Lompat ke isi

Marioriawa, Soppeng: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Ahmad Densu (bicara | kontrib)
k kecil
Ahmad Densu (bicara | kontrib)
k kecil
Baris 25: Baris 25:
Keberadaan Pabbicara pada masa dahulu merupakan sebuah institusi Peradilan Perdata dan Pidana yang bertanggungjawab secara langsung kepada Datu Marioriawa. Di Kedatuan Marioriawa terdapat tiga Pabbicara yang masing-masing mempunyai wilayah  yaitu :
Keberadaan Pabbicara pada masa dahulu merupakan sebuah institusi Peradilan Perdata dan Pidana yang bertanggungjawab secara langsung kepada Datu Marioriawa. Di Kedatuan Marioriawa terdapat tiga Pabbicara yang masing-masing mempunyai wilayah  yaitu :


1. Pabbicara Attang Salo yang meliputi, Wanua Penree, Wanuwa Lompo’e dan Wanua Taluma Kaca
# Pabbicara Attang Salo yang meliputi, Wanua Penree, Wanuwa Lompo’e dan Wanua Taluma Kaca
# Pabbicara Manorang Salo, meliputi Watang Batu-Batu, dan Wanua Welongnge
# Pabbicara Bulu,  meliputi  Wanua  Mario,  dan Wanua Kajuara


Sebelum tahun 1905 terdapat 15 Wialayah Kerajaan termasuk anggota Konfaderasi Kerajaan Soppeng, 12 Wialayah Kerajaan kecil termasuk anggota Konfaderasi Soppen dan 34 Tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Soppeng, berukut daftar kerajaannya :
2. Pabbicara Manorang Salo, meliputi Watang Batu-Batu, dan Wanua Welongnge


Wialayah Kerajaan Termasuk Anggota Konfaderasi Kerajaan Soppeng,
3. Pabbicara Bulu,  meliputi  Wanua  Mario,  dan Wanua Kajuara


# Lamuru,
Pada tahun 1905 Setelah perang makassar usai ditandai dengan ditangkapnya Raja Bone La Pawawoi dan dan dibuang ke Batavia serta Matinroe ri Bondu’na Raja Gowa meninggal dalam pengejaran Belanda, maka mulailah Belanda melakukan campur tangan dalam pemerintahan di semua kerajaan di Sulawesi Selatan termasuk di Kedatuan Soppeng.
# Marioriwawo,
# Goagoa,
# Pattojo,
# Ujumpulu,
# Lompéngeng,
# Baringeng,
# Tanatengnga,
# Apanang,
# Bélo,
# Ganra,
# Bakke,
# Léworeng,
# Marioriawa, dan
# Citta


Wialayah Kerajaan kecil termasuk anggota Konfaderasi Soppen
Pada tahun 1906, Belanda melakukan pembatasan kekuasan kepada Datu dan dewan hadat Kedatuan Soppeng. Campur tangannya terhadap pemerintahan di Kerajaan Soppeng dengan menjadikan Kedatuan Soppeng  menjadi bagian dari pada Afdeling Bone dengan status Onderafdelling Soppeng dengan struktur pemerintahan antara  lain sebagai berikut :


# Jampu,
1. Controleur
# Galung,
# Gattareng,
# Bua,
# Bécoing,
# Palakka,
# Umpungeng,
# Bulumatanré,
# \Kampiri,
# Kading,
# Balusu, dan
# Kiru-kiru


Tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Soppeng
2. Clerek/Juru Tulis,


# Bila,
3. Datu Soppeng
# Saloqtungo,
# Kuqba,
# Pao,
# Panincong,
# Macopéq,
# Maccilé,
# Mangkutu,
# Akkampéng,
# Ujung,
# Cénrana,
# Pacciro,
# Alo,
# Tellang,
# Pasaka,
# Kajuara,
# Areppa,
# Tinco,
# Madelloqrilauq,
# Tappareng
# Botto,
# Seppang,
# Pessé,
# Uncing,
# Launga,
# Wécoi,
# Kulo,
# Watalaia,
# Ara,
# Matabulo,
# Ciroali,
# U[n]dungeng,
# Maingeng dan
# Lisu


4. Sulle Datu Soppeng


Pada tahun 1905 Setelah perang makassar usai ditandai dengan ditangkapnya Raja Bone La Pawawoi dan dan dibuang ke Batavia serta Matinroe ri Bondu’na Raja Gowa meninggal dalam pengejaran Belanda, maka mulailah Belanda melakukan campur tangan dalam pemerintahan di semua kerajaan di Sulawesi Selatan termasuk di Kedatuan Soppeng.
5. Arung Bila


Pada tahun 1906, Belanda melakukan pembatasan kekuasan kepada Datu dan dewan hadat Kedatuan Soppeng. Campur tangannya terhadap pemerintahan di Kerajaan Soppeng dengan menjadikan Kedatuan Soppeng  menjadi bagian dari pada Afdeling Bone dengan status Onderafdelling Soppeng dengan struktur pemerintahan antara  lain sebagai berikut :
6. Pa’bicara (Pengadilan)


# Controleur
7. Watang Lipu (Polisi Pamong Praja)
# Clerek/Juru Tulis,
# Datu Soppeng
# Sulle Datu Soppeng
# Arung Bila
# Pa’bicara (Pengadilan)
# Watang Lipu (Polisi Pamong Praja)


Kedatuan Marioriawa sebagai anggota Konfedarasi/Persekutuan Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan berikut para Pabbica dan Matoa tidak mengalami perubahan pula.
Kedatuan Marioriawa sebagai anggota Konfedarasi/Persekutuan Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan berikut para Pabbica dan Matoa tidak mengalami perubahan pula.
Baris 55: Baris 120:
Maka Khusus pada Onderafdelling Soppeng wilayahnya dibagi menjadi 7 persekutuan adat dengan status distrik, yaitu:
Maka Khusus pada Onderafdelling Soppeng wilayahnya dibagi menjadi 7 persekutuan adat dengan status distrik, yaitu:


1. Distrik Lalabata
# Distrik Lalabata
# Distrik Lilirilau

2. Distrik Lilirilau
# Distrik Liliriaja
# Distrik Pattojo

3. Distrik Liliriaja
# Distrik Citta
# Distrik Marioriwawo

4. Distrik Pattojo
# Distrik Marioriawa

5. Distrik Citta

6. Distrik Marioriwawo

7. Distrik Marioriawa


Dalam penataan ini Kedatuan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kedatuan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kedatuan Soppeng dengan status Distrik.
Dalam penataan ini Kedatuan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kedatuan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kedatuan Soppeng dengan status Distrik.
Baris 87: Baris 146:
Memasuki tahun 1959,  setelah Andi Wana memasuki masa pensiun sebagai Wedana maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, dan digantikan oleh Wedana Andi Mahmud. Pada fase ini, dimulainya beberapa perubahan administrasi yang membuat kebijakan baru pasca berakhirnya masa jabatan Andi Wana, dimana secara administrasi setelah setahun berakhir masa jabatannya, ketujuh persekutuan adat diubah menjadi lima buah Kecamatan yang bersifat administrasi di Soppeng, yakni:
Memasuki tahun 1959,  setelah Andi Wana memasuki masa pensiun sebagai Wedana maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, dan digantikan oleh Wedana Andi Mahmud. Pada fase ini, dimulainya beberapa perubahan administrasi yang membuat kebijakan baru pasca berakhirnya masa jabatan Andi Wana, dimana secara administrasi setelah setahun berakhir masa jabatannya, ketujuh persekutuan adat diubah menjadi lima buah Kecamatan yang bersifat administrasi di Soppeng, yakni:


1. Kecamatan Marioriwawo ibu kotanya Takkalala dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Marioriwawo ibu kotanya Takkalala dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Lilirilau ibu kotanya Cabbenge dan dikepalai seorang Camat

2. Kecamatan Lilirilau ibu kotanya Cabbenge dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Liliriaja, Ibu kotanya Cangadi dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Lalabata ibu kotanya Watan Soppeng dan dikepalai seorang Camat

3. Kecamatan Liliriaja, Ibu kotanya Cangadi dan dikepalai seorang Camat
# Kecamatan Marioriawa ibu kotanya BatuBatu dan dikepalai seorang Camat

4. Kecamatan Lalabata ibu kotanya Watan Soppeng dan dikepalai seorang Camat

5. Kecamatan Marioriawa ibu kotanya BatuBatu dan dikepalai seorang Camat


Adapun Kedatuan Pattojo dan Kedatuan Citta dimasukkan  dalam wilayah  Kecamatan Liliriaja dengan status Kepala Desa.
Adapun Kedatuan Pattojo dan Kedatuan Citta dimasukkan  dalam wilayah  Kecamatan Liliriaja dengan status Kepala Desa.
Baris 101: Baris 156:
Dengan perubahan tersebut Kedatuan Marioriawa dibekukan dan berubah nama menjadi Kecamatan Marioriawa, begitu juga Pabbicara Attang Salo di bekukan dan berubah nama menjadi Desa Attang Salo, sama halnya dengan Matoa Lompo’e, Matoa Kaca, Matoa Penree dan Sullewatang Padali berubah nama menjadi Dusun yang dikepalai seorang kepala Dusun.  Dan pada era reformasi Desa Attang Salo di mekarkan  menjadi tiga desa yaitu :
Dengan perubahan tersebut Kedatuan Marioriawa dibekukan dan berubah nama menjadi Kecamatan Marioriawa, begitu juga Pabbicara Attang Salo di bekukan dan berubah nama menjadi Desa Attang Salo, sama halnya dengan Matoa Lompo’e, Matoa Kaca, Matoa Penree dan Sullewatang Padali berubah nama menjadi Dusun yang dikepalai seorang kepala Dusun.  Dan pada era reformasi Desa Attang Salo di mekarkan  menjadi tiga desa yaitu :


1. Kelurahan Attang Salo
# Kelurahan Attang Salo
# Kelurahan Kaca

# Desa Tellu Limpoe
2. Kelurahan Kaca

3. Desa Tellu Limpoe


Demikianlah sejarah singkat keberadaan Pabbicara Attang Salo Marioriawa yang kemudian hari berubah nama menjadi Kelurahan Attang Salo
Demikianlah sejarah singkat keberadaan Pabbicara Attang Salo Marioriawa yang kemudian hari berubah nama menjadi Kelurahan Attang Salo

Revisi per 9 Agustus 2022 02.53

Marioriawa
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenSoppeng
Pemerintahan
 • CamatAndi Surahman
Populasi
 • Total27,512 jiwa
Kode Kemendagri73.12.05 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7312060 Edit nilai pada Wikidata
Luas320 km²
Desa/kelurahan5 desa
5 kelurahan
Salah satu puteri Datu Mario Riawa pada masa Hindia Belanda
Wanita menunggu di pinggir jalan lewatnya Datu Mario Riawa pada masa Hindia Belanda

Marioriawa adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia.

[1]== Sejarah == Dahulu, Marioriawa adalah sebuah kerajaan mandiri dan berdiri sendiri dalam naungan Konfederasi Watansoppeng (Soppeng). Kendati kecamatan ini berada dalam naungan Konfederasi Watan Soppeng, pada masa pemerintahan La Pawiseang Datu Soppeng VII, Mario Riawa keluar dari konfederasi tersebut. Kemudian Mario Riawa bergabung dengan Konfederasi Wajo yang pada saat itu dipimpin oleh Arung Matoa Wajo Lataddampare.

Kala itu Marioriawa dipimpin oleh Lapaiyyo (Lamappaiyyo) Datu Marioriawa. Lantaran meninggal di Lagosi (Wajo), dia diberi gelar anumerta yaitu Lapaiyo Datu Marioriawa Matinroe Ri Lagosi. Terdapat tiga Pabbicara dan satu Sullewatang pada Kerajaan Mario Riawa. Mereka adalah Pabbicara Manorang Salo, Pabbicara Attang Salo, Pabbicara Bulue dan Sullewatang Padali, dan masing-masing terdiri dari beberapa Matoa.

Di Bulue terdapat Matoa Panci, Galungkalungnge. Di Manorang Salo terdapat Matoa Welongnge dan Matoa Tanete. Di Attang Salo terdapat Matoa Lompoe, Matoa Kaca, Matoa Pengree dan Matoa Bunne. Adapun Sullewatang Padali tidak mempunyai Matoa karena posisinya seperti Datu Mario Riawa, walaupun statusnya di wilayahnya sama dengan Pabbicara (istilah sekarang wali kota administratif).

Datu terakhir di Mario Riawa adalah Datu Mappejanci sedangkan Pabbicara terakhir di Attang Salo adalah La Pariwusi (Andi Pariwusi Daeng Mapadeng Pabbicara Attang Salo). Pabbicara terakhir di Manorang Salo adalah Andi Langkaco ( Andi Langkaco Pabbicara Manorang Salo ).Matoa terakhir di Lompoe adalah Andi Wakka Daeng Mawakka. Matoa terakhir dikaca adalah La Ma'gangka putra sullewatang padali terakhir Lacammu. Sullewatang Batu Batu terahir adalah Andi Meru dan Matoa terakhir di Welongnge La Makkarella

Keberadaan Pabbicara pada masa dahulu merupakan sebuah institusi Peradilan Perdata dan Pidana yang bertanggungjawab secara langsung kepada Datu Marioriawa. Di Kedatuan Marioriawa terdapat tiga Pabbicara yang masing-masing mempunyai wilayah  yaitu :

  1. Pabbicara Attang Salo yang meliputi, Wanua Penree, Wanuwa Lompo’e dan Wanua Taluma Kaca
  2. Pabbicara Manorang Salo, meliputi Watang Batu-Batu, dan Wanua Welongnge
  3. Pabbicara Bulu,  meliputi  Wanua  Mario,  dan Wanua Kajuara

Sebelum tahun 1905 terdapat 15 Wialayah Kerajaan termasuk anggota Konfaderasi Kerajaan Soppeng, 12 Wialayah Kerajaan kecil termasuk anggota Konfaderasi Soppen dan 34 Tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Soppeng, berukut daftar kerajaannya :

Wialayah Kerajaan Termasuk Anggota Konfaderasi Kerajaan Soppeng,

  1. Lamuru,
  2. Marioriwawo,
  3. Goagoa,
  4. Pattojo,
  5. Ujumpulu,
  6. Lompéngeng,
  7. Baringeng,
  8. Tanatengnga,
  9. Apanang,
  10. Bélo,
  11. Ganra,
  12. Bakke,
  13. Léworeng,
  14. Marioriawa, dan
  15. Citta

Wialayah Kerajaan kecil termasuk anggota Konfaderasi Soppen

  1. Jampu,
  2. Galung,
  3. Gattareng,
  4. Bua,
  5. Bécoing,
  6. Palakka,
  7. Umpungeng,
  8. Bulumatanré,
  9. \Kampiri,
  10. Kading,
  11. Balusu, dan
  12. Kiru-kiru

Tanah-tanah yang dikuasai langsung oleh Soppeng

  1. Bila,
  2. Saloqtungo,
  3. Kuqba,
  4. Pao,
  5. Panincong,
  6. Macopéq,
  7. Maccilé,
  8. Mangkutu,
  9. Akkampéng,
  10. Ujung,
  11. Cénrana,
  12. Pacciro,
  13. Alo,
  14. Tellang,
  15. Pasaka,
  16. Kajuara,
  17. Areppa,
  18. Tinco,
  19. Madelloqrilauq,
  20. Tappareng
  21. Botto,
  22. Seppang,
  23. Pessé,
  24. Uncing,
  25. Launga,
  26. Wécoi,
  27. Kulo,
  28. Watalaia,
  29. Ara,
  30. Matabulo,
  31. Ciroali,
  32. U[n]dungeng,
  33. Maingeng dan
  34. Lisu


Pada tahun 1905 Setelah perang makassar usai ditandai dengan ditangkapnya Raja Bone La Pawawoi dan dan dibuang ke Batavia serta Matinroe ri Bondu’na Raja Gowa meninggal dalam pengejaran Belanda, maka mulailah Belanda melakukan campur tangan dalam pemerintahan di semua kerajaan di Sulawesi Selatan termasuk di Kedatuan Soppeng.

Pada tahun 1906, Belanda melakukan pembatasan kekuasan kepada Datu dan dewan hadat Kedatuan Soppeng. Campur tangannya terhadap pemerintahan di Kerajaan Soppeng dengan menjadikan Kedatuan Soppeng  menjadi bagian dari pada Afdeling Bone dengan status Onderafdelling Soppeng dengan struktur pemerintahan antara  lain sebagai berikut :

  1. Controleur
  2. Clerek/Juru Tulis,
  3. Datu Soppeng
  4. Sulle Datu Soppeng
  5. Arung Bila
  6. Pa’bicara (Pengadilan)
  7. Watang Lipu (Polisi Pamong Praja)

Kedatuan Marioriawa sebagai anggota Konfedarasi/Persekutuan Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan berikut para Pabbica dan Matoa tidak mengalami perubahan pula.

Pada tahun 1923 pada masa A.J.L Couvreur menjadi Gubernur di Sulawesi Selatan, Gubernurmen Hindia Belanda melakukan penataan kekuasaan  dan , Bone, Soppeng, dan Wajo diberikan kekuasaan zelfbestuur (Swapraja) yang membawahi beberapa distrik dan onderdistrik.

Maka Khusus pada Onderafdelling Soppeng wilayahnya dibagi menjadi 7 persekutuan adat dengan status distrik, yaitu:

  1. Distrik Lalabata
  2. Distrik Lilirilau
  3. Distrik Liliriaja
  4. Distrik Pattojo
  5. Distrik Citta
  6. Distrik Marioriwawo
  7. Distrik Marioriawa

Dalam penataan ini Kedatuan Marioriawa ikut mengalami perubahan. Kedatuan Marioriawa yang dahulu merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Wilayah Kesatuan Kedatuan Soppeng dengan status Distrik.

Kekuasaan Pabbicara Attang Salo dan Pabbicara lainnya yang sebelumnya merupakan institusi Peradilan berubah fungsi menjadi  lembaga struktur wilayah kekuasaan dengan status Onderdistrik/Kepala Desa dan kepalai oleh seorang Petta Pabbicara.

Daerah Kedatuan Panincon yang dulunya merupakan daerah anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan Soppeng berubah menjadi Onderdistrik/Kepala Desa sama tingkatnya dengan Pabbicara Attang Salo dan Pabbicara lainnya di bawah Kedatuan Marioriawa dan tetap di kepalai seorang Datu Panincong dengan status Kepala Onderdistrik.

Wanua Penree, Wanua  Lompo’e, Wanua Kaca tetap berada dalam posisinya sebagai Kampung dan dijabat seorang Matoa dengan status kepala Kampung.

Khusus wilayah kekuasaan Arung Padali yang sebelumnya merupakan anggota Kofedarasi / Persekutuan Kedatuan berubah status diturunkan posisinya menjadi sama tingkat dengan Matoa dibawah wilayah Onderdistrik  Attang Salo dengan nama Sulle Watang Padali dengan dikepalai oleh seorang Arung Padali.

Setelah terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, pelaksanaan pemerintah dilaksanakan oleh Gubernur Sulawesi, struktur pemerintahan di Kedatuan Soppeng tidak mengalami perubahan dan baru pada tahun 1951 Gubernur I Sulawesi Sudiro, mengeluarkan Keputusan Gubernur No. 618 Tahun 1951 tentang diubahnya status onderafdeling menjadi kewedanan yang terdiri dari beberapa distrik. Dengan adanya keptusan ini maka Kedatuan Soppeng yang tadinya berstatus dengan Onderafdeling Soppeng berubah nama menjadi Kewedanan Soppeng. Status Kedatuan Marioriawa dan Pabbicara Attang Salo tetap statusnya tidak berubah.

Pemerintah Indonesia berusaha meredam gerakan yang mengancam kemerdekaan Indonesia dengan melakukan perubahan pada sistem pemerintahan. Pada tangal 12 Agustus Tahun 1952, pemerintah mengeluarkan peraturan No. 34 Tahun 1952 tentang Pembubaran Wilayah Dalam Daerah Swantantra yang terdiri atas tujuh daerah swantanra termasuk Swantara Bone.

Pada tanggal 13 Maret 1957, daerah Soppeng akhirnya melepas diri dari daerah Swatantra Bone menjadi daereh otonom Tingkat II Kabupaten Soppeng sekaligus pelantikan kepala daerah yang pertama yaitu Datu Haji Andi Wana dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. P.7/2/24 Tanggal 8 Februari 1957. Dengan demikian berakhirlah untuk selama-lamanya pemerintah Swapraja Soppeng baik secara de facto maupun secara de jure, dan dari tanggal pelantikan Andi Wana sebagai Kepala Daerah Soppeng inilah yang kemudian dianggap sebagai “Hari Lahir” Kabupaten Soppeng yang selalu diperingati setiap tahunnya hingga tahun 2000.

Memasuki tahun 1959,  setelah Andi Wana memasuki masa pensiun sebagai Wedana maka ia diberhentikan dengan hormat dari jabatannya, dan digantikan oleh Wedana Andi Mahmud. Pada fase ini, dimulainya beberapa perubahan administrasi yang membuat kebijakan baru pasca berakhirnya masa jabatan Andi Wana, dimana secara administrasi setelah setahun berakhir masa jabatannya, ketujuh persekutuan adat diubah menjadi lima buah Kecamatan yang bersifat administrasi di Soppeng, yakni:

  1. Kecamatan Marioriwawo ibu kotanya Takkalala dan dikepalai seorang Camat
  2. Kecamatan Lilirilau ibu kotanya Cabbenge dan dikepalai seorang Camat
  3. Kecamatan Liliriaja, Ibu kotanya Cangadi dan dikepalai seorang Camat
  4. Kecamatan Lalabata ibu kotanya Watan Soppeng dan dikepalai seorang Camat
  5. Kecamatan Marioriawa ibu kotanya BatuBatu dan dikepalai seorang Camat

Adapun Kedatuan Pattojo dan Kedatuan Citta dimasukkan  dalam wilayah  Kecamatan Liliriaja dengan status Kepala Desa.

Dengan perubahan tersebut Kedatuan Marioriawa dibekukan dan berubah nama menjadi Kecamatan Marioriawa, begitu juga Pabbicara Attang Salo di bekukan dan berubah nama menjadi Desa Attang Salo, sama halnya dengan Matoa Lompo’e, Matoa Kaca, Matoa Penree dan Sullewatang Padali berubah nama menjadi Dusun yang dikepalai seorang kepala Dusun.  Dan pada era reformasi Desa Attang Salo di mekarkan  menjadi tiga desa yaitu :

  1. Kelurahan Attang Salo
  2. Kelurahan Kaca
  3. Desa Tellu Limpoe

Demikianlah sejarah singkat keberadaan Pabbicara Attang Salo Marioriawa yang kemudian hari berubah nama menjadi Kelurahan Attang Salo

Sesudah berdirinya NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), terjadilah berbagai perubahan. Pertama, Kerajaan Soppeng ikut bergabung dengan Indonesia dan berubah menjadi Kabupaten Soppeng. Alhasil, status kerajaan Marioriawa pun ikut berubah menjadi Kecamatan Mario Riawa. Perubahan juga terjadi pada sistem kepemimpinan di Soppeng, seperti Pabbicara berubah menjadi kelurahan dan desa. Kemudian seiring dengan adanya pemekaran, maka kelurahan dan desapun bertambah. Di antaranya adalah Kelurahan Manorang Salo, Kelurahan Attang Salo, Kelurahan Batu-batu, Kelurahan Kaca, Kelurahan Limpomajang, Desa Bulue, Desa Laringgi, Desa Panincong, dan Desa Patampanua, dan Desa Tellulimpoe.

Nama-Nama Raja yang pernah memimpin Kerajaan (Akkarungeng) Marioriawa yaitu:

  1. La Botting Langi Datu Tanetelangi kemudian La Botting Langi Datu Tanetelangi menikah dengan Datu Mario (Mariorawa & Marioriwawo masih bersatu)
  2. Datu Mario (istri Labotting Langi) (Mariorawa & Marioriwawo masih bersatu)
  3. We Temma Buleng Malotongnge Datu (Ratu) Marioriawa (anak dari La Panyorong) kemudian We Temma Buleng Malotongnge menikah dengan Sulaedde/ La’de/Ladeng Bolongnge Datu Soppeng IX melahirkan beberapa anak diantaranya La Mata Esso Datu Soppeng ke XII, selanjutnya La Mata Esso Datu Soppeng ke XII menikah dengan We Tenrianiang melahirkan beberapa anak diantaranya We Pawempe, kemudian We Pawempe menikah dengan La Pagemusu Datu Marioriawa
  4. La Lelling Lampe Datu Mariorawa
  5. La Pagemusu Datu Marioriawa, La Pagemusu Datu Marioriawa menikah dengan We Pawempe melahirkan anak I Mataesso atau dikenal Mappaloe Datu Marioriawa
  6. I Mataesso atau dikenal Mappaloe atau I Mapalalla Datu Marioriawa, I Mataesso menikah dengan La Pammase putra Arung Ta (Cucu Pajung Luwu) melahirkan beberapa anak diantaranya 1. La Pateddungi Datu Kajuara. 2. La Temmupage Datu Marioriaw, 3. La Darapung Datu Tampaning, 4. Datu Latumpa
  7. La Temmu Page Matinroe Ri Panci mempunyai anak bernama La Pawellangi Datu Marioriawa
  8. La Pawellangi Datu Marioriawa, La Pawellangi Datu Marioriawa menikah dengan I Tenri Essa Datu Marioriawa
  9. I Tenri Essa Datu Marioriawa, I Tenri Essa Datu Marioriawa menikah dengan La Pawellangi Datu Marioriawa melahirkan anak bernama I Samaelo atau dikenal dengan nama Isamaunru Datu Marioriawa
  10. I Samaelo atau dikenal dengan nama Isamaunru Datu Marioriawa, I Samaelo menikah dengan Labattoa datu Tampaning melahirkan anak 1. La Cake Datu Marioriawa 2. Yatu Petta Walue Datu Mariorawa
  11. La Cake Datu Marioriawa
  12. Yatu Petta Walue Datu Marioriawa, Yatu Petta Walue menikah dengan Latone Datu Soppeng melahirkan anak antara lain : 1. La Mappaiyo Datu Marioriawa, 2. Yabeng Datu Marioriawa
  13. La Mallarangeng,Datu (Raja) Marioriawa merangkap Datu Lompulle dan Datu Marioriwawo menikah dengan I Tenrileleang Pajung Luwu melahirkan anak bernama 1. La Maddusila Karaeng Tanete 2. La Tenrisessu Arung Paccana Datu Marioriawa Opu Cenning Luwu, 2. La Maggalatung, .4. La Samalangi Datu Leworeng
  14. La Tenrisessu Arung Paccana Datu Marioriawa Opu Cenning Luwu (anak La Malarangeng Datu Lompulle dan Datu Marioriawa dengan Istrinya We Tenri Leleang Datu Tanete Pajung Luwu), La Tenrisessu menikah dengan I Pada Punna Bolae Ri Silaja melahirkan 1. La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa, 2. We Asia Datu Lamuru
  15. La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi (Tewas Oleh Iparnya sendiri yang bernama I Tenri Dolong), La Mappaiyo kemudian menikah dengan I Tenri Dio di kenal dengan nama ArungngE Ilamming kemudian mempunyai anak bernama 1. La Pangera Daeng Mangati Sullewatang Batu-Batu, 2. La Pagemusu Petta PonggawaE
  16. Yabeng, Datu (Ratu) Marioriawa Attang Salo, Yabeng menikah dengan La Maggalatung melahirkan anak antara lain 1. La Sumampa Datu Marioriawa dan Datu Panincong 2. I Dulu Datu Marioriawa
  17. La Sumampa (Petta Jangko) Datu Marioriawa
  18. I Dulu Datu Marioriawa, I Dulu menikah dengan La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa, kemudian Idulu Datu Marioriawa menikah lagi dengan La Tenri Dolong Pangepa Soppeng Arung Bila Dan Datu Citta melahirkan beberapa anak diantaranya 1. Ali Datu Marioriawa. 2. Muhammad Tahereng Datu Enrekeng, kemudian Muhammad Tahereng Datu Enrekeng menikah dengan We Tenridio (Putri Lawana Datu Soppeng dengan Isa Arung Padali) melahirkan Andi Mapajanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII
  19. La Makkarakalangi Baso Tancung (Tanecung) Datu (Raja) Marioriawa menikah dengan I Dulu Datu Marioriawa melahirkan bebepara anak diantaranya 1. Lakoro Arung Padali, 2. I Bau Datu Tempe, kemudian Ibau Datu Tempe menikah dengan La Patongai Datu Lompulle melahirkan anak bernama La Passamula Datu Mariorawa MatinroE ri Batubatu, Merangkap Datu Lompulle, Ranreng Talotenre dan Arung Matowa (Raja) Wajo, kemudian La Makkarakalangi Baso Tancung menikah lagi dengan Ininong melahirkan anak bernama We Pada Datu Marioriawa
  20. La Koro Arung Padali Datu Marioriawa tahun 1885-1891 Merangkap Batara Wajo/Arungmatowa (Raja) Wajo XLI
  21. La Passamula Datu Mariorawa MatinroE ri Batubatu tahun 1892-1897, Merangkap Datu Lompulle, Ranreng Talotenre dan Arung Matowa (Raja) Wajo, La Passamula menikah dengan We Jenna melahirkan anak bernama La Mappe Datu Marioriawa
  22. We Pada Datu Marioriawa, We Pada menikah dengan La Mappatola Datu Bakke melahirkan beberapa anak antara lain 1. La Malleleang Datu Marioriawa, 2. Dara Walie Datu Marioriawa, 3. La Paselleang Datu Mariorawa
  23. Dara Walie Datu Marioriawa,
  24. La Mappe Arung Padali Datu Marioriawa Tahun 1900-1911, La Mappe menikah dengan We Besse melahirkan anak bernama Isa Arung Padali kemudian Isa Arung Padali, kemudian La Mappe menikah lagi dengan I Cingkang melarkan anak bernama La Mori Daeng Baji (Andi Baji) Matoa Ri Lompoe Marioriawa. Selanjutnya Isa Arung Padali menikah dengan Andi Wana Datu Soppeng melahirkan beberapa anak antara lain 1. Andi Muhammad Galib / Datu Galibe Datu Marioriawa. 2. We Tenri Dio Datu Lompulle kemudian menikah dengan Andi Muhammad Tahir Petta Enrekeng melahirkan anak Andi Mappejanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII
  25. La Marola Datu Marioriawa (anak La Palloge Petta Watanglipu)
  26. Ali Datu Marioriawa
  27. La Malleleang Datu (Raja) Mario Riawa Attassalo, La Malleleang menikah dengan I Tenri Lawa Arung Liu melahirkan anak bernama Andi Makkaraka Ranreng Bentengpola kemudian Andi Makkaraka menikah dengan I Laje Petta Ecce melahirkan anak Andi Mungkace Datu Marioriawa
  28. La Paselleang Datu Mariorawa
  29. Andi Mungkace Datu Marioriawa
  30. Andi Mangkona Datu Marioriawa Petta Arung Matoa (Raja) Wajo ke-45 periode 1933-1949 kemudian menikah dengan Andi Addiluwu (Datu Addi') Datu Watu dan mempunyai anak bernama Andi Muhammad Arsad (Datu Sade’) Datu Marioriawa
  31. Andi Muhammad Arsad (Datu Sade’) Datu Marioriawa
  32. Andi Galibe Datu Marioriawa (Datu Soppeng XXXVI)
  33. Andi Mappejanci Datu Marioriawa Merangkap Datu Soppeng XXXVII

Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Di Attang Salo Marioriawa

  1. Dg Mamalu Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa (Putra dari Lapagemusu Petta PonggawaE anak La Mappaiyo Datu (Raja) Marioriawa MatinroE Ri Lagosi
  2. Dg MappilE Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa Putra dari Dg. Mamalu Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
  3. Dg Pawellang Petta Pabbicara (Hakim Pengadilan Perdata/Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) ri Attang Salo Marioriawa III, Putra dari Dg MappilE Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa
  4. Andi Pariwusi Dg Mapadeng Petta Pabbicara (Hakim Pengadilan Perdata/Merangkap Kepala Pemerintahan) ri Attang Salo Marioriawa IV, Putra dari Dg Pawellang Petta Pabbicara Attang Salo Marioriawa

Nama-Nama pejabat yang pernah menduduki Jabatan Yang Dipertua Negeri (Matoa) Di LompoE, Attang Salo, Marioriawa

  1. Andi Baji (Pung Baji) Matoa (Yang Dipertua Negeri) Lompo’E (anak dari Perkawinan (La Mappe Arung Padali Datu Marioriawa dengan Icingkang) , menjabat pada Tahun 1885-1915
  2. Andi Wakka Dg Mawakkang (Pung Wakka) Matoa (Yang Dipertua Negeri) Lompo’E (anak Dari Andi Baji (Pung Baji) Matoa Lompo’E), Menjabat pada Tahun 1915-1949

Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Di Manorang Salo Marioriawa

  1. Andi Langkaco Petta Pabbicara (Kepala Pengadilan Merangkap Kepala Pemerintahan/Wanua) Manorang Salo Marioriawa

Nama-Nama pejabat yang pernah menduduki Jabatan Yang Dipertua Negeri (Matoa) Di Welonge Salo, Marioriawa

  1. Andi Makkarella

Nama-Nama pejabat yang Pernah menduduki Jabatan Sullewatang Batu-Batu Marioriawa

  1. La Pangera Daeng Mangati Sullewatang Batu-Batu
  2. Andi Meru Sullewatang Batu-Batu terahir

Ada beberapa situs yang terdapat di Kecamatan Mario Riawa, di antaranya Komplek Pekuburan Raja Marioriawa dan bangsawan lainnya di Jerak'e Madining (Kelurahan Attang Salo), Komplek-komplek Pekuburan raja Marioriawa dan Bangsawan lainnya di Jerak'e Panci (Desa Bulue).

Disamping situs-situs ada beberapa objek wisata di antaranya, pemandangan alam di Danau Tempe dengan beberapa atraksi lomba perahu yang disebut Maccerak Tappareng di Kelurahan Limpomajang, Kelurahan Kaca dan Desa Patampanua. Atrarksi Mappadendang dan Mattojang dalam rangka pesta Panen Raya hampir di semua Kelurahan dan Desa. Komplek Rumah Adat "Sao Mario" di Kelurahan Manorang Salo serta Permandian Air Panas Lejja di Desa BuluE.

Desa dan kelurahan

  1. Kelurahan Attang Salo
  2. Kelurahan Batu-Batu
  3. Desa Bulue
  4. Kelurahan Kaca
  5. Desa Laringgi
  6. Kelurahan Limpomajang
  7. Kelurahan Manorang Salo
  8. Desa Panincong
  9. Desa Patampanua
  10. Desa Tellulimpoe

Referensi