Lompat ke isi

Masjid An-Nawier: Perbedaan antara revisi

Koordinat: 6°08′29″S 106°48′16″E / 6.141518°S 106.804522°E / -6.141518; 106.804522
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambahkan infobox dan gambar #WikiSejarah
Wie146 (bicara | kontrib)
k Catatan kaki: id-masjid
Baris 19: Baris 19:
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Masjid-stub}}
{{Masjid di Indonesia}}


[[Kategori:Masjid di Jakarta]]
[[Kategori:Masjid di Jakarta]]

Revisi per 13 Juni 2022 08.07

Masjid An-Nawier, Pekojan, Jakarta

Masjid An-Nawier, Masjid An-Nawir, atau juga dikenal sebagai Masjid Pekojan di Jakarta, adalah salah satu masjid tertua di Kota Jakarta. Masjid yang terletak di Jl. Pekojan no 79, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, ini dibangun pada tahun 1760 oleh Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus.[1]:221 Masjid ini dianggap sebagai simbol peradaban Arab di Jakarta.[2]

Sejarah

Masjid An-Nawier
Masjid An-Nawier
Lokasi di Indonesia
PetaKoordinat: 6°8′28″S 106°48′14″E / 6.14111°S 106.80389°E / -6.14111; 106.80389
WilayahTambora
Lokasi
LokasiJakarta
NegaraIndonesia
Masjid An-Nawier di Indonesia
Masjid An-Nawier
Shown within Indonesia
Koordinat6°08′29″S 106°48′16″E / 6.141518°S 106.804522°E / -6.141518; 106.804522
Arsitektur
Rampung1760
Spesifikasi
Kapasitas1000
Luas interior1,500 meter persegi

Pekojan merupakan salah satu tempat bersejarah di Jakarta. Nama Pekojan menurut Van den Berg berasal dari kata koja atau khoja, istilah yang pada masa itu digunakan untuk menyebut penduduk keturunan India yang beragama Islam.[3] Kampung ini kemudian juga dikenal sebagai kampung Arab, karena Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-18 pernah mewajibkan para imigran yang datang dari Hadramaut (Yaman Selatan) untuk tinggal lebih dulu di sini. Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus sendiri berasal dari Hadramaut.

Masjid ini berdiri di atas lahan yang diyakini diwakafkan oleh Syarifah Baba Kecil, keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari Hadramaut. Syarifah Baba Kecil kini dimakamkan di bagian depan masjid.[4]

Masjid Pekojan juga merupakan salah satu masjid tempat mengajar Habib Usman bin Yahya, pengarang sekitar 50 buku (kitab kuning) berbahasa Melayu Arab gundul. Ia pernah diangkat sebagai mufti Betawi pada 1862 (1279 H). Salah seorang muridnya adalah Habib Ali Alhabsji (meninggal 1968) yang mendirikan Majelis Taklim Kwitang.

Fisik bangunan

Luas bangunan masjid An-Nawier lk. 1.500 m²,[1] dengan lahan keseluruhan seluas lk. 2.000 m².[4] Gaya bangunannya bercorak Arab bercampur unsur-unsur barat, terutama neo-klasik. Agaknya masjid ini tidak dibangun sekaligus jadi, melainkan bertahap.[1]:222 Masjid An-Nawier memang telah mengalami beberapa kali pemugaran dan pemeliharaan, termasuk renovasi pada tahun 1800 yang paling mengubah fisik masjid.[4]

Masjid yang kini dapat menampung sekitar seribu orang jamaah ini memiliki 33 buah tiang di dalamnya. Pintu masuk masjid ada tiga buah, dengan pintu utama berada di sebelah timur. Pintu masuk selatan berada di sisi Jalan Pekojan, berhadapan dengan Jembatan Kambing.[2] Mimbarnya terbuat dari kayu yang berukir indah, berwarna coklat tua dengan beberapa bagian keemasan. Mimbar ini konon merupakan hadiah dari salah satu sultan Pontianak.[1]:222[2]

Menara masjid berbentuk unik, bulat torak serupa mercu suar.[1]:221[2]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d e Heuken, A. 2016. Tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Jakarta:Cipta Loka Caraka.
  2. ^ a b c d "Masjid An Nawier, Simbol Peradaban Arab di Kampung Pekojan". Kompas. Diakses tanggal 27-08-2017. 
  3. ^ Shahab, A. 2009. Kampung Koja dan Komunitas India, situs web Djakarta Tempo Doeloe, 7 Agustus 2009. Diakses 27-08-2017.
  4. ^ a b c "Masjid Jami' An Nawier, Berusia Lebih Dua Abad dan Dibangun Keturunan Nabi Muhammad". Tribunnews. Diakses tanggal 27-08-2017.