Lompat ke isi

Lak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Meirss (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Farhan Curious (bicara | kontrib)
k Membatalkan 4 suntingan oleh Meirss (bicara) ke revisi terakhir oleh HsfBot (Magic World!)
Tag: Pembatalan
Baris 1: Baris 1:
'''Lak''' merupakan kerajinan tangan khas [[Kota Palembang|Palembang]] yang merupakan akulturasi dari [[Republik Rakyat Tiongkok|Tiongkok]]. Lak didapat dari liur serangga yang dikenal sebagai kutu lak dan dapat dijadikan sebagai bahan cat. Kriya ini mulai dikenal pada masa [[Dinasti Ming]] [1368-1643 SM]. Pada mulanya lak dipakai menulis di bambu yang selanjutnya berkembang pada masa Dinasti Chou [1027-256 SM] dipakai untuk menghias piring dan alat makan lainnya. Lak masuk ke Palembang pada awal Kerajaan Palembang<ref>{{Cite book|title=Penetapan warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref>
{{judul miring}}
'''''Lak''''' adalah merupakan salah satu kerajinan tangan tradisional khas [[suku Palembang]] yang berasal dari wilayah [[Kota Palembang]] di [[Sumatra Selatan]], [[Indonesia]]. Sejak tahun 2010, pemerintah Republik Indonesia secara resmi menetapkan ''Lak'' sebagai salah satu [[Warisan Budaya Takbenda Indonesia|Warisan Budaya Takbenda khas Indonesia]] yang merupakan kerajinan tradisional asli suku Palembang.<ref>{{Cite book|title=Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2017|last=Ratnawati|first=Lien|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=|url-status=live}}</ref><ref>{{citation|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?pencatatan&&list&vieww=per100&limitto&keywords=kerajinan+lak|title=Kerajinan Lak Tradisional Palembang|language=id|work=Cultural Heritage, Ministry of Education and Culture of Indonesia|year=2010}}</ref>


== Desain Ukiran ==
== Desain Ukiran ==
Desain ukiran ''Lak'' sangatlah terpengaruh oleh kebudayaan etnis [[Suku Jawa|Jawa]] dan [[Suku Minangkabau|Minangkabau]], desain ukiran khas Jawa yang kerap ditemui pada ornamen arsitektural rumah tradisional Palembang memiliki keterkaitan sejarah dengan rumah tradisional Jawa.<ref>{{Cite book|title=Penetepan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017|last=|first=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=24|url-status=live}}</ref>
Desain ukiran Lak terpengaruh oleh kebudayaan [[Tionghoa|Bangsa Cina]]. Ini didasarkan oleh hasil penelusuran mengenai pembuatan ukiran dan hiasan rumah [[Limasan|limas]] dan perabotan lak di Palembang dan wilayah di sekitarnya.Hanya saja, tidak diketahui dengan jelas dari mana asal suku tersebut. Kala itu, warna emas diperoleh dari hasil percampuran bubuk emas murni yang menyebabkannya tidak pudar dalam waktu yang lama.<ref>{{Cite book|title=Penetepan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017|last=|first=Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya|publisher=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan|year=2017|isbn=|location=Jakarta|pages=24|url-status=live}}</ref>


== Fungsi ==
== Fungsi ==

Revisi per 7 Agustus 2022 06.23

Lak merupakan kerajinan tangan khas Palembang yang merupakan akulturasi dari Tiongkok. Lak didapat dari liur serangga yang dikenal sebagai kutu lak dan dapat dijadikan sebagai bahan cat. Kriya ini mulai dikenal pada masa Dinasti Ming [1368-1643 SM]. Pada mulanya lak dipakai menulis di bambu yang selanjutnya berkembang pada masa Dinasti Chou [1027-256 SM] dipakai untuk menghias piring dan alat makan lainnya. Lak masuk ke Palembang pada awal Kerajaan Palembang[1]

Desain Ukiran

Desain ukiran Lak terpengaruh oleh kebudayaan Bangsa Cina. Ini didasarkan oleh hasil penelusuran mengenai pembuatan ukiran dan hiasan rumah limas dan perabotan lak di Palembang dan wilayah di sekitarnya.Hanya saja, tidak diketahui dengan jelas dari mana asal suku tersebut. Kala itu, warna emas diperoleh dari hasil percampuran bubuk emas murni yang menyebabkannya tidak pudar dalam waktu yang lama.[2]

Fungsi

Lak masih diproduksi di Palembang hingga saat ini. Bentuk dan fungsinya beragam, mulai dari dari lemari, perlengkapan mebel, perlengkapan makan, mangkuk, dulang, vas bunga, guci, hingga berbagai cendera mata.[3]

Proses Pembuatan

Kayu utuh dibentuk sesuai jenis benda yang akan dibuat. Kayu lalu diampelas hingga halus. Permukaan kayu yang halus diolesi dengan kalk, dikeringkan tanpa terkena sinar matahari secara langsung dan diampelas halus lagi. Setelah itu, dicat merah lalu diampelas kembali dan diberi hiasan berbahan tinta Cina. Setelah kering barulah dilapisi dengan lak dengan sekali kuas untuk menghindari perbedaan tekstur dan dikeringkan kembali di bawah cahaya matahari. Setelah kering, kembali diampelas. Awalnya motif hias yang dipakai untuk lak hanya tumbuh-tumbuhan karena haramnya penggambaran makhluk berdarah di Palembang kala itu. Penambahan hiasan hewan baru dilakukan pada masa kolonial Belanda, salah satunya yang utama adalah burung hong.[4]

Referensi

  1. ^ Ratnawati, Lien (2017). Penetapan warisan Budaya Tak Benda Indonesia tahun 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  2. ^ Penetepan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. hlm. 24. 
  3. ^ Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. hlm. 25. 
  4. ^ Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. hlm. 25.