat dalam karya-karya terbarunya.

Secara keseluruhan, karya Harsono sering kali merefleksikan isu-isu sosial yang dialami banyak orang, khususnya yang memiliki keturunan darah Cina. Utamanya pada isu diskriminasi dan juga persoalan nama.

Latar Belakang Pengkaryaan

Setelah lebih dari 30 tahun memfokuskan pengkaryaannya dalam ranah komentari politik sosial Indonesia, FX Harsono bergeser ke dalam isu pribadi. Berangkat dari perubahan situasi politik setelah terjadinya pemberontakan (riot) pada tahun 1998 di era presiden Soeharto, ia sebagai seniman merasa perlu mempertanyakan kembali identitas dirinya. Harsono sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keturunan Cina, sadar pengetahuannya akan kultur Indonesia seperti Jawa, maupun kultur Cina sangatlah minim. Pada titik itu Harsono mulai mengangkat persoalan akan identitasnya sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai darah keturunan Cina.

Dalam proses menanyakan identitas pribadi, Harsono merasa peran ia sebagai seniman yang sering mengangkat isu politik dan kultural sosial sangat penting untuk masyarakat. Harsono melihat dirinya sebagai bentuk hamparan tanah, dimana orang-orang bisa menanam berbagai macam bentuk tumbuhan dan tanaman di tanah tersebut. Bayangan itu pun divisualisasikan di karya Harsono yang berjudul “My Body as a Field”.

Pada tahun 1967, pemerintahan Indonesia membuat hukum dimana orang-orang yang memiliki darah Cina harus mengubah nama mereka menjadi nama Indonesia agar dapat diakui sebagai warga negara Indonesia. Harsono merasa hukum tersebut melanggar hak asasi manusia. Nama “Harsono” secara pribadi dipilih oleh dirinya, dan nama “FX” yang merupakan singkatan dari nama baptis diberikan oleh ibunya. Setelah melalui tahap riset, Harsono sadar bagaimana banyak orang Cina yang tinggal di Indonesia mengubah nama mereka hanya dikarenakan keperluan administrasi. Melalui hal inilah nama menjadi isu penting bagi Harsono dalam pencarian identitas serta merupakan titik dimana dia mulai memfokuskan karyanya akan isu-isu identitas dan diskriminasi.

Pencapaian

Penghargaan Joseph Balestier untuk Kebebasan Seni (2015) diberikan oleh kedutaan AS di Singapura. Penghargaan Pangeran Klaus Award untuk menghormati “peran penting beliau dalam ranah seni rupa kontemporer Indonesia selama empat puluh tahun” (2014). Persembahan solo pertamanya di AS, "Writing in the Rain" (2011) dipamerkan di Tyler Rollins Fine Art pada tahun 2012. Video utama dari pameran tersebut ditampilkan di Times Square New York City selama sebulan (2018). Pada tahun 2017 karyanya dimasukkan dalam dua pameran survei besar: SUNSHOWER: Seni Kontemporer dari Asia Tenggara 1980-an hingga Sekarang di Museum Seni Mori di Tokyo; dan After Darkness: Seni Asia Tenggara dalam Kebangkitan Sejarah di Asia Society di New York.

Daftar Pameran

Pameran tunggal:[1]

  • "What we have here perceived as truth/we shall some day encounter as beauty" di Jogja National Museum, Yogyakarta (2013).
  • "Writing In The Rain" di Tyler Rollins, New York, Amerika Serikat (2012).
  • "Testimonies" di Singapore Art Museum, Singapura (2010).
  • "The Erased Time" di Galeri Nasional, Jakarta (2009).
  • Suara (Voice), Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (1994).
  • Suara (Voice), Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1996).
  • Victim, Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (1998).
  • Displaced, Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia (2003).
  • Displaced, Galeri Cemeti, Yogyakarta, Indonesia (2003).
  • Mediamor(e)phosa, Galeri Puri, Malang, Indonesia (2004).
  • Titik Nyeri (Point of Pain), Galeri Ikon Langgeng, Jakarta, Indonesia (2007).
  • Aftertaste, Galeri Koong, Jakarta, Indonesia (2008).
  • The Erased Time,Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Indonesia 2009).
  • Surviving Memories, Vanessa Art Link, Beijing, Cina (2009).
  • Testimonies, Museum Seni Singapore, Singapore (2010).
  • Re:petisi/posisi, Langgeng Art Foundation, Yogyakarta, Indonesia (2010).
  • Writing in The Rain, Tyler Rollins, New York, United State of America (2012).
  • What We Wave Here Perceived As Truth/We Shall Someday Encounter As Beauty, Museum Nasional, Yogyakarta, Indonesia (2013).
  • Things Happen When We Remember (Kita Ingat Maka Terjadilah), Selasar Sunaryo Art Space, Bandung, Indonesia (2014).
  • Beyond Identity, Nexus Arts Gallery, Adelaide, Australia (2015).
  • Kata-kata, Eramus Huis, Jakarta, Indonesia (2015).
  • he Life and The Chaos Object, Images and words (Kehidupan dan Khaos; Benda, Citra dan Kata-Kata), Eramus Huis, Jakarta, Indonesia (2015).
  • Gazing in Identity (Menerawang Identitas), ARNDT Fine Art, Gilman Barracks, Singapore (2016).
  • The Chronicles Of Resilience, Tyler Rollins, New York, United State of America (2016).
  • Night Moment, Video ‘Writing in the Rain’ ditampilkan di  14 layar lebar di Times Square,
  • Midnight Moment, Times Square Arts, New York, United States of America.
  • Reminiscence, Sullivan & Strumpf, Gillman Barrack, Singapore (2018).
  • NAMA, Tyler Rollins, New York, United States of America (2019).

Pameran kelompok:

Ia juga berpartisipasi dalam:

Rujukan

  1. ^ "FX HARSONO". Arndt and Fine Art. Maret 2017. Diakses tanggal 4 Maret 2018.