Prasasti Rabwan: Perbedaan antara revisi
Menambahkan nomor inventaris dan tanggal lengkap dari prasasti ini, juga merapikan bagian-bagian dalam |
→Isi: Menyesuaikan teks dengan norma transliterasi terkini, mengoreksi terjemahan dan pengantar, dan menambahkan acuan |
||
Baris 11: | Baris 11: | ||
== Isi == |
== Isi == |
||
Prasasti ini menceritakan tentang '' |
Prasasti ini menceritakan tentang ''bhaṭāra I rabvān''. Istilah bhatara bisa dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat, tetapi juga dipakai untuk menyebut para dewata. Ada tafsiran bahwa ''bhaṭāra'' merujuk kepada seorang raja dimakamkan di Rabwan, berdasarkan kekeliruan membaca ''bhaṭāra I rabvān'' sebagai ''bhaṭāra saṅ lumaḥ I rabvān''. Namun, oleh karena ketiadaan istilah ''lumah'' dalam prasasti ini, maka tafsiran ini belum bisa dipastikan. Yang jelas, Pu Wirawikrama telah mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada dewata atau raja yang ditempatkan di Rabwan. |
||
=== |
===Transkripsi=== |
||
Transkripsi |
|||
Transkripsi berdasarkan bacaan Boechari (2012) yang diverifikasi oleh Griffiths (2014) dan disesuaikan dengan norma transliterasi terkini.<ref name="Boechari"/><ref name="Griffiths"/> |
|||
# Om namaś śiwäya i çaka 827 phälguņa mäsa tithi saptami súkla. Tu. Wa. So. Wära käla rakryän I wuŋkaltihaŋ pu wïrawikrama maņarpanäkan gaņtha I bhathara iŋ rabwän. |
|||
# Likhita siņgahan |
|||
:Oṁ namaś śivāya |
|||
⚫ | |||
# I śaka 827 phālguṇa-māsa tithi saptamĭ śukla, tu, va, so, vāra kāla rakryān· I vuṅkal tihaṁ pu vīravikrama maṅarpanākan· gaṇṭa I bhaṭāra Iṁ rabvān· |
|||
# likhita siṅgahan· |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
== Penafsiran == |
== Penafsiran == |
Revisi per 17 April 2022 10.42
Prasasti Rabwan (juga disebut Prasasti Roban) adalah prasasti peninggalan wangsa Sailendra yang berasal dari kerajaan Medang, ditemukan pada tahun 1952 di Desa Tlogopakis Kecamatan Petungkriono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Prasasti ini mempunyai keunikan tersendi, ditulis diatas Gentha Perunggu (lonceng) kecil berukuran tinggi sekitar 17 cm dan diameter +/- 13 cm menggunakan aksara Kawi dan bahasa Jawa Kuno dengan angka tahun 827 Saka. Data penanggalan menunjukkan bahwa genta ini dipersembahkan pada tanggal 3 Februari 906.[1][2]
Fisik
- Bentuk : Lonceng / Gentha
- Bahan : Perunggu
- Ukuran Prasasti : tinggi sekitar 17 cm dan diameter +/- 13 cm
- Bentuk Aksara dan Bahasa : aksara Kawi dan bahasa Jawa Kuno
Penemuan
Prasasti Rabwan ditemukan pada tahun 1952 di Desa Tlogopakis Kecamatan Petungkriyono – Kabupaten Pekalongan oleh seorang petani yang kebetulan sedang membajak sawah. Kini prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta dengan nomor inventaris PUSPAN/AK/Pr/b.1.[2]
Isi
Prasasti ini menceritakan tentang bhaṭāra I rabvān. Istilah bhatara bisa dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat, tetapi juga dipakai untuk menyebut para dewata. Ada tafsiran bahwa bhaṭāra merujuk kepada seorang raja dimakamkan di Rabwan, berdasarkan kekeliruan membaca bhaṭāra I rabvān sebagai bhaṭāra saṅ lumaḥ I rabvān. Namun, oleh karena ketiadaan istilah lumah dalam prasasti ini, maka tafsiran ini belum bisa dipastikan. Yang jelas, Pu Wirawikrama telah mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada dewata atau raja yang ditempatkan di Rabwan.
Transkripsi
Transkripsi berdasarkan bacaan Boechari (2012) yang diverifikasi oleh Griffiths (2014) dan disesuaikan dengan norma transliterasi terkini.[1][2]
- Oṁ namaś śivāya
- I śaka 827 phālguṇa-māsa tithi saptamĭ śukla, tu, va, so, vāra kāla rakryān· I vuṅkal tihaṁ pu vīravikrama maṅarpanākan· gaṇṭa I bhaṭāra Iṁ rabvān·
- likhita siṅgahan·
Terjemahan
- Oṁ. Sembah terhadap Śiva! Pada tahun Saka 827 bulan Palguna tanggal 7 paruh terang, wara Tunglai – Wagai – Soma (yaitu 3 Februari 906), Rakryān di Wungkal Tihang bernama Pu Wīrawikrama mempersembahkan sebuah genta kepada Bhaṭāra di Rabwān. Ditulis oleh Singgahan.
Penafsiran
Adanya nama Rabwan atau Roban di sini menunjukkan bahwa pada tahun 906 M daerah ini masih eksis dan saat itu berkait dengan adanya bangunan suci raja (sangat mungkin berupa makam) dimana seorang raja atau kerabat raja telah diistirahatkan di Roban.
Kemudian ada nama Wungkaltihang. Nama ini identik dengan Wungkalhumalang atau Watutihang yang disebut dalam prasasti Wanua Tengah III (908 M). Nama itu sebelumnya menjadi tanah lungguh dari seorang pangeran bernama Rakai Wungkalhumalang yang kemudian naik tahta menjadi raja Medang antara tahun 894-898 M. Prasasti ini menyebutkan bahwa yang mempersembahkan genta perunggu adalah Pu Wīrawikrama dari Wungkaltihang. Dapat dipastikan bahawa Pu Wīrawikrama adalah seorang pejabat tinggi dan mungkin keturunan dari Rakai Wungkalhumalang yang berkuasa antara tahun 894-898 M.[3]
Pada prasasti ini ada sebutan Bhatara Sang lumah i Rban. Istilah bhatara dipakai untuk menyebut seorang raja bijaksana yang telah wafat. Adanya kata sang lumah i rban dimaksudkan bahwa raja tersebut di makamkan di Rban. Pu Wirawikrama begitu cinta kepada raja yang telah wafat ini tentunya bukan tanpa alasan. Sangat besar kemungkinan bahwa Pu Wirawikrama adalah anak atau keturunan dari raja tersebut.
Berakhirnya pemerintahan Rake Wungkalhumalang yang hanya berjalan 4 tahun, besar kemungkinan karena sakit lalu wafat. Bahwa 8 tahun kemudian yaitu pada tahun 906 M, Pu Wirawikrama mempersembahkan sebuah genta perunggu kepada raja yang dimakamkan di Rban, hal ini tidak aneh karena tokoh Bhatara Sang lumah i Rban adalah leluhurnya sendiri.
Referensi
- ^ a b Boechari (2012). Melacak Sejarah Kuno Indonesia Lewat Prasasti. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 341-348. ISBN 978-2855394732.
- ^ a b c Griffiths, Arlo; Lunsingh Scheurleer, Pauline (2014). "Ancient Indonesian Ritual Utensils and their Inscriptions: Bells and Slitdrums". Arts asiatiques. 69: 132. doi:10.3406/arasi.2014.1872.
- ^ Kusen, Raja-raja Mataram Kuno dari Sanjaya sampai Balitung, sebuah rekonstruksi berdasarkan Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Arkeologi, Tahun XIV, Edisi Khusus, 1994, hlm. 90-94.