Lompat ke isi

Zakaria bin Muhammad Amin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ashley204 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Ashley204 (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10: Baris 10:
Zakaria dilahirkan di [[Bangkinang]] pada tanggal 2 Maret 1913 dari ayah yang bernama Muhammad Amin dan ibu yang bernama Taraima.<ref name=":0" /> Ia merupakan putra sulung dari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang pedagang kain sedangkan ibunya merupakan seorang penjahit, keluarga Zakaria memiliki sebuah peternakan kerbau didekat pematang sawah milik mereka<ref name=":0" />.
Zakaria dilahirkan di [[Bangkinang]] pada tanggal 2 Maret 1913 dari ayah yang bernama Muhammad Amin dan ibu yang bernama Taraima.<ref name=":0" /> Ia merupakan putra sulung dari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang pedagang kain sedangkan ibunya merupakan seorang penjahit, keluarga Zakaria memiliki sebuah peternakan kerbau didekat pematang sawah milik mereka<ref name=":0" />.


Zakaria memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Hasyim dan Ahmad, serta 3 orang saudara seayah yang bernama Ahmad Sanusi (lahir 1928 di [[Kuala Lumpur]]), Siti Mariam, dan Syarafiah (?– Meninggal 2001)<ref name=":0" />. Masa kecil Zakaria dan saudara saudaranya dihabiskan dengan bermain dan menggembalakan kerbau ternak milik keluarga mereka di pematang sawah, Zakaria juga dituntut untuk selalu disiplin oleh kedua orangtuanya, yang dimana pada pukul 4 pagi ia sudah harus bangun dan mempersiapkan diri, kemudian sholat subuh berjamaah dan belajar ilmu dibidang keagamaan hingga siang hari<ref name=":0" />.
Zakaria memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Hasyim dan Ahmad, serta 3 orang saudara seayah yang bernama Ahmad Sanusi (lahir 1928), Siti Mariam, dan Syarafiah (?–2001)<ref name=":0" />. Masa kecil Zakaria dan saudara saudaranya dihabiskan dengan bermain dan menggembalakan kerbau ternak milik keluarga mereka di pematang sawah, Zakaria juga dituntut untuk selalu disiplin oleh kedua orangtuanya, yang dimana pada pukul 4 pagi ia sudah harus bangun dan mempersiapkan diri, kemudian sholat subuh berjamaah dan belajar ilmu dibidang keagamaan hingga siang hari<ref name=":0" />.


Zakaria bersekolah di [[Tweede Inlandsche School]] milik pemerintah Belanda pada tahun 1920, namun ia hanya bisa bersekolah hingga kelas tiga saja, dikarenakan krisis ekonomi yang dialami keluarganya saat itu dan juga dirinya yang kurang berminat dalam mempelajari ilmu dibidang non keagamaan<ref name=":0" />. Hingga akhirnya pada tahun 1923, Zakaria berangkat ke [[Mekkah]] bersama paman dan bibi yang merupakan adik dari ibunya yakni Fatimah, dalam rangka melaksanakan ibadah [[Haji]] sekaligus membawa Zakaria yang waktu itu masih berusia 10 tahun untuk belajar ilmu keagamaan di Mekkah<ref name=":0" />.
Zakaria bersekolah di [[Tweede Inlandsche School]] milik pemerintah Belanda pada tahun 1920, namun ia hanya bisa bersekolah hingga kelas tiga saja, dikarenakan krisis ekonomi yang dialami keluarganya saat itu dan juga dirinya yang kurang berminat dalam mempelajari ilmu dibidang non keagamaan<ref name=":0" />. Hingga akhirnya pada tahun 1923, Zakaria berangkat ke [[Mekkah]] bersama paman dan bibi yang merupakan adik dari ibunya yakni Fatimah, dalam rangka melaksanakan ibadah [[Haji]] sekaligus membawa Zakaria yang waktu itu masih berusia 10 tahun untuk belajar ilmu keagamaan di Mekkah<ref name=":0" />.

Revisi per 24 Juni 2022 07.28

H. Zakaria bin Muhammad Amin (bahasa Arab: زكريا بن محمد أمين 2 Maret 1913 – 01 Januari 2006)[1] adalah seorang ulama, politisi, dan dai berkebangsaan Indonesia. Ia merupakan tokoh masyarakat di Kecamatan Bengkalis, serta merupakan orang pertama yang menjabat sebagai Kepala Pemerintahan Bidang Agama Islam di Bengkalis[1].

Zakaria bin Muhammad Amin
LahirZakaria
(1913-03-02)2 Maret 1913

Biografi

Zakaria dilahirkan di Bangkinang pada tanggal 2 Maret 1913 dari ayah yang bernama Muhammad Amin dan ibu yang bernama Taraima.[1] Ia merupakan putra sulung dari tiga bersaudara, ayahnya adalah seorang pedagang kain sedangkan ibunya merupakan seorang penjahit, keluarga Zakaria memiliki sebuah peternakan kerbau didekat pematang sawah milik mereka[1].

Zakaria memiliki dua orang saudara kandung yang bernama Hasyim dan Ahmad, serta 3 orang saudara seayah yang bernama Ahmad Sanusi (lahir 1928), Siti Mariam, dan Syarafiah (?–2001)[1]. Masa kecil Zakaria dan saudara saudaranya dihabiskan dengan bermain dan menggembalakan kerbau ternak milik keluarga mereka di pematang sawah, Zakaria juga dituntut untuk selalu disiplin oleh kedua orangtuanya, yang dimana pada pukul 4 pagi ia sudah harus bangun dan mempersiapkan diri, kemudian sholat subuh berjamaah dan belajar ilmu dibidang keagamaan hingga siang hari[1].

Zakaria bersekolah di Tweede Inlandsche School milik pemerintah Belanda pada tahun 1920, namun ia hanya bisa bersekolah hingga kelas tiga saja, dikarenakan krisis ekonomi yang dialami keluarganya saat itu dan juga dirinya yang kurang berminat dalam mempelajari ilmu dibidang non keagamaan[1]. Hingga akhirnya pada tahun 1923, Zakaria berangkat ke Mekkah bersama paman dan bibi yang merupakan adik dari ibunya yakni Fatimah, dalam rangka melaksanakan ibadah Haji sekaligus membawa Zakaria yang waktu itu masih berusia 10 tahun untuk belajar ilmu keagamaan di Mekkah[1].

Setelah 4 bulan perjalanan menggunakan kapal KLM milik pemerintah Hinda Belanda, akhirnya Zakaria beserta paman dan bibinya sampai di Mekkah[1]. Lalu kemudian mereka berkenalan dengan para jamaah haji lainnya yang berasal dari Malaysia, serta juga mengirimkan Zakaria untuk belajar ilmu agama kepada para Syekh yang terkenal disana, seperti Ali Al-Maliki, Syekh Umar Al Turki, Umar Hamdan, Ahmad Fathoni, dan Syekh Muhammad Amin Quthbi. Dari Syekh Muhammad Amin Quthbi inilah Zakaria bisa menjadi salah satu murid dari Muhammad Saleh Al-Minankabawi[1].

Bersama dengan para jemaah lainnya, Zakaria membentuk komunitas studi di bidang agama islam yang dikenal dengan sebutan Halaqoh, dalam Halaqoh inilah Zakaria mempelajari ilmu di bidang keagamaan Islam diantaranya ilmu Al-Qur'an, ilmu Tafsir, ilmu Hadits beserta mustholahnya, ilmu Tauhid, Balaghah, dan ilmu tentang syair Arab yakni Qonafi[1].

Kemudian setelah melaksanakan ibadah haji di Mekah, Zakaria bersama paman dan bibinya kemudian pindah ke Temerloh, disana ia melanjutkan pendidikan bidang agama Islamnya dengan menjadi murid Muhammad Saleh Al-Minankabawi hingga kematiannya pada tahun 1933[1]. Sanad keilmuan Zakaria menyambung kepada syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi yang merupakan seorang penganut mazhab Syafi'i di Masjidil Haram[1], sekaligus merupakan guru dari para pemimpin reformis Islam Indonesia seperti Muhammad Hasyim Asy'ari yang merupakan pendiri dari Nahdlatul Ulama, dan KH Ahmad Dahlan yang merupakan pendiri dari Muhammadiyah[1]. Ia juga berhasil mempelajari Matan Jurumiyah secara lengkap selama menempuh masa pendidikannya tersebut

Setelah kematian gurunya dan disusul dengan kematian ibunya pada tahun yang sama, Zakaria pindah ke daerah Kuala Lipis selama sembilan bulan hingga daerah itu direndam banjir, dalam keadaan bencana seperti itulah Zakaria bersama beberapa orang temannya memutuskan untuk pergi menuju ke Bengkalis[1].

Setelah sampai di Bengkalis, ia dan para temannya tersebut melanjutkan pendidikan keagamaan mereka di Masjid Raya Parit Bangkung dibawah pimpinan Tuan Guru Haji Ahmad, lalu kemudian Zakaria bersama empat orang temannya yakni Muhammad Toha, Muhammad Ismail, dan Muhammad Sidik dipilih untuk menjadi pengajar di Masjid tersebut[1].

Setelah menikah dengan Mariah yang merupakan putri dari Tuan Guru Haji Ahmad, Zakaria melakukan perjalanan ke wilayah Bagan Datuk Perak guna memperdalami ilmu keagamaan dan mengajar di daerah tersebut hingga tahun 1937[1].

Kehidupan pribadi

Zakaria menikah pertama kali pada tahun 1933 dengan seorang wanita bernama Mariah Ahmad (1 Februari 1900 – 25 Desember 1955) yang merupakan anak dari gurunya yakni Tuan Haji Ahmad (1884–1949) dan istrinya Rohimah, pernikahan mereka berakhir dengan kematian Mariah pada tanggal 25 Desember 1955 di Bengkalis. Dari pernikahannya ini mereka dikaruniai 7 orang anak yaitu:

  • Nashruddin Zakaria (10 April 1934 – 1 Januari 1999), yang menikah dengan Nursiah (31 Desember 1942 – 27 Juli 2020) pada tahun 1960, dan memiliki anak yaitu:
  1. Syamsidar (1962 – 16 Agustus 2021)[1]
  2. Yusraini (lahir 1968)[1]
  3. Hendrizon (lahir 17 Juli 1979)[1]
  • Aminah Zakaria (17 September 1938 – 15 Juli 2011), yang menikah dengan Rustam (?–1993), dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Aprizami (1969–1988)[1]
  2. Rudi Haryanto (6 Oktober 1972 – 14 April 2016)[1]
  • Zaharah Zakaria (1 Februari 1942 – 29 Oktober 2007), yang menikah dengan Yaqub dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Sri Mei Linda Andika (lahir 6 Mei 1967), yang menikah dengan Na'amsyah Syah (lahir 17 Mei 1959), dan memiliki empat orang anak yaitu: Yogi Setiawan (lahir 30 Maret 1991), Ledy Sofia (lahir 14 Juni), Syarwan Hidayat, dan Muhammad Emir Arkansyah (lahir 12 Desember 2007)[1]
  2. Sri Afrianti (lahir 23 April 1969), yang menikah dan memiliki empat orang anak yaitu: Sukma Dewi (lahir 30 November 1993), Jamiatul Laila Sharman, Risti Devi, Syafira S Rahmah[1]
  3. Wiwik Siti Aisyah (lahir 23 Agustus 1973), yang menikah dengan Jufri Nazar (lahir 6 November 1973) pada tanggal 5 Juli 2002, dan memiliki dua orang anak yaitu: Nisa (lahir 3 April 2003), dan Muhammad Alif Syaikhan (lahir 6 September 2005)[1]
  • Ulfah Zakaria (lahir 14 April), yang menikah dengan Diponegoro Dilapanga (?–26 September 2011) dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Sutianingsih (lahir 1973)[1]
  2. Siti "Ria" Mariam (lahir 27 Januari 1982), yang menikah dengan Tengku Odi dan memiliki seorang anak yaitu: Marsya Ghassana (lahir 28 September 2008)[1]
  3. Yusuf Aqil[1]
  • Azraie Zakaria (31 Juli 1947 – 18 Juli 2019), yang menikah dengan Athiah Muhayat (lahir 4 April 1959) pada tanggal 1 Desember 1983 hingga tanggal 18 Juli 2019, dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Maya Fadlilah Azra'ie (lahir 3 Mei 1986) yang menikah dengan Baim Fadlilah (lahir 28 Oktober 1985) pada tanggal 12 Februari 2011 dan memiliki dua orang anak yaitu: Wafi (lahir 12 Desember 2012) dan Rara[1]
  2. Ilham Zurriyati Azra'ie yang menikah dengan Zaki Mubarak pada tanggal 16 Maret 2019[1]
  3. Adri Imaduddin (lahir 4 November 1990) yang menikah dengan Vernanda Fajriati (lahir 19 November 1996) pada tanggal 29 Mei 2021[1]
  • Hanim Zakaria (lahir 11 September 1950), yang menikah dengan Mochtar dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Tirta Mahdalena Mochtar (lahir 26 Maret 1985), yang menikah dengan Rizal Jay (lahir 2 April) pada tanggal 23 Februari 2018[1]
  2. Desy Ananda (lahir 2 Desember 1986), yang menikah dengan Suherman (lahir 28 Oktober) pada tanggal 21 Februari 2011 dan memiliki dua orang anak yaitu: Muhammad Rafif Alkhalil (lahir 8 Juni 2012) dan Livia Nazira Zalfa (lahir 2 Juni 2013)[1]
  • Syakrani Zakaria (lahir 23 November 1952), yang menikah dengan Rosnetti (lahir 28 September 1959) dan memiliki empat orang anak yaitu:
  1. Yudhi Andross (lahir 19 Maret 1983), yang menikah dengan Astya Kirana Parawitha pada tanggal 24 Agustus 1983[1]
  2. Elfikrie Andross (lahir 27 April 1986), yang menikah dengan Amanda Puspanditaning Sejati pada tahun 2021[1]
  3. Trio Andross (lahir 3 Agustus 1989)[1]
  4. Putri Rossya Ardelia Hasanah (lahir 9 Desember 1999)[1]


Zakaria kembali menikah untuk yang kedua kalinya pada tahun 1956 dengan seorang guru masak sekolah kepiawaian putri di Sumatra Barat yang pernah menjadi penari "Tari Remadja" dalam film Asrama Dara (1958), yakni Siti Zainab (31 Desember 1935 –21 Agustus 2014) yang merupakan putri sulung dari pasangan Kimpal dan Siti Khadijah[2]. Pernikahan mereka berakhir dengan kematian Zakaria pada tanggal 1 Januari 2006. Dari pernikahan keduanya ini mereka dikaruniai 10 orang anak yaitu:

  • Zulkarnain Zakaria (lahir 17 Agustus 1957), yang menikah dengan Mistiatiningsih (lahir 8 September 1965) pada tahun 1990 dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Muthia Vaora (lahir 8 Oktober 1991), yang menikah dengan Firmansyah (lahir 23 Februari 1993) pada bulan Agustus 2018 dan memiliki dua orang anak yaitu: Aisyah Humaira Firthia (lahir 12 Juli 2019) dan Shakila Izzatunisa Firthia (lahir 12 Desember 2020)[1]
  2. Muhammad Zaqi (lahir 20 April 1995)[1]
  3. Agil Nabila (lahir 21 September 2002)[1]
  • Nukman Zakaria (lahir 20 Juni 1960), yang menikah dengan Yuslina (12 Oktober 1965 – 14 Maret 2021) dan memiliki seorang anak yaitu:
  1. Nurul Fitri Hidayah (lahir 18 April 1991), yang menikah dengan Harry Sando Rahman (lahir 12 Juli 1989) dan memiliki dua orang anak yaitu: Alesha Shafwah Rasyadah dan Alnaira Shahia Mufidah[1]
  • Rinie Yuslina Fairuz Zakaria (25 Juli 1964 – 14 Maret 2021), yang menikah dengan Anton Budi Hartono Nasution (lahir 22 Agustus 1961) pada tanggal 25 Juni 1990 dan memiliki lima orang anak yaitu:
  1. Latief Agam Hartono (27 September 1997 – 1 November 1998)[1]
  2. Lizzy Paoly Hartono (lahir 29 September 1997)[1]
  3. Melissa Alisya Hartono (lahir 24 Februari 2002)[1]
  4. Susi Kartika Hartono (lahir 18 Juli 2006)[1]
  5. Linda Claudia Hartono (lahir 6 Maret 2012)[1]
  • Gamal Abdul Nasir Zakaria (lahir 22 Juni 1965), yang menikah dengan Salwa Mahalle (lahir 12 Mei 1971) pada tahun 2000 dan memiliki empat orang anak yaitu:
  1. Wafa Imani (lahir 15 November 2005)[1]
  2. Fawwaz Khalili[1]
  3. Aisyah Syamila[1]
  4. Umar Khalili[1]
  • Rita Puspa Zakaria (lahir 20 November 1967), yang menikah dengan Muhammad Yahman (lahir 23 Februari 1968) pada tanggal 28 Januari 2003 dan memiliki tiga orang anak yaitu:
  1. Erin Kartika Puspa (lahir 16 November 2003)[1]
  2. Asyrof Al-Ghifari (lahir 5 Januari 2005)[1]
  3. Assyifa Kaila Saidah[1]
  • Nida Suryani Zakaria (lahir 15 April 1971), yang menikah dengan Eddy Ed (lahir 25 November 1968) pada tanggal 14 Desember 2016
  • Sri Purnama Zakaria (lahir 20 Oktober 1973), yang menikah dengan Amrizal (lahir 1972) pada bulan April 2008 dan memiliki dua orang anak yaitu:
  1. Amira Insyirah[1]
  2. Ammar Baihaqi[1]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at au av aw ax ay az ba bb bc Fariq, Wan M (2020-10-15). PROFIL ULAMA KARISMATIK DI KABUPATEN BENGKALIS: MENELADANI SOSOK DAN PERJUANGAN. Bengkalis: DOTPLUS Publisher. ISBN 9786239465933. 
  2. ^ Varia. Perseroan Komanditer Varia, Djakarta. 1959-10-21.