Surau Bulian: Perbedaan antara revisi
Rahmatdenas (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pembatalan |
Rahmatdenas (bicara | kontrib) |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Nagari Bidar Alam menjadi basis kedudukan PDRI sejak 7 Januari hingga 25 April 1949. Di sini, Ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara menjalankan roda pemerintahannya. Bersamanya, ikut rombongan yang membawa stasiun radio dari Bukittinggi untuk ditempatkan dan dioperasikan di Surau Bulian. Alat pemancar yang digunakan adalah tipe MK III 19 Set Helicraft Wireless berukuran 30 x 60 cm dan tingginya 20 cm. Tenaga penggerak listriknya diperoleh dari dua [[Akumulator|baterai accu]] masing-masing berkekuatan 12 volt yang dapat diisi dengan sebuah ''handy generator''. Stasiun radio tersebut selalu menjadi tumpuan bagi PDRI. |
|||
Sewaktu menjadi stasiun radio, Surau Bulian ditempati oleh kira-kira 15 orang petugas sender radio. Dekat surau ini tumbuh sebatang beringin yang cukup tinggi dan rindang yang dimanfaatkan oleh petugas sender radio untuk menggantungkan kabel-kabel . |
Sewaktu menjadi stasiun radio, Surau Bulian ditempati oleh kira-kira 15 orang petugas sender radio. Dekat surau ini tumbuh sebatang beringin yang cukup tinggi dan rindang yang dimanfaatkan oleh petugas sender radio untuk menggantungkan kabel-kabel . |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
== Signifikansi == |
== Signifikansi == |
||
Untuk menjaga rahasia, |
Untuk menjaga rahasia, stasiun radio ini lebih sering beroperasi pada malam hari, yang dimulai pada pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB. Berkat perjuangan mereka inilah komunikasi dengan Panglima Besar [[Soedirman]], Kolonel [[Abdul Haris Nasution|A.H Nasution]] dan Kolonel [[Tahi Bonar Simatupang|T.B. Simatupang]] di Jawa dapat terselenggara, sehingga perkembangan situasi perjuangan yang ada di Pulau Jawa dapat diketahui dengan cepat. |
||
Melalui pemancar radio ini pula, Sjafruddin Prawiranegara selaku Ketua PDRI mengeluarkan pengumuman penting, antara lain ucapan selamat dari PDRI kepada [[Jawaharlal Nehru]] atas pelantikannya sebagai [[Daftar Perdana Menteri India|Perdana Menteri India<!-- dan juga kepada perwakilan RI lainnya di luar negeri-->]]. |
Melalui pemancar radio ini pula, Sjafruddin Prawiranegara selaku Ketua PDRI mengeluarkan pengumuman penting, antara lain ucapan selamat dari PDRI kepada [[Jawaharlal Nehru]] atas pelantikannya sebagai [[Daftar Perdana Menteri India|Perdana Menteri India<!-- dan juga kepada perwakilan RI lainnya di luar negeri-->]]. |
Revisi per 17 Juli 2022 18.30
1°24′47″S 101°21′31″E / 1.413099°S 101.358632°ESurau Bulian terletak di Nagari Bidar Alam, Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan, Sumatra Barat. Surau ini merupakan bekas stasiun radio PHB Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dengan nama panggilan UDO yang menjadi penghubung Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan dunia internasional. Stasiun radio tersebut melayani rombongan PDRI yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara selama perjalanan gerilya di Sumatra Barat.[1]
Meskipun berperan penting menyiarkan perjuangan bangsa Indonesia ke mancanegara, keberadaan stasiun radio PHB AURI UDO tidak diketahui lagi. Menurut keterangan Umar Said Noor, stasiun radio ini dibawa ke Pulau Jawa dan dipreteli untuk dijadikan suku cadang radio lain.[2]
Sejarah
Nagari Bidar Alam menjadi basis kedudukan PDRI sejak 7 Januari hingga 25 April 1949. Di sini, Ketua PDRI Syafruddin Prawiranegara menjalankan roda pemerintahannya. Bersamanya, ikut rombongan yang membawa stasiun radio dari Bukittinggi untuk ditempatkan dan dioperasikan di Surau Bulian. Alat pemancar yang digunakan adalah tipe MK III 19 Set Helicraft Wireless berukuran 30 x 60 cm dan tingginya 20 cm. Tenaga penggerak listriknya diperoleh dari dua baterai accu masing-masing berkekuatan 12 volt yang dapat diisi dengan sebuah handy generator. Stasiun radio tersebut selalu menjadi tumpuan bagi PDRI.
Sewaktu menjadi stasiun radio, Surau Bulian ditempati oleh kira-kira 15 orang petugas sender radio. Dekat surau ini tumbuh sebatang beringin yang cukup tinggi dan rindang yang dimanfaatkan oleh petugas sender radio untuk menggantungkan kabel-kabel .
Awak stasiun radio di Surau Bulian yakni Dick Tamimi selaku penanggung jawab, Kusnadi, dan Oedoyo. Nama panggilan stasiun radio ini, UDO merujuk pada singkatan Oedojo.[2] Mengingat frekuensi pemberitaan di Bidar Alam sebagai pusat pemerintahan PDRI sangat dibutuhkan tenaga-tenaga yang ahli khususnya di bidang sandi, maka KSAU Opsir Udara I H. Soejono dan Opsir Udara II Iskandar menunjuk dua orang tenaga tambahan dari Pangkalan Udara Jambi yaitu OMU Umar Said Noor (perwira sandi)[3] dan Zainal Abidin (telegrafis). Mereka tiba di Bidar Alam awal bulan Maret 1949 dengan membawa satu dirigen pelumas/oli untuk generator PHB.[4]
Signifikansi
Untuk menjaga rahasia, stasiun radio ini lebih sering beroperasi pada malam hari, yang dimulai pada pukul 21.00 WIB sampai dengan pukul 04.00 WIB. Berkat perjuangan mereka inilah komunikasi dengan Panglima Besar Soedirman, Kolonel A.H Nasution dan Kolonel T.B. Simatupang di Jawa dapat terselenggara, sehingga perkembangan situasi perjuangan yang ada di Pulau Jawa dapat diketahui dengan cepat.
Melalui pemancar radio ini pula, Sjafruddin Prawiranegara selaku Ketua PDRI mengeluarkan pengumuman penting, antara lain ucapan selamat dari PDRI kepada Jawaharlal Nehru atas pelantikannya sebagai Perdana Menteri India.
Kondisi saat ini
Surau Bulian saat ini digunakan sebagai tempat Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA/TPQ). Bangunannya terdiri dari dua tingkat dengan denah dasar berukuran 4 x 5 meter. Atapnya berupa seng.
Rujukan
- ^ Peran TNI-AU pada masa pemerintah darurat Republik Indonesia tahun 1948-1949. Subdisjarah. 2001.
- ^ a b Noor, Umar Said (1999). Peran stasiun radio phb AURI: selama perang kemerdekaan RI II tahun 1948/1949 : satu tahun perjalanan dari Jambi ke Bukittinggi. Pustaka Sinar Harapan. ISBN 978-979-416-585-0.
- ^ Zed, Mestika (1997). Somewhere in the jungle: Pemerintah Darurat Republik Indonesia : sebuah mata rantai sejarah yang terlupakan. Pustaka Utama Grafiti. ISBN 978-979-444-399-6.
- ^ Irawan, Bimbi. Solok Selatan, Terra Australis Incognita: Daerah Selatan Yang Belum Dikenal. Rancak Publik. ISBN 978-623-91875-1-4.