Lompat ke isi

Kepau Jaya, Siak Hulu, Kampar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Profil desA
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Kepala desa
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9: Baris 9:
|luas =16.626 Ha
|luas =16.626 Ha
|penduduk =3.995 jiwa
|penduduk =3.995 jiwa
|kepadatan =... jiwa/km²
}}
}}



Revisi per 9 Agustus 2022 03.19

Kepau Jaya
Negara Indonesia
ProvinsiRiau
KabupatenKampar
KecamatanSiak Hulu
Kode pos
28452
Kode Kemendagri14.01.06.2014 Edit nilai pada Wikidata
Luas16.626 Ha
Jumlah penduduk3.995 jiwa
Peta
PetaKoordinat: 0°17′49.200″N 101°30′14.400″E / 0.29700000°N 101.50400000°E / 0.29700000; 101.50400000


Kepau Jaya merupakan salah satu desa yang ada di kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, provinsi Riau, Indonesia.

SEJARAH DESA

Pada zaman dahulu ratusan tahun yang silam di tepian sungai Kampar terdapat sebuah perkampungan kecil, tepatnya di Desa Buluh Nipis Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar sekarang ini. Ditepian sungai Kampar iti ada sebuah kelokan sungai yang disebut oleh masyarakatsethulu dengan Teluk, yang kelokan tersebut terdapat sebatang pohon petai yang sangat besar yang masyarakat sethulu menyebutnya pohon potai, disitulah perkampungan kecil tersebut berada yang diberi nama Toluk Potai. Dimasa itu belum ada hukum pemerintahan seperti sekarang hanya diatur dengan hukum adat. Sekitar 25 tahun kemudian menurut keterangan Datuk Kali Mendao, datang seorang datuk yang bernama datuk Sutan Mangun yang sakti mandra guna dengan adik perempuannya yang bernama Ninik Susu Tunggal yang berasal dari Kuala Kampar yaitu Kabupaten Meranti sekarang. Datuk Sutan Mangun inilah kemudian yang bergelar Datuk Maharaja Besar yang pertama yang membawa adat istiadat sampai sekarang.

Adapun Datuk Sutan Mangun ini atau Datuk Maharaja Besar datng dengan menggunakan perahu dengan bergalah pohon bambu yang disebut oleh masyarakat sethulu dengan Buluh. Beliau inilah yang merintis dan membersihkan sungai Kampar tersebut. Beberapa tahun kemudian,setelah sungai kampar dirintis dan dibersihkan datang pula seorang datuk yang bernama Datuk Gimbam  yang sakti mandra guna. Beliau berasal dari wilayah kerajaan Siak Sri Indrapura beliau sangat sakti yang menurut sejarah jika dia masuk kedalam sungai kampar hanya sampai dipertengahan betisnya begitulah besar orangnya. Tetapi datuk Gimbam ini tidak menetap di Toluk Potai, ia tinggal di hilir Toluk Potai daerah yang bernama Sentiung, kemudian Tidak tau lagi keberadaan beliau sampai sekarang.

Kemudian setelah Datuk Sutan Mangun selesai membersihkan sungai kampar tersebut, beliau menancapkan galah atau pendayung perahunya di tepi sungai kampar di darah Toluk Potai dan galah tersebut lama kelamaan tumbuh menjadi pohon bambu. Karena kesaktiannya setiap batang sungai yang dilaluinya ditumbuhi rumpun bambu tipis yang masyarakat sethulu menyebutnya Buluh Nipis. Disebuah datarn tinggi yang terletak di sebelah Barat Buluh Nipis yang berjarak lebih kurang 2 kilo meter hanya masih hutan. Kemudian pada tahun 1922 datanglah tiga keluarga yang berasal dari negeri Gasip daerah kekuasaan kerajaan Siak Sri Indrapura , ketiga keluarga inilah yang membuka hutan pertama kalinya dan bercocok tanam, berladang dengan menebang hutan tersebut. Pada saat mereka mengolah hutan tersebut mereka menemukan suatu pohon kayu yang tak berdahan hanya pelepahnya saja, batangnya sangat keras.

Pohon kayu itu sangat banyak,  hampir disetiap sudut, setiap penjuru dan setipa  hulu dataran tersebut, kemudian mereka menyebutnya pohon Kopau. Karena datrannya melintang atau membujur ke arah Buluh Nipis maka daerah itu diberi nama Kopau Lintang.

Setelah 3 tahun kemudian Buluh Nipis menjadi Desa. Desa tersebut dipimpin oleh seorang penghulu kampung yang bernama Datuk Penghulu Mudo Ajib, beberapa puluh tahun kemudian desa tersebut berkembang yang dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Datu Singokola. Dan sementara daerah Kopau Lintang berubah statusnya menjadi Dusun yang bernama Kopau denga jumlah Kepala Keluarga ± 30 Kepala Keluarga.

Setelah Datuk Singokola meninggal, Kepala Desa digantikan dengan Warno dengan gelar Datuk Bajak. Setelah sekian lama Wali Warno memerintah zaman semakin maju masyarakat semakin berkembang dan telah tersentuh oleh pengaruh daerah luar kehidupan masyarakatpun berubah kehidupannya. Setelah Wali Warno meninggal, kemudian digantikan oleh Abdul Gani. Pada zaman pemerintahan Abdul Gani, kehidupan masyarakat semakin maju, akses infrastruktur menuju Pekanbaru sudah dibuka, dan Dusun Kopau pu semakin berkembang penduduknya. Setelah lebih kurang 20 tahun Abdul gani memerintah, desa Buluh Nipis pun sudah tersentuh oleh tata pemerintahan dan Undang-undang, sistem pemilihan kepala desa pun sudah di terapkan untuk masa jabatan 2 priode dan setelah pemilihan kepala desa di adakan, maka pemilihan dimenangkan oleh Suhardi.

Seiring perkembangan zaman, desa pun semakain maju, dusun-dusun semakin berkembang, penduduk makin banyak, kenderaan bermotor pun sudah ada. Sepuluh tahun Suhardi memerintah menjadi kepala desa di Buluh Nipis, yaitu dari tahun 1993-2003, selama pemerintahan Suhardi, kopou tetap statusnya sebagai dusun yang merupakan suatu kesatuan wilayah desa Buluh Nipis. Tetapi penduduk makin bnyak, daerah makin berkembang setelah 10 Tahun tepatnya pada tahun 2003 maka kopou mekar mejadi wilayah desa sendiri, dipimpin oleh Pjs Kepala Desa Bapak Rusman Yatim, Dengan Nama Desa Kepau Jaya sampai sekarang.

Setelah 5 tahun berjalan masa pemerintahan kepala desa Bapak Rusman Yatim sesuai dengan Undang-undang pemerintah maka kepala desa harus dipilih kembali, tepat pada tahun 2008 maka di adakan pemilihan kepala desa kembali dengan dua orang kandidat/calaon salah satunya Bapak Rusman Yatim sendiri waktu itu pemilihan di menangkan kemabli oleh Bapak Rusman yatim sebagai kepala Desa Defenitif untuk priode 2008-2014.

Demikian sejarah asal usul lahirnya Desa Kepau Jaya