Lompat ke isi

Ki Ageng Wanasaba: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Inayubhagya (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Hiddan05 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Royalty
{{Infobox Royalty
| name = Ki Ageng Wanasaba
| name = Ki Ageng Wanasaba
| title =
| title =ꦏꦶꦲꦒꦼꦁꦮꦤꦱꦧ
| image =
| image =
| issue = Made Pandan
| issue = Made Pandan

Revisi per 24 April 2022 06.01

Ki Ageng Wanasaba
ꦏꦶꦲꦒꦼꦁꦮꦤꦱꦧ
KeturunanMade Pandan
Nama lengkap
Ki Ageng Wanasaba
AyahDyah Lembu Peteng
IbuDyah Nawangsih (putri Ki Ageng Tarub)
AgamaIslam

Ki Ageng Wanasaba adalah putra Bondan Kajawan / Dyah Lembu Peteng dan Dyah Nawangsih, putri dari Ki Ageng Tarub dan Dyah Nawangwulan. Dari pernikahan Bondan Kajawan dan Dyah Nawangsih dikaruniai tiga orang anak yaitu Ki Ageng Wanasaba, Ki Getas Pandawa, Nyai Ageng Ngerang.

Biografi

Ki Ageng Wanasaba memiliki nama asli Dyah Dukuh, ia merupakan kakak kandung Nyai Ageng Ngerang yang pertama / sulung, yang sekarang makamnya ada di daerah Kabupaten Wonosobo, tepatnya di desa Plobangan Selo merto. Dalam masa hidupnya, Ki Ageng Wanasaba juga sebagai seorang pemimpin yang hebat dan karismatik. Ki Ageng Wanasaba dikenal juga sebagai Ki Wanuseba. Perbedaan nama tersebut disebabkan dialek Wonosobo terpengaruh oleh dialek Banyumasan.

Ki Ageng Wanasaba dipercaya dan diyakini sebagai penyiar agama Islam di Kabupaten Wonosobo, yang telah melanglang buana keberbagai tempat dalam rangka mencari ilmu sekaligus berdakwah. Ki Ageng Wanasaba merupakan cucu dari Bhre Kertabhumi, yang merupakan keturunan Dyah Lembu Peteng yang menikah dengan putri Ki Ageng Tarub.

Silsilah

Ki Ageng Wanasaba mempunyai putra yaitu Pangeran Made Pandan, nama lain dari Ki Ageng Pandanaran yang menikah dengan Nyai Made Pandan (cucu Sunan Giri). Silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut:

Dyah Lembu Peteng atau Bondan Kajawan menikah dengan Dyah Nawangsih memiliki tiga orang putra-putri:

  1. Dyah Dukuh / Ki Ageng Wanasaba
  2. Dyah Depok / Ki Getas Pandawa
  3. Rara Kasihan / Nyai Ageng Ngerang
  1. Ki Ageng Wanasaba berputra-putri:
    1. Ki Ageng Pandanaran / Pangeran Made Pandan menikah dengan Nyai Ageng Pandanaran berputra-putri:
      1. Ki Ageng Pakringan menikah dengan Rara Janten berputri:
        1. Nyai Ageng Laweh
        2. Nyai Manggar
      2. Ki Ageng Saba menikah dengan Nyai Ageng Saba berputra-putri:
        1. Ki Juru Martani / Patih Mandaraka menikah dengan Ratu Mas Banten berputra:
          1. Pangeran Mandura
          2. Pangeran Juru Kiting
          3. Pangeran Jagabaya
        2. Nyai Sabinah menikah dengan Ki Ageng Pamanahan
  1. Ki Getas Pandawa berputra-putri:
    1. Ki Ageng Sela / Kyai Abdurrahman menikah dengan Nyai Bicak (Nyai Ageng Sela) berputra
      1. Nyai Ageng Lurung Tengah
      2. Nyai Ageng Saba
      3. Nyai Ageng Bangsri
      4. Nyai Ageng Jati
      5. Nyai Ageng Patanen
      6. Nyai Ageng Pakisdadu.
      7. Ki Ageng Anis / Ki Ageng Laweyan menikah dengan Nyai Ageng Laweyan berputra:
        1. Ki Ageng Pamanahan menikah dengan Nyai Sabinah
  1. Nyai Ageng Ngerang berputra-putri:
    1. Rara Kinasih / Nyai Bicak / Nyai Ageng Sela menikah dengan Ki Ageng Sela
    2. Ki Ageng Ngerang II berputra:
      1. Ki Ageng Ngerang III menikah dengan Dyah Ayu Panengah berputra:
        1. Ki Ageng Panjawi

Situs makam Ki Ageng Wanasaba saat ini dipugar dan dijaga dengan baik oleh warga sekitar. Lokasi situs ini sangat dihormati oleh masyarakat, karena Ki Ageng Wanasaba merupakan tokoh penyebar agama islam dan sekaligus cikal bakal dari desa Plobangan Selomerto Wonosobo. Di sekitar makam Ki Ageng Wanasaba terdapat tiga makam kuno. Menurut masyarakat ketiga makam itu juga merupakan pendahulu, seorang ulama yang sejaman dengan Ki Ageng Wanasaba.

Lihat pula

Kepustakaan

  • Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
  • Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
  • H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
  • Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu