Keyakinan: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 11: | Baris 11: | ||
4. Seseorang yang menggunakan akal pikiran yang sehat, menyalurkan energi keyakinan untuk belajar, latihan, ataupun bekerja. Misal, latihan berkata, latihan mencintai, latihan komunikasi, latihan mengendalikan keinginan tertentu, latihan mengendalikan ketidakinginan tertentu, latihan berusaha, latihan membuat, latihan mempertahankan, latihan melihat perbedaan, latihan melihat persamaan, latihan beradaptasi, latihan bekerja, bekerja, belajar satu agama, berdoa, dan sebagainya. |
4. Seseorang yang menggunakan akal pikiran yang sehat, menyalurkan energi keyakinan untuk belajar, latihan, ataupun bekerja. Misal, latihan berkata, latihan mencintai, latihan komunikasi, latihan mengendalikan keinginan tertentu, latihan mengendalikan ketidakinginan tertentu, latihan berusaha, latihan membuat, latihan mempertahankan, latihan melihat perbedaan, latihan melihat persamaan, latihan beradaptasi, latihan bekerja, bekerja, belajar satu agama, berdoa, dan sebagainya. |
||
5. Seorang pengguna ponsel, belum pernah melihat pencipta ponsel, tapi yakin menggunakan ponsel |
5. Seorang pengguna ponsel, belum pernah melihat pencipta ponsel, tapi yakin menggunakan ponsel. Setelah sebelumnya dirinya belum tahu ponsel, ingin tahu tentang ponsel, menjadi tahu ponsel, mempelajari ponsel, dan yakin ponsel memiliki manfaat di dalam kehidupan. |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 7 September 2022 08.13
Keyakinan adalah energi yang terkumpul karena terbukanya perasaan, ada keinginan, ada ketidakinginan, ingatan menjadi terasa lebih kuat, ada dorongan memilih suatu rasa, yang kemudian diikuti dengan suatu sikap tegas ataupun melakukan suatu perbuatan.
Contoh penggunaan energi keyakinan.
1. Seorang pemabuk miras yakin dirinya harus memilih rasa benci kemudian berkata membenci seseorang agar dirinya terlihat sebagai korban, karena ingin diberi uang ataupun miras.
2. Seorang pelaku tawuran yakin dirinya harus memilih rasa dendam kemudian melakukan tawuran, karena ada keinginan ingin tawuran, dan karena ada ketidakinginan tidak ingin suatu hal.
3. Seorang pemabuk cinta yakin apa yang dirasakannya adalah rasa cinta, kemudian dirinya menginginkan hubungan cinta.
4. Seseorang yang menggunakan akal pikiran yang sehat, menyalurkan energi keyakinan untuk belajar, latihan, ataupun bekerja. Misal, latihan berkata, latihan mencintai, latihan komunikasi, latihan mengendalikan keinginan tertentu, latihan mengendalikan ketidakinginan tertentu, latihan berusaha, latihan membuat, latihan mempertahankan, latihan melihat perbedaan, latihan melihat persamaan, latihan beradaptasi, latihan bekerja, bekerja, belajar satu agama, berdoa, dan sebagainya.
5. Seorang pengguna ponsel, belum pernah melihat pencipta ponsel, tapi yakin menggunakan ponsel. Setelah sebelumnya dirinya belum tahu ponsel, ingin tahu tentang ponsel, menjadi tahu ponsel, mempelajari ponsel, dan yakin ponsel memiliki manfaat di dalam kehidupan.
Pranala luar
- (Inggris) Entri Belief di Stanford Encyclopedia of Philosophy oleh Eric Schwitzgebel
- Beliefnet - Belief-o-matic
- Compare Different Beliefs Diarsipkan 2008-12-25 di Wayback Machine. Information on different religions/beliefs
- Beliefs and Practices Belief refers to a part of a wider Spirituality
- Think without Beliefs Diarsipkan 2014-07-23 di Wayback Machine. Does rational thinking require the adherence to beliefs at all?
- Religious Beliefs Diarsipkan 2009-01-22 di Wayback Machine. Submit a belief and read about others' thoughts.
- Ethics of Belief Classic WK Clifford essay that belief by its nature is unethical, with counterpoint by William James
- How Belief Works Diarsipkan 2015-05-06 di Wayback Machine. Article from Derrick Farnell on the formation of beliefs.
- William Kingdon Clifford. Ethics of Belief Classic essay arguing that beliefs (and the processes that form them) have ethical implications, with counterpoint essay from William James entitled "The Will to Believe".