Lompat ke isi

Sekolah Pagesangan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
menambahkan subjudul kurikulum
Menambahkan paparan mengenai kegiatan Sekolah Pagesangan
Baris 1: Baris 1:
Sekolah Pagesangan adalah [[sekolah informal]] yang berlokasi di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, [[Gunungkidul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]]<ref name=":0">{{Cite web|date=2021-02-24|title=Diah Widuretno Mendirikan Sekolah Pagesangan untuk Masyarakat Berdaya|url=https://www.kompas.id/baca/sosok/2021/02/24/pendidikan-kontekstual-untuk-berdaya|website=kompas.id|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Diinisiasi oleh [[Diah Widuretno]] sejak akhir tahun 2008, sekolah ini menggunakan model [[pendidikan kontekstual]] yang berpusat pada pertanian dan pangan. Sekolah ini mengajarkan bertani, berkebun, dan wirausaha kepada anak-anak dan warga lokal.
'''Sekolah Pagesangan''' adalah [[komunitas]] yang berlokasi di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, [[Gunungkidul|Kabupaten Gunungkidul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]]<ref name=":0">{{Cite web|date=2021-02-24|title=Diah Widuretno Mendirikan Sekolah Pagesangan untuk Masyarakat Berdaya|url=https://www.kompas.id/baca/sosok/2021/02/24/pendidikan-kontekstual-untuk-berdaya|website=kompas.id|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Diinisiasi oleh [[Diah Widuretno]] sejak tahun 2008, Sekolah Pagesangan merupakan komunitas yang menggunakan model [[pendidikan kontekstual]] yang berpusat pada pertanian dan pangan.


== Etimologi ==
== Etimologi ==
Nama Sekolah Pagesangan diambil dari kata “gesang” yang berarti “hidup” dalam bahasa Jawa<ref name=":1">{{Cite web|date=2021-06-18|title=Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa|url=https://www.merdeka.com/travel/sekolah-pagesangan-gunung-kidul-belajar-dan-berdaya-dari-desa.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-06-08}}</ref>. Maka dari itu Pagesangan berarti Sekolah Kehidupan.
Nama Sekolah Pagesangan diambil dari kata “gesang” yang berarti “hidup” dalam bahasa Jawa<ref name=":1">{{Cite web|date=2021-06-18|title=Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa|url=https://www.merdeka.com/travel/sekolah-pagesangan-gunung-kidul-belajar-dan-berdaya-dari-desa.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2022-06-08}}</ref>. Maka dari itu Pagesangan berarti Sekolah Kehidupan<ref name=":0" />.


== Lokasi ==
== Lokasi ==
Sekolah Pagesangan terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang dikenal gersang dengan curah hujannya yang rendah<ref>{{Cite web|title=Sekolah Pagesangan di Gunungkidul Ajarkan Anak Muda Desa Cara Bertahan dari Bencana Pangan|url=https://www.vice.com/id/article/akwyd4/sekolah-pagesangan-di-gunungkidul-ajarkan-anak-muda-desa-cara-bertahan-dari-bencana-pangan|website=www.vice.com|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Hal ini karena tanah di Gunungkidul yang umumnya terbentuk dari batuan [[karst]] atau gamping.
Sekolah Pagesangan terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang dikenal gersang dengan curah hujannya yang rendah<ref name=":2">{{Cite web|title=Sekolah Pagesangan di Gunungkidul Ajarkan Anak Muda Desa Cara Bertahan dari Bencana Pangan|url=https://www.vice.com/id/article/akwyd4/sekolah-pagesangan-di-gunungkidul-ajarkan-anak-muda-desa-cara-bertahan-dari-bencana-pangan|website=www.vice.com|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Hal ini karena tanah di Gunungkidul yang umumnya terbentuk dari batuan [[karst]] atau gamping.


== Kurikulum ==
== Kurikulum ==
Sekolah Pagesangan menerapkan model pendidikan kontekstual yang berbeda dari [[pendidikan formal]] yang umumnya menggunakan standardisasi ketat, berjenjang, dan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan seperti sekolah. Komunitas ini mengajak warga lokal, khususnya anak-anak, untuk belajar bertani, berkebun, dan berwirausaha<ref name=":1" />. Mata pencaharian masyarakat desa adalah bertani secara [[Ekonomi subsistensi|subsisten]], sehingga belajar bertani dan berkebun merupakan hal yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan.
Sekolah Pagesangan mengajarkan anak muda teknik pertanian dengan kearifan lokal agar bisa subsisten<ref>{{Cite web|title=Lahan Tandus Mengajarkan Pentingnya Swasembada Pangan – DW – 03.02.2022|url=https://www.dw.com/id/sekolah-pagesangan/video-60636883|website=dw.com|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Hal ini merupakan upaya untuk melepaskan ketergantungan terhadap pangan impor dan urbanisasi<ref name=":1" />. Proses pembelajaran dilakukan secara partisipatif, sehingga aktivitas belajar dipandu oleh fasilitator atau teman belajar<ref name=":0" />.

Salah satu materi di Sekolah Pagesangan adalah teknik pertanian dengan kearifan lokal dari para tetua atau sesepuh di Dusun Wintaos<ref>{{Cite web|title=Lahan Tandus Mengajarkan Pentingnya Swasembada Pangan – DW – 03.02.2022|url=https://www.dw.com/id/sekolah-pagesangan/video-60636883|website=dw.com|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>. Masalah kekeringan yang melanda Dusun Wintaos dapat dihadapi dengan kearifan lokal seperti penggunaan sistem pertanian tadah hujan, menanam secara [[Pertanaman campuran|polikultur]], dan menyimpan hasil panen di lumbung pangan rumah yang dinamakan pesucen<ref name=":2" />. Hal ini merupakan upaya untuk melepaskan ketergantungan terhadap pangan impor dan urbanisasi<ref>{{Cite web|last=Times|first=I. D. N.|last2=Salma|first2=Dina Fadillah|title=Bicara Pendidikan dengan Diah Widuretno, Pendiri Sekolah Pagesangan|url=https://www.idntimes.com/life/inspiration/dina-fadillah-salma-2/bicara-pendidikan-dengan-diah-widuretno|website=IDN Times|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>.

Proses pembelajaran di Sekolah Pagesangan dilakukan secara partisipatif; aktivitas belajar dipandu oleh fasilitator atau teman belajar<ref name=":0" />.

Pengenalan dan pemasaran pangan lokal, baik yang mentah atau olahan, juga merupakan salah satu fokus gerak Sekolah Pagesangan. Pangan seperti kacang koro dan singkong, dipopulerkan kembali demi ketahanan pangan<ref>{{Cite web|title=Sekolah Ajarkan Ketahanan Pangan, Kacang Koro Pengganti Kedelai|url=https://www.kompas.tv/article/268013/sekolah-ajarkan-ketahanan-pangan-kacang-koro-pengganti-kedelai|website=KOMPAS.tv|language=id|access-date=2022-06-08}}</ref>.


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 8 Juni 2022 14.34

Sekolah Pagesangan adalah komunitas yang berlokasi di Dusun Wintaos, Desa Girimulya, Kecamatan Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta[1]. Diinisiasi oleh Diah Widuretno sejak tahun 2008, Sekolah Pagesangan merupakan komunitas yang menggunakan model pendidikan kontekstual yang berpusat pada pertanian dan pangan.

Etimologi

Nama Sekolah Pagesangan diambil dari kata “gesang” yang berarti “hidup” dalam bahasa Jawa[2]. Maka dari itu Pagesangan berarti Sekolah Kehidupan[1].

Lokasi

Sekolah Pagesangan terletak di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah ini merupakan daerah yang dikenal gersang dengan curah hujannya yang rendah[3]. Hal ini karena tanah di Gunungkidul yang umumnya terbentuk dari batuan karst atau gamping.

Kurikulum

Sekolah Pagesangan menerapkan model pendidikan kontekstual yang berbeda dari pendidikan formal yang umumnya menggunakan standardisasi ketat, berjenjang, dan diselenggarakan oleh lembaga pendidikan seperti sekolah. Komunitas ini mengajak warga lokal, khususnya anak-anak, untuk belajar bertani, berkebun, dan berwirausaha[2]. Mata pencaharian masyarakat desa adalah bertani secara subsisten, sehingga belajar bertani dan berkebun merupakan hal yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan.

Salah satu materi di Sekolah Pagesangan adalah teknik pertanian dengan kearifan lokal dari para tetua atau sesepuh di Dusun Wintaos[4]. Masalah kekeringan yang melanda Dusun Wintaos dapat dihadapi dengan kearifan lokal seperti penggunaan sistem pertanian tadah hujan, menanam secara polikultur, dan menyimpan hasil panen di lumbung pangan rumah yang dinamakan pesucen[3]. Hal ini merupakan upaya untuk melepaskan ketergantungan terhadap pangan impor dan urbanisasi[5].

Proses pembelajaran di Sekolah Pagesangan dilakukan secara partisipatif; aktivitas belajar dipandu oleh fasilitator atau teman belajar[1].

Pengenalan dan pemasaran pangan lokal, baik yang mentah atau olahan, juga merupakan salah satu fokus gerak Sekolah Pagesangan. Pangan seperti kacang koro dan singkong, dipopulerkan kembali demi ketahanan pangan[6].

Referensi

  1. ^ a b c "Diah Widuretno Mendirikan Sekolah Pagesangan untuk Masyarakat Berdaya". kompas.id. 2021-02-24. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  2. ^ a b "Sekolah Pagesangan Gunungkidul, Belajar dan Berdaya dari Desa". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2021-06-18. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  3. ^ a b "Sekolah Pagesangan di Gunungkidul Ajarkan Anak Muda Desa Cara Bertahan dari Bencana Pangan". www.vice.com. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  4. ^ "Lahan Tandus Mengajarkan Pentingnya Swasembada Pangan – DW – 03.02.2022". dw.com. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  5. ^ Times, I. D. N.; Salma, Dina Fadillah. "Bicara Pendidikan dengan Diah Widuretno, Pendiri Sekolah Pagesangan". IDN Times. Diakses tanggal 2022-06-08. 
  6. ^ "Sekolah Ajarkan Ketahanan Pangan, Kacang Koro Pengganti Kedelai". KOMPAS.tv. Diakses tanggal 2022-06-08.