Lompat ke isi

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Paguyuban (bicara | kontrib)
Tidak Relevan
Tag: Mengosongkan sebagian besar isi VisualEditor
Baris 27: Baris 27:
|remarks =
|remarks =
}}
}}
'''Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia''' ([[Hanzi]]: 印尼印華百家姓協會, [[hanyu pinyin]]: yinni yinhua baijiaxing xiehui) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan suku [[Tionghoa]] di [[Indonesia]] yang dipimpin oleh [[David Herman Jaya]] selaku Ketua Umum PSMTI Pusat.<ref>[http://www.analisadaily.com/mobile/pages/news/52980/david-herman-jaya-terpilih-secara-aklamasi-pimpin-psmti David Herman Jaya Terpilih Secara Aklamasi Pimpin PSMTI] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131009100331/http://www.analisadaily.com/mobile/pages/news/52980/david-herman-jaya-terpilih-secara-aklamasi-pimpin-psmti |date=2013-10-09 }} Harian Analisa 7 Oktober 2013</ref><ref>[http://riaupos.co/35531-berita-david-herman-jaya,-ketua-umum-psmti-terpilih-2013-%E2%80%93-2017.html David Herman Jaya, Ketua Umum PSMTI Terpilih 2013 – 2017] Riau Pos 6 Oktober 2013</ref>
'''Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia''' ([[Hanzi]]: 印尼印華百家姓協會, [[hanyu pinyin]]: yin ni yin hua bai jia xing xie hui) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan suku [[Tionghoa]] di [[Indonesia]] yang dipimpin oleh [[David Herman Jaya]] selaku Ketua Umum PSMTI Pusat.<ref>[http://www.analisadaily.com/mobile/pages/news/52980/david-herman-jaya-terpilih-secara-aklamasi-pimpin-psmti David Herman Jaya Terpilih Secara Aklamasi Pimpin PSMTI] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131009100331/http://www.analisadaily.com/mobile/pages/news/52980/david-herman-jaya-terpilih-secara-aklamasi-pimpin-psmti |date=2013-10-09 }} Harian Analisa 7 Oktober 2013</ref><ref>[http://riaupos.co/35531-berita-david-herman-jaya,-ketua-umum-psmti-terpilih-2013-%E2%80%93-2017.html David Herman Jaya, Ketua Umum PSMTI Terpilih 2013 – 2017] Riau Pos 6 Oktober 2013</ref>


PSMTI ini juga mempunyai banyak cabang daerah di [[provinsi]]-provinsi yang menjadi konsentrasi suku Tionghoa. Selain PSMTI ada juga [[Perhimpunan INTI]] yaitu organisasi kemasyarakatan untuk kaum keturunan [[Tionghoa]] yang bersifat kebangsaan, bebas, mandiri, nirlaba, non-partisan dan bertujuan menyelesaikan masalah Tionghoa di [[Indonesia]].
PSMTI ini juga mempunyai banyak cabang daerah di [[provinsi]]-provinsi yang menjadi konsentrasi suku Tionghoa. Selain PSMTI ada juga [[Perhimpunan INTI]] yaitu organisasi kemasyarakatan untuk kaum keturunan [[Tionghoa]] yang bersifat kebangsaan, bebas, mandiri, nirlaba, non-partisan dan bertujuan menyelesaikan masalah Tionghoa di [[Indonesia]].


PSMTI merupakan organisasi etnik Tionghoa berskala nasional yang pertama dibentuk pascareformasi. Secara umum, PSMTI yang merupakan organisasi Tionghoa terbesar di Indonesia telah berdiri di 167 kabupaten/kota di 28 provinsi seluruh Indonesia, salah satunya di Jawa Tengah. PSMTI Jawa Tengah membawahi cabang PSMTIdi 20 kabupaten/kota di Jawa Tengah, diantaranya Pekalongan, Pemalang, Kota Semarang, Kudus, Pati, Lasem, Kota Salatiga, Magelang, Kebumen, Gombong, Banyumas, Cilacap, dan Jepara.
PSMTI merupakan organisasi etnik Tionghoa berskala nasional yang pertama dibentuk pascareformasi. Secara umum, PSMTI yang merupakan organisasi Tionghoa terbesar di Indonesia telah berdiri di 167 kabupaten/kota di 28 provinsi seluruh Indonesia.

Ketua PSMTI Jawa Tengah saat ini adalah Dewi Susilo Budiharjo yang terpilih melalui Musyawarah Provinsi ke-2 PSMTI Jwa Tengah di Semarang pada 30 Oktober 2015. Ini merupakan regeberasi kepemimpinan setelah sebelumnya selama 12 tahun sejak 2004 PSMTI Jawa Tengah dipimpin oleh Budi Purnomo. Selain sebagai pengurus daerah, di tingkat pusat Dewi juga mengemban tugas sebagai Koordinator Wilayah PSMTI untuk seluruh Jawa, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Di tengah masih minimnya oerempuan di organisasi ini, Dewi mwwakili perempuan Tionghoa sekaligus generasi yang lebih muda.

Sejak dilantik, dewi yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua PSMTI Kota Semarang membawa semboyan “Cinta Menembus Batas” untuk PSMTI Jawa Tengah. Dengan harapan agar anak cucu bangsa ini dapat merekam bahwa pluralisme itu tidak perlu lagi digesekkan atau ditabrakkan, semboyan ini diharapkan dapat membuka sekat pembauran di antara  seluruh elemen masyarakat. Alih-alih menuntut kesetaraan, semboyan ini mewakili harapan akan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia: mendapat perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, hidup dengan tenang, dan tidak ada sikap rasis.

Tidak mengeherankan, Dewi mempunyai komitmen menjadikan PSMTI sebagai organisasi yang inklusif, terbuka, dan berguna untuk seluruh masyarakat Indonesia. Dalam konteks demikian, PSMTI berupaya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas. Salah satunya adalah memberi bantuan permodalan/kredit bagi pelaku usaha mikro kecil dan mennengah (UMKM) di Jawa Tengah melalui Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Bagi Bangsa yang diresmikan pada bulan Maret 2017. Dengan semangat inklusif itu pula, pada bulan Februari 2017 PSMTI Jawa Tengah menggagas perayaan Cap Go Meh di pelataran Masjid Agung Jawa Tengah. Sayangnya, acare tersebut disambut dengan aksi tolak perayaan ini oleh Forum Umat Islam Semarang. Sebagai jalan tengah, Walikota Semarang akhirnya memindah perayaan tersebut ke Balai Kota.

Posisi sebagai Koordinator Wilayah PSMTI wilayah Jawa, membuat relasi dengan organisasi sejenis menjadi lebih cair. Di Jawa Timur, Dewi berhasil menggerakkan munculnya ''Whattsapp (WA) Group'' Bersama antara PSMTI dan INTI sebagai wadah komunikasi kedua organisasi. Hal yang sama sedang dikomunikasikan untuk diwujudkan di wilayah Jawa Tengah. Menurut Dewi, “saya ingin di era sekarang ini, Ketika semua pintu telah dibuka, kita berorganisasi, kita tetap satu tubuh”. Itu sebabnya, PSMTI dan INTI Jawa Tengah sedang mengupayakan diselenggarakannya acara bersama, termasuk aksi donor darah di Paragon Mall, Semarang pada 6 Juni 2018 sebagai aksi kolaborasi kedua organisasi ini.

Dengan PITI, komunikasi dan kolaborasi terus diupayakan oleh PSMTI Jawa Tengah. Apalagi pada saat ini PSMTI Jawa Tengah sedang merencanakan pembangunan masjid bernuansa Tionghoa di Kota Semarang. Masjid semacam ini akan menjadi yang pertama di Jawa Tengah, meskipun yang serupa sudah banyak dimiliki wilayah lain di Indonesia. Dewi telah melakukan komunikasi dengan Ketua PITI, Tio Islandar Abdurrahman Al Hasani terkait pembangunan masjid yang diharapkan menjadi tonggak sejarah penting kehadiran etnik Tionghoa di Kota Semarang.

“…Karena bangsa ini cepat lupa. Kita melakukan acara yang menggelegar, hanya sebentar diingatnya. Contoh yang paling spektakuler dalam Sumpah Pemuda, ada peran Tionghoa tapi mereka lupa. Orientasi kita, yang Jawa Tengah suarakan adalah membuat masjid bernuansa Tionghoa. Tidak meninggalkan ke-Tionghoa-an tapi wujudnya masjid: masjid yang berakulturasi budaya Tionghoa. Kan akulturasi budaya tidak harus menjadikan masjid itu klenteng. Tetapi kan hanya ornament-ornamennya. Saya ingin akulturasinya lebih cantik…”

Diharapkan, keberhasilan pembangunan masjid ini di Semarang nantinya akan diikuti pembangunan di wilayah lain di Jawa Tengah. Selain itu, PSMTI Jawa Tengah juga melakukan kolaborasi dengan PITI Jawa Tengah dalam misinya memberi manfaat bagi masyarakat, yaitu kunjungan ke lembaga pemasyarakatan Kedung Pane Semarang pad atanggal 7 Juni 2018 untuk acara buka puasa Bersama dengan narapidana. Menurut Dewi, acara semacam ini selain untuk menyatakan empati, juga akan menunjukkan bahwa PSMTI tidak membangun jarak dengan para narapidana. Kolaborasi dengan PITI sangat diperlukan untuk mengisi selawat dalam acara buka puasa Bersama tersebut.

Kini, PSMTI Jawa Tengah terus berusaha untuk merangkul elemen masyarakat yang lebih luas. Secara perlahankehadiran generasi yang lebih muda telah membawa perubahan internal pada PSMTI Jawa Tengah yang kini tidak melulu pada kegiatan yang sifatnya perayaan dan sosial seperti pembagian sembako, tapi juga pelaksanaan seminar-seminar yang mampu membuka stigma, memberikan edukasi bagi kelompok Tionghoa, dan mendorong mereka untuk tidak takut berorganisasi. Salah satunya, Dewi Susilo turut berbicara dalam refleksi 20 Tahun Tragedi Tambak Bayan, sebuah tragedy di ''China Town'' Surabaya tahun 1998. Meskipun tidak mudah dan mulus bagi organisasi untuk menerima munculnya bentuk respon baru semacam ini, pada dasarnya ini lebih menggambarkan dinamika internal organisasi yang terus akan berkembang seiring perubahan gennerasi. Sebagaimana yang diakui Dewi, pro-kontra internal PSMTI akan sikapnya yang dianggap progresif tidak dapat dihindarkan.


Factor lainnya yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan PSMTI dalam merespon kebijakan pemerintah adalah lingkungan domestic dan internasional yang membuatnya harus terus mampu menjaga relevansi. Hingga hari ini, PSMTI masih terus secara konsisten menyuarakan penggunaan kata “Tionghoa” menggantikan kata “Cina”. Meskipun UU No. 12 Tahun 2014 telah menjadi paying hukum untuk mendorong perubahan penyebutan ini, tetapi juga disadari dalam kenyataannya masih perlu sosialisasiyang luas dan penegasan yang konsisten untuk memberi wawasan akan dampak perubahan penyebutan tersebut, sehingga akhirnya dapat menjadi sebuah kesadaran nasional. Apalagi perkembangan sekarng ini baik dalam konteks hubungan Indonesia-Tiongkok maupun perkembangan Tiongkok sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, membuat PSMTI merasa perlu untuk meminta secara tegas penghapusan kata “Cina”.
Factor lainnya yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan PSMTI dalam merespon kebijakan pemerintah adalah lingkungan domestic dan internasional yang membuatnya harus terus mampu menjaga relevansi. Hingga hari ini, PSMTI masih terus secara konsisten menyuarakan penggunaan kata “Tionghoa” menggantikan kata “Cina”. Meskipun UU No. 12 Tahun 2014 telah menjadi paying hukum untuk mendorong perubahan penyebutan ini, tetapi juga disadari dalam kenyataannya masih perlu sosialisasiyang luas dan penegasan yang konsisten untuk memberi wawasan akan dampak perubahan penyebutan tersebut, sehingga akhirnya dapat menjadi sebuah kesadaran nasional. Apalagi perkembangan sekarng ini baik dalam konteks hubungan Indonesia-Tiongkok maupun perkembangan Tiongkok sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, membuat PSMTI merasa perlu untuk meminta secara tegas penghapusan kata “Cina”.

Revisi per 8 Agustus 2022 04.29

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia
SingkatanPSMTI
Tanggal pendirian28 September 1998; 25 tahun lalu (1998-09-28)
Kantor pusatJalan Bandengan Selatan, No. 43, Pusat Komplek Puri Deltamas Blok H-8, Jakarta
Ketua Umum
David Herman Jaya
Situs webhttp://psmti-pusat.info/ atau http://www.psmti.org/

Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (Hanzi: 印尼印華百家姓協會, hanyu pinyin: yin ni yin hua bai jia xing xie hui) adalah sebuah organisasi kemasyarakatan suku Tionghoa di Indonesia yang dipimpin oleh David Herman Jaya selaku Ketua Umum PSMTI Pusat.[1][2]

PSMTI ini juga mempunyai banyak cabang daerah di provinsi-provinsi yang menjadi konsentrasi suku Tionghoa. Selain PSMTI ada juga Perhimpunan INTI yaitu organisasi kemasyarakatan untuk kaum keturunan Tionghoa yang bersifat kebangsaan, bebas, mandiri, nirlaba, non-partisan dan bertujuan menyelesaikan masalah Tionghoa di Indonesia.

PSMTI merupakan organisasi etnik Tionghoa berskala nasional yang pertama dibentuk pascareformasi. Secara umum, PSMTI yang merupakan organisasi Tionghoa terbesar di Indonesia telah berdiri di 167 kabupaten/kota di 28 provinsi seluruh Indonesia.

Factor lainnya yang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan PSMTI dalam merespon kebijakan pemerintah adalah lingkungan domestic dan internasional yang membuatnya harus terus mampu menjaga relevansi. Hingga hari ini, PSMTI masih terus secara konsisten menyuarakan penggunaan kata “Tionghoa” menggantikan kata “Cina”. Meskipun UU No. 12 Tahun 2014 telah menjadi paying hukum untuk mendorong perubahan penyebutan ini, tetapi juga disadari dalam kenyataannya masih perlu sosialisasiyang luas dan penegasan yang konsisten untuk memberi wawasan akan dampak perubahan penyebutan tersebut, sehingga akhirnya dapat menjadi sebuah kesadaran nasional. Apalagi perkembangan sekarng ini baik dalam konteks hubungan Indonesia-Tiongkok maupun perkembangan Tiongkok sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, membuat PSMTI merasa perlu untuk meminta secara tegas penghapusan kata “Cina”.

Hal ini tidak lepas dari kekhawatiran akan dampaknya pada etnis Tionghoa di Indonesia akibat keterbatasan pengetahuan masyarakat terhadap perbedaan kata “Cina” sebagai etnis dan “Cina” sebagai negara atau foreign entity. Dalam konteks inilah, PSMTI juga sedang berjuang agar Presiden Joko Widodo membuat pernyataan demikian, hal ini tentu sangat relevan dengan konteks relasi Indonesia-Tiongkok saat ini yang begitu progresif, tetapi rentan untuk dipolisitir akibat sejarah masa lalu.

Lihat pula

Referensi