Masjid An-Nawier: Perbedaan antara revisi
Menambahkan infobox dan gambar #WikiSejarah |
k →Catatan kaki: id-masjid |
||
Baris 19: | Baris 19: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
{{Masjid |
{{Masjid di Indonesia}} |
||
[[Kategori:Masjid di Jakarta]] |
[[Kategori:Masjid di Jakarta]] |
Revisi per 13 Juni 2022 08.07
Masjid An-Nawier, Masjid An-Nawir, atau juga dikenal sebagai Masjid Pekojan di Jakarta, adalah salah satu masjid tertua di Kota Jakarta. Masjid yang terletak di Jl. Pekojan no 79, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, ini dibangun pada tahun 1760 oleh Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus.[1] Masjid ini dianggap sebagai simbol peradaban Arab di Jakarta.[2]
Sejarah
Masjid An-Nawier | |
---|---|
Masjid An-Nawier | |
Wilayah | Tambora |
Lokasi | |
Lokasi | Jakarta |
Negara | Indonesia |
Koordinat | 6°08′29″S 106°48′16″E / 6.141518°S 106.804522°E |
Arsitektur | |
Rampung | 1760 |
Spesifikasi | |
Kapasitas | 1000 |
Luas interior | 1,500 meter persegi |
Pekojan merupakan salah satu tempat bersejarah di Jakarta. Nama Pekojan menurut Van den Berg berasal dari kata koja atau khoja, istilah yang pada masa itu digunakan untuk menyebut penduduk keturunan India yang beragama Islam.[3] Kampung ini kemudian juga dikenal sebagai kampung Arab, karena Pemerintah Hindia Belanda pada abad ke-18 pernah mewajibkan para imigran yang datang dari Hadramaut (Yaman Selatan) untuk tinggal lebih dulu di sini. Sayid Abdullah bin Husein Alaydrus sendiri berasal dari Hadramaut.
Masjid ini berdiri di atas lahan yang diyakini diwakafkan oleh Syarifah Baba Kecil, keturunan Nabi Muhammad yang berasal dari Hadramaut. Syarifah Baba Kecil kini dimakamkan di bagian depan masjid.[4]
Masjid Pekojan juga merupakan salah satu masjid tempat mengajar Habib Usman bin Yahya, pengarang sekitar 50 buku (kitab kuning) berbahasa Melayu Arab gundul. Ia pernah diangkat sebagai mufti Betawi pada 1862 (1279 H). Salah seorang muridnya adalah Habib Ali Alhabsji (meninggal 1968) yang mendirikan Majelis Taklim Kwitang.
Fisik bangunan
Luas bangunan masjid An-Nawier lk. 1.500 m²,[1] dengan lahan keseluruhan seluas lk. 2.000 m².[4] Gaya bangunannya bercorak Arab bercampur unsur-unsur barat, terutama neo-klasik. Agaknya masjid ini tidak dibangun sekaligus jadi, melainkan bertahap.[1] Masjid An-Nawier memang telah mengalami beberapa kali pemugaran dan pemeliharaan, termasuk renovasi pada tahun 1800 yang paling mengubah fisik masjid.[4]
Masjid yang kini dapat menampung sekitar seribu orang jamaah ini memiliki 33 buah tiang di dalamnya. Pintu masuk masjid ada tiga buah, dengan pintu utama berada di sebelah timur. Pintu masuk selatan berada di sisi Jalan Pekojan, berhadapan dengan Jembatan Kambing.[2] Mimbarnya terbuat dari kayu yang berukir indah, berwarna coklat tua dengan beberapa bagian keemasan. Mimbar ini konon merupakan hadiah dari salah satu sultan Pontianak.[1][2]
Menara masjid berbentuk unik, bulat torak serupa mercu suar.[1][2]
Catatan kaki
- ^ a b c d e Heuken, A. 2016. Tempat-tempat bersejarah di Jakarta. Jakarta:Cipta Loka Caraka.
- ^ a b c d "Masjid An Nawier, Simbol Peradaban Arab di Kampung Pekojan". Kompas. Diakses tanggal 27-08-2017.
- ^ Shahab, A. 2009. Kampung Koja dan Komunitas India, situs web Djakarta Tempo Doeloe, 7 Agustus 2009. Diakses 27-08-2017.
- ^ a b c "Masjid Jami' An Nawier, Berusia Lebih Dua Abad dan Dibangun Keturunan Nabi Muhammad". Tribunnews. Diakses tanggal 27-08-2017.