Antar Lintas Sumatera: Perbedaan antara revisi
RaFaDa20631 (bicara | kontrib) k Moving from Category:Perusahaan otobus di Indonesia to Category:Perusahaan otobus Indonesia using Cat-a-lot |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 86: | Baris 86: | ||
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa ''toke'' (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Alm. Haji Sati Lubis atau Orang Tua dari Direktur utama PT ALS, ujung 3 Milik Alm. H. Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 Milik Keluarga Alm. Haji M. Arief Lubis, ujung 8 milik Alm.H.Abdul Wahab Lubis dan Alm.H. Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 Milik Alm. Nursewan Lubis dan Alm. Rangkuti. Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Alm. Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Alm.M.Nasir Daulay. Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. |
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa ''toke'' (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Alm. Haji Sati Lubis atau Orang Tua dari Direktur utama PT ALS, ujung 3 Milik Alm. H. Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 Milik Keluarga Alm. Haji M. Arief Lubis, ujung 8 milik Alm.H.Abdul Wahab Lubis dan Alm.H. Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 Milik Alm. Nursewan Lubis dan Alm. Rangkuti. Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Alm. Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Alm.M.Nasir Daulay. Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. |
||
Contoh: Bus ALS nomor pintu |
Contoh: Bus ALS nomor pintu 311. Angka terakhirnya ialah angka 1, sehingga kepemilikan armada ini berada pada dirut ALS .<ref>{{Cite web|date=2020-11-21|title=Kenali Arti dari Nomor Pintu yang Ada di Bus PO ALS|url=https://amp.kompas.com/otomotif/read/2020/11/21/142100715/kenali-arti-dari-nomor-pintu-yang-ada-di-bus-po-als|website=Kompas.com|language=id-ID|access-date=2020-12-28}}</ref> |
||
== Dalam budaya populer == |
== Dalam budaya populer == |
Revisi per 12 April 2022 15.13
Didirikan | 29 September 1966 |
---|---|
Kantor pusat | Jalan Sisingamangaraja, Medan Amplas, Medan, Sumatra Utara |
Wilayah layanan | kota-kota di pulau Sumatra dan pulau Jawa |
Jenis layanan | Bus antarkota |
Aliansi | Satu Nusa, ALS Pemadu Moda Bandara |
Tujuan akhir | 32 |
Kelas | Ekonomi non AC, Ekonomi AC, Patas AC/Toilet, Super Eksekutif, Royal Class |
Rute terpendek | Binjai-Kuala Namu |
Rute terpanjang | Medan-Jember |
Jenis bahan bakar | Solar/Dex |
Tokoh Kunci | Chandra Lubis (Direktur Utama) |
ALS yang merupakan akronim dari Antar Lintas Sumatera adalah sebuah perusahaan jasa transportasi angkutan penumpang darat dan barang yang berasal dari Sumatra Utara.[1]
ALS pada awalnya didirikan di Kotanopan, Mandailing Natal, Sumatra Utara pada tanggal 29 September 1966 dan kemudian ALS berpindah kantor pusat di Medan Amplas, Kota Medan, Sumatra Utara.
ALS merupakan perusahaan otobus (PO) terbesar di Sumatra dan memiliki trayek terjauh di Indonesia dengan rute Medan di Sumatra Utara hingga Jember di Jawa Timur. Di samping itu, ALS juga melayani trayek ke banyak kota di pulau Sumatra dan pulau Jawa.[1]
Trayek
Awal pendiriannya pada tahun 1966, ALS hanya melayani trayek Medan - Kotanopan lalu kemudian menyusul trayek Medan - Bukittinggi. Pada tahun 1972, ALS membuka trayek ke berbagai kota di Sumatera, seperti ke Banda Aceh, Padang, Pekan Baru, Jambi, Bengkulu, Palembang, dan Bandar Lampung.[1]
Pada tahun 1970-an, di mana kendaraan belum bisa menyeberang ke pulau Jawa karena belum tersedianya kapal feri ro-ro, ALS sudah membuka trayek ke berbagai tujuan di pulau Jawa dengan memakai jasa agen yang mengurus pemberangkatan penumpang dari pelabuhan Merak dengan kendaraan lain.[1]
Pada tahun 1980-an, ketika mobil sudah bisa menyeberang ke Jawa dengan naik kapal feri ro-ro, ALS membuka trayek langsung ke Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya. Kemudian menyusul trayek ke kota Malang dan Jember. Bahkan, ALS pernah membuka trayek hingga ke pulau Bali, namun harus ditutup rutenya pada tahun 2003 mengingat waktu dan jarak tempuh yang ditempuhnya sangat jauh ditambah dengan kondisi mesin bus nya.[1]
Lintas Sumatra
Pada masa jaya angkutan bus jarak jauh, ribuan kilometer jalan raya lintas Sumatra baik lintas timur maupun lintas tengah diramaikan oleh ribuan bus yang dikelola oleh ratusan perusahaan otobus. ALS dari Sumatra Utara dengan armada sekitar 400 unit bus merupakan raja jalanan di jalur lintas Sumatra bersama PMTOH dari Aceh, ANS dan NPM dari Sumatra Barat, serta Gumarang Jaya dari Lampung.[2][3]
Trayek yang melalui Lintas Timur Sumatra
- Medan—Pekanbaru—Cikampek
- Medan—Pekanbaru—Pangkalan Kerinci
- Medan—Dumai—Surabaya
- Medan—Pekanbaru—Solo
- Medan—Jambi—Pati
Trayek yang melalui Lintas Tengah dan Barat Sumatra
- Medan—Padang Sidempuan—Bogor
- Medan—Danau Toba—Bandung
- Medan—Gunung Tua—Bandung*
- Medan—Sibolga—Padang Sidempuan—Tangerang*
- Medan—Toba—Jakarta
- Medan—Pekanbaru—Jakarta
- Medan—Sibuhuan—Pekanbaru—Jember*
- Medan—Pekanbaru—Malang
- Medan—Padang Sidempuan—Kotanopan
- Medan—Gunung Tua—Yogyakarta*
- Medan—Gunung Tua—Solo*
- Medan—Gunung Tua—Semarang*
- Medan—Pekanbaru—Purwokerto
- Medan—Padang Sidempuan—Palembang
- Medan—Padang Sidempuan—Bukittinggi—Padang
- Medan—Padang Sidempuan-Ujung Gading
Catatan : Rute yang ditandai bintang (*) memiliki jalur yang berbeda dalam pulang dan pergi, seperti trip Gunung Tua—Bandung dan Gunung Tua—Semarang akan melewati Toba ketika kembali ke arah Medan, trip Gunung Tua—Yogyakarta, Sibuhuan—Jember dan Gunung Tua—Solo akan melewati Ujung Tanjung ketika kembali ke arah Medan, dan Sibolga—Tangerang akan melewati Sipirok ketika kembali ke arah Medan.
Ciri khas
ALS mudah diketahui oleh masyarakat dengan paket yang berada diatas bus. Berbagai macam barang bisa dibawa oleh bus ini dengan tarif tertentu.
Keunikan yang lain ialah soalan nomor pintu (nopin) pada setiap armada bus ALS. Dikarenakan ALS merupakan perusahaan otobus yang dikelola oleh keluarga, maka kepemilikan armada tidak hanya satu orang saja. Angka ketiga dari nomor pintu itulah yang bisa dijadikan tolak ukur untuk mengetahui siapa toke (pemilik) dari armada tersebut. Nomor ujung 1 dimiliki oleh Keluarga Alm. Haji Sati Lubis atau Orang Tua dari Direktur utama PT ALS, ujung 3 Milik Alm. H. Rasyad Nasution, nomor ujung 5 milik Japarkayo Hasibuan, ujung 7 Milik Keluarga Alm. Haji M. Arief Lubis, ujung 8 milik Alm.H.Abdul Wahab Lubis dan Alm.H. Hasbullah Lubis, Ujung 9 dan 0 Milik Alm. Nursewan Lubis dan Alm. Rangkuti. Serta banyak pemilik lain yang memiliki Nomor pintu Acak seperti Keluarga Alm. Haji Hamzah Nasution dan Keluarga Alm.M.Nasir Daulay. Namun seiring berjalannya waktu, kepemilikan bus tersebut dikelola pula oleh generasi-generasi kedua dan Ketiga dari pemilik. Contoh: Bus ALS nomor pintu 311. Angka terakhirnya ialah angka 1, sehingga kepemilikan armada ini berada pada dirut ALS .[4]
Dalam budaya populer
Sebagai perusahaan otobus tertua dan terkemuka di Indonesia, ALS sudah dikenal oleh banyak kalangan.[5] Tak jarang ada orang-orang yang mengekspresikan perasaan mereka dengan tema bus ini, atau mengambil latar belakang dari bus ini. Salah satu personil trio dari Tapanuli Utara bernama Bonardo Trio pernah mempopulerkan sebuah lagu dengan judul Di Loket Ni ALS (di Loket ALS). Tak hanya itu, seniman asal Mandailing Natal Maryati br Lubis juga pernah membawakan lagu yang bertemakan bus ALS.[butuh rujukan]
Naik Sebagai Penumpang, Turun Sebagai Saudara
Ungkapan tersebut sangat familiar di kalangan pecinta dan pelanggan setia ALS. Jarak tempuh yang jauh dan waktu tempuh yang tidak sebentar membuat kru harus membersamai penumpang setiap saat. Dari sinilah banyak para penumpang yang mengenali para kru bus ALS, bahkan menjadi langganan dan kenal dekat "seperti saudara sendiri".[butuh rujukan]
Rujukan
- ^ a b c d e "Sejarah Bis PT Antar Lintas Sumatra (ALS)" Diarsipkan 2015-11-17 di Wayback Machine. National Bus Community, 27 Desember 2014. Diakses 15 November 2015.
- ^ "Bus ALS, Si Penjelajah Kawasan Sumatera, Jawa hingga Denpasar Riwayatmu Kini". SINDOnews.com. 2019-12-10. Diakses tanggal 2020-10-08.
- ^ Kurnia, Ilham (2019-06-04). "ALS ; Bus Dengan Trayek Terjauh, Lintas Sumatera – Jawa". GoWest.ID. Diakses tanggal 2020-10-08.
- ^ "Kenali Arti dari Nomor Pintu yang Ada di Bus PO ALS". Kompas.com. 2020-11-21. Diakses tanggal 2020-12-28.
- ^ "Belum Banyak yang Tahu, Ini 5 PO Bus di Indonesia yang Berusia 50 Tahun!". kumparan. Diakses tanggal 2021-05-29.
Pranala luar
- "Naik Bus ke Sumatra Lebih Berkesan" Kompas.com
- "Asyiknya Bus ALS Mandi di Sungai Nopan" Diarsipkan 2015-11-18 di Wayback Machine. TransMagz