SeaWorld Ancol: Perbedaan antara revisi
Baris 2: | Baris 2: | ||
17 Juli, 2015 (Sebagai SeaWorld Ancol)|location=Jl. Lodan Timur No.7, RW.10, Ancol, Kec. Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14430|coordinates=6°07'33"S 106°50'33"E|owner=PT Lippoland Development (1994 - ????), PT SeaWorld Indonesia (???? - 2014), PT Pembangunan Jaya Ancol (2015 - Present)}} |
17 Juli, 2015 (Sebagai SeaWorld Ancol)|location=Jl. Lodan Timur No.7, RW.10, Ancol, Kec. Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14430|coordinates=6°07'33"S 106°50'33"E|owner=PT Lippoland Development (1994 - ????), PT SeaWorld Indonesia (???? - 2014), PT Pembangunan Jaya Ancol (2015 - Present)}} |
||
[[Berkas:SeaWorld Ancol (2017).jpg|al=|jmpl|Logo SeaWorld Ancol (2017)|kiri]] |
[[Berkas:SeaWorld Ancol (2017).jpg|al=|jmpl|Logo SeaWorld Ancol (2017)|kiri]] |
||
'''SeaWorld Ancol''' adalah sebuah oceanarium yang terdapat di dalam [[Taman Impian Jaya Ancol]]. |
'''SeaWorld Ancol''' (juga ditulis Sea World Ancol) adalah sebuah oceanarium yang terdapat di dalam [[Taman Impian Jaya Ancol]]. |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Baris 14: | Baris 14: | ||
Upaya tampil meriah melalui bentuk dan detil itu, didukung oleh permainan warna yang "segar" serta detil dan aksesoris bangunan yang beragam. Di sini tidak kurang 25 jenis warna digunakan di sini, diantaranya biru, ungu, pink, hijau. Dari sejumlah warna itu, beberapa diantaranya bukan merupakan warna standar. |
Upaya tampil meriah melalui bentuk dan detil itu, didukung oleh permainan warna yang "segar" serta detil dan aksesoris bangunan yang beragam. Di sini tidak kurang 25 jenis warna digunakan di sini, diantaranya biru, ungu, pink, hijau. Dari sejumlah warna itu, beberapa diantaranya bukan merupakan warna standar. |
||
"Tampil dengan gaya festival atau karnaval,memang sudah menjadi keputusan sejak awal," ujar Ir. Heryani Saherudin. Pemikiran itu, kata Senior Assistant Manager PT Lippoland Development ini, tidak lepas dari sikap masyarakat kita — terlepas bahwa sudah semestinya jika penampilan bangunan hiburan menunjang sifat rekreasi yang ditampilkan |
"Tampil dengan gaya festival atau karnaval,memang sudah menjadi keputusan sejak awal," ujar Ir. Heryani Saherudin. Pemikiran itu, kata Senior Assistant Manager PT Lippoland Development ini, tidak lepas dari sikap masyarakat kita — terlepas bahwa sudah semestinya jika penampilan bangunan hiburan menunjang sifat rekreasi yang ditampilkan. Penampilan bangunan yang menarik juga dimaksudkan untuk memberi kebanggaan atau gengsi pada mereka yang berkunjung. Sedangkan desain interiornya disesuaikan dengan tema atraksi yang disajikan, dan juga digarap dalam gaya festival. |
||
== Pendekatan fungsional untuk lay out ruang == |
== Pendekatan fungsional untuk lay out ruang == |
||
Baris 30: | Baris 30: | ||
== Atraksi utama menjelajah dasar samudera == |
== Atraksi utama menjelajah dasar samudera == |
||
Display hall merupakan area pertama yang dikunjungi pengunjung setelah melewati pemeriksaan karcis. Pada ruang pamer seluas 1.000 m² ini terdapat 12 akuarium yang berisi ikan-ucan hias dari perairan Indonesia dan seldtarnya (tropical fish). Sebagian besar akuarium terletak di tepi bangunan |
Display hall merupakan area pertama yang dikunjungi pengunjung setelah melewati pemeriksaan karcis. Pada ruang pamer seluas 1.000 m² ini terdapat 12 akuarium yang berisi ikan-ucan hias dari perairan Indonesia dan seldtarnya (tropical fish). Sebagian besar akuarium terletak di tepi bangunan. |
||
Food court, serta toko suvenir diletakkan di daerah lobi, di area yang sama dengan loket penjualan karcis. Kedua fungsi itu, sengaja ditempatkan di daerah pintu masuk untuk memberi kesempatan pengunjung yang belum membeli karcis untuk membeli suvenir atau makan. Selain itu, juga untuk memberi kemudahan bila ruang tersebut memerlukan perluasan. |
Food court, serta toko suvenir diletakkan di daerah lobi, di area yang sama dengan loket penjualan karcis. Kedua fungsi itu, sengaja ditempatkan di daerah pintu masuk untuk memberi kesempatan pengunjung yang belum membeli karcis untuk membeli suvenir atau makan. Selain itu, juga untuk memberi kemudahan bila ruang tersebut memerlukan perluasan. |
||
Baris 51: | Baris 51: | ||
Semangat dan emosi pengunjung sangat dijaga di sini. Untuk itu pada titik-titik ter-tentu dibuat suatu kejutan. Akuarium pertama, misalnya, memiliki ukuran cukup besar dan dilengkapi dengan air terjun. Kemudian, setelah melewati 3 buah akuarium lainnya, pengunjung memperoleh kejutan lagi pada akuarium ke-lima. Pada akuarium yang berbentuk setengah lingkaran ini terdapat beberapa ekor buaya. Atraksi buaya merupakan elemen yang penting mengingat buaya selalu menarik perhatian. Hadirnya buaya ini memberi kekhasan pada SeaWorld, mengingat bangunan akuarium lain di luar negeri tidak memiliki buaya. |
Semangat dan emosi pengunjung sangat dijaga di sini. Untuk itu pada titik-titik ter-tentu dibuat suatu kejutan. Akuarium pertama, misalnya, memiliki ukuran cukup besar dan dilengkapi dengan air terjun. Kemudian, setelah melewati 3 buah akuarium lainnya, pengunjung memperoleh kejutan lagi pada akuarium ke-lima. Pada akuarium yang berbentuk setengah lingkaran ini terdapat beberapa ekor buaya. Atraksi buaya merupakan elemen yang penting mengingat buaya selalu menarik perhatian. Hadirnya buaya ini memberi kekhasan pada SeaWorld, mengingat bangunan akuarium lain di luar negeri tidak memiliki buaya. |
||
Kejutan lain diperoleh pada akuarium ke 11 yang memiliki bentuk yang spektakuler yakni setengah lingkaran utuh. Selain ben¬tuknya yang unik, akuarium ini juga memi¬liki jendela pandang yang cukup lebar. Akuarium ini berisi ikan-ikan hiu kecil (ba¬by shark) dan ikan-ikan pari (stingray), ju¬ga telur ikan-ikan tersebut. Akuarium ke 12 juga memiliki bentuk unik, yakni lingkaran penuh dengan diameter 4 m. Akuarium yang dapat dilihat dari ruang pamer mau¬pun dari arah arnphitheatre ini berisi koral-koral yang berwarna-warni. Untuk desain interior, Lippoland menggunakan jasa kon-sultan spesialis exhibition designer yakni David L. Manwarren dari Los Angeles. |
Kejutan lain diperoleh pada akuarium ke 11 yang memiliki bentuk yang spektakuler yakni setengah lingkaran utuh. Selain ben¬tuknya yang unik, akuarium ini juga memi¬liki jendela pandang yang cukup lebar. Akuarium ini berisi ikan-ikan hiu kecil (ba¬by shark) dan ikan-ikan pari (stingray), ju¬ga telur ikan-ikan tersebut. Akuarium ke 12 juga memiliki bentuk unik, yakni lingkaran penuh dengan diameter 4 m. Akuarium yang dapat dilihat dari ruang pamer mau¬pun dari arah arnphitheatre ini berisi koral-koral yang berwarna-warni. Untuk desain interior, Lippoland menggunakan jasa kon-sultan spesialis exhibition designer yakni David L. Manwarren dari Los Angeles. |
||
== Diperhitungkan sebagai ruang serbaguna == |
== Diperhitungkan sebagai ruang serbaguna == |
Revisi per 19 September 2022 10.23
Lokasi | Taman Impian Jaya Ancol, Jl. Lodan Timur No.7, RW.10, Ancol, Kec. Pademangan, Kota Jkt Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14430 |
---|---|
Koordinat | 6°07'33"S 106°50'33"E |
Pemilik | PT Lippoland Development (1994 - ????), PT SeaWorld Indonesia (???? - 2014), PT Pembangunan Jaya Ancol (2015 - Present) |
Nama sebelumnya | SeaWorld Indonesia |
Luas area | 3 ha (7,4 ekar) |
Dibuka | 3 Juni 1994 (Sebagai SeaWorld Indonesia), 17 Juli, 2015 (Sebagai SeaWorld Ancol) |
SeaWorld Ancol (juga ditulis Sea World Ancol) adalah sebuah oceanarium yang terdapat di dalam Taman Impian Jaya Ancol.
Sejarah
SeaWorld Indonesia (sekarang dipanggil SeaWorld Ancol) didirikan dengan konsep dasar negara maritim yang secara geografis lebih banyak terdiri dari perairan daripada daratan. Pada tanggal 2 Oktober, 1992. Gubernur Jakarta, Wiyogo Atmodarminto meletakkan batu pertama untuk menandai apa yang akan menjadi premis untuk dunia bawah laut, yang dalam waktu kurang dari dua tahun akan dikenal sebagai SeaWorld[1].
Gaya Festival SeaWorld Ancol
Bangunan akuarium SeaWorld tampil dengan unsur-unsur kelautan yang digarap dalam gaya festival. Dengan garis-garis yang berkesan lentur dan warna-warna yang ceria, serta aksesoris yang kaya bangunan akuarium ini membangkitkan kegembiraan. Ditambah lagi dengan lanskap yang juga digarap dalam nafas yang sama. Kolam berbentuk kerang dengan sepasang kuda laut yang memancurkan air.
Secara keseluruhan, sosok bangunan rekreasi yang mengambil artalog sebuah kapal ini memang terlihat impresif. Mengambil bentuk setengah lingkaran yang meruncing ke atas dan didukung oleh detil-detil yang diadaptasi dari unsur-unsur kelautan. Menara di puncak bangunan, misalnya, merupakan adaptasi dari mercusuar. Jendela kapal yang memiliki bentuk yang khas juga diambil untuk memperkaya fasad. Artwork berbentuk ikan juga ikut meramaikan fasad. Lautan, unsur yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah kapal, ditampilkan dalam bentuk gelombang laut yang hadir berupa dinding bergelombang.
Upaya tampil meriah melalui bentuk dan detil itu, didukung oleh permainan warna yang "segar" serta detil dan aksesoris bangunan yang beragam. Di sini tidak kurang 25 jenis warna digunakan di sini, diantaranya biru, ungu, pink, hijau. Dari sejumlah warna itu, beberapa diantaranya bukan merupakan warna standar.
"Tampil dengan gaya festival atau karnaval,memang sudah menjadi keputusan sejak awal," ujar Ir. Heryani Saherudin. Pemikiran itu, kata Senior Assistant Manager PT Lippoland Development ini, tidak lepas dari sikap masyarakat kita — terlepas bahwa sudah semestinya jika penampilan bangunan hiburan menunjang sifat rekreasi yang ditampilkan. Penampilan bangunan yang menarik juga dimaksudkan untuk memberi kebanggaan atau gengsi pada mereka yang berkunjung. Sedangkan desain interiornya disesuaikan dengan tema atraksi yang disajikan, dan juga digarap dalam gaya festival.
Pendekatan fungsional untuk lay out ruang
Berbagai jenis ikan air tawar dan air laut serta binatang air lainnya diperairan Indonesia dan sekitarnya (tropical fish) , termasuk microbiologi dapat, dinikmati di bangunan akuarium seluas 7.000 m². SeaWorld, jelas Heryani, sebenarnya merupakan perluasan atau peningkatan dari pertunjukkan Gelanggang Samudera yang ada (sekarang dipanggil Ocean Dream Samudra). Akuarium pada Gelanggang Samudera hanya merupakan atraksi penunjang, sedangkan pada SeaWorld merupakan atraksi utama.
Sarana rekreasi yang terletak di sebelah selatan Gelanggang Samudera dikembangkan oleh PT Lippoland Development bekerja sama dengan PT Jaya Ancol sebagai pemilik Taman Impian Jaya Ancol. Menurut Heryani, sistem kerjasama itu dalam bentuk BOT selama 20 tahun dengan opsi selama 20 tahun, dimana selama 20 tahun pertama tcrdapat pembagian prosentase dari uang yang masuk. Investasi untuk biaya bangunannya saja, jelas Ir Eddy Nurnadi, Senior Development Manager Lippoland Development sekitar 20 milyar. Sedangkan investasi total mencapai 30 milyar.
Bangunan akuarium ini berdiri di atas lahan seluas 3 ha. Pemanfaatan lahan tersebut adalah 1,5 ha urituk fasilitas parkir dan 1,5 ha untuk bangunan dan lanskap. Bangunan akuarium yang terdiri dari 2 lantai ini dengan total luas 7.000 m², terdiri dari sarana pameran (3.000 m²), restoran, toko sovenir, lobi (1.500 m²) dan area servis se-luas 2.500 m².
Sarana pameran cerdiri dari ruang pamer (display kolam sentuh (touch pool), teater, dan akuarium utama (main tank) yang merupakan atraksi utama. Sedangkan area servis terdiri dari tempat filtrasi air laut, karantina ikan, ruang mesin dan kantor pengelola. Menurut Heryani, jumlah pengunjung yang dapat ditampung di ruang pamer sekitar 3.000 orang. Para pengunjung diperkirakan akan berada di dalam ruang pamer rata-rata selama 1 jam.
Konsep pembagian ruang, menurut Heryani, sepenuhnya berdasarkan pendekatan fungsional, sesuai dengan urutan atraksi yang disajikan. Lay out ruang dengan memanfaatkan secara baik ruang yang terjadi dan menyesuaikan dengan bentuk bangunan yang melingkar. Deretan kolom dan bentuk bangunan yang setengah lingkaran merupakan faktor yang membatasi desain. Diambilnya bentuk setengah lingkaran, menurut Heryani, berkaitan dengan lalu lintas pengunjung dan fleksibelitas dalam menata area pamer.
Dalam mengatur lay out ruang, menurutnya, yang perlu diperhatikan adalah pergerakan aliran pengunjung. Dalam penjelasannya perencana antara lain mengeraukakan, lalu lintas pengunjung harus bisa diantisipasi melalui desain. Dengan begitu, de sain dapat mengontrol kerumunan massa terbesar yakni dengan menjaga agar tidak terjadi arus balik yang melawan aliran pengunjung dari arah pintu masuk. Disamping itu, desain juga bisa memberi kesempatan yang optanum pada pengunjung untuk melihat atraksi-atraksi yang disajikan termasuk memberi kesempatan untuk berhenti sejenak di depan akuarium. Dan juga, bisa memberi kesempatan pada pengunjung untuk menikmati atraksi dan informasi sesuai urutan yang disalikan, serta memungkinkan pengunjung untuk mengitari kembali ruang pamer.
Atraksi utama menjelajah dasar samudera
Display hall merupakan area pertama yang dikunjungi pengunjung setelah melewati pemeriksaan karcis. Pada ruang pamer seluas 1.000 m² ini terdapat 12 akuarium yang berisi ikan-ucan hias dari perairan Indonesia dan seldtarnya (tropical fish). Sebagian besar akuarium terletak di tepi bangunan.
Food court, serta toko suvenir diletakkan di daerah lobi, di area yang sama dengan loket penjualan karcis. Kedua fungsi itu, sengaja ditempatkan di daerah pintu masuk untuk memberi kesempatan pengunjung yang belum membeli karcis untuk membeli suvenir atau makan. Selain itu, juga untuk memberi kemudahan bila ruang tersebut memerlukan perluasan.
Setelah melewati 12 buah akuarium, pengunjung akan sampai pada kolam sentuh (touch pool). Sesuai dengan namanya Taman Sahahat Laut, pada kolam yang ke dalamannya dangkal ini terdapat ikan-ikan yang bersahabat. Di kolam ini, anak-anak diberi kesempatan berinteraksi dengan cara kontak langsung dengan ikan. Sebagaimana pada akuarium, kolam sentuh ini juga dilengkapi dengan deskrispsi mengenai ikan yang ada di kolam. Sehingga anak-anak dapat membaca deskripsi sambil memegang ikan.
Setelah kolam sentuh, pengunjung akan menjumpai atraksi utama yakni akuarium raksasa yang berisi ikan-ikan besar seperti ikan hiu, ikan pari raksasa, serta ikan-ikan hias penghuni samudera. Akuarium raksasa (main tank) berukuran 23 m x 37 m dengan volume air 5.000 m³ ini memiliki terowongan yang terbuat dari akrilik tembus pandang clear acrylic) setebal 62 mm. Lewat terowongan ini, pengunjung akan melihat ikan-ikan bergerak bebas di atas dan di sekeliling terowongan. Pengunjung di dalam terowongan itu, akan merasa seolah-olah berada di dasar laut. Suasana dasar akuarium itu persis seperti dasar laut karena adanya batu-batuan dan koral dengan bentuk dan warna yang bermacam-macam. Ketinggian air di alcuarium itu 4,5 m dari dasar kolam.
Terowongan Antasena ini memiliki lebar 2 m dan dilengkapi dengan ban berjalan (travellator) selebar 1 m. Dengan begitu pengunjung punya pilihan, menjelajahi dasar laut dengan berdiri di atas ban berjalan atau berjalan kaki. Terowongan yang mengelilingi akuarium raksasa ini memiliki panjang sekitar 70 m. Selain melalui terowongan, ikan-ikan di dalam alcuarium itu juga bisa dilihat dari amphitheatre. Sisi akuarium yang menghadap ke-dua ruang itu memiliki jendela dengan ukuran cukup besar yang terbitat dari bahan akrilik. Jendela yang menghadap amphitheater berukuran 3 m x 8 m dengan ketebalan 200 mm.
Main tank ini terletak di bagian tengah, tidak jauh dari pintu keluar, mengingat akuarium itu merupakan atraksi puncak pada bangunan akuarium ini. Setelah melewati atraksi itu, pengunjung memang diusahakan dengan mudah mendapatkan pintu keluar sehingga kerumunan massa yang berlebihan. Pada keadaan yang tidak terlalu padat, jelas Yani, pengunjung dimungkinkan mengulang penjelajahannya dengan kembali mengitari ruang pamer (display hall) dan seterusnya. Hal itu dimungkinkan dengan membuka folding door yang merupakan penyekat antara ruang pamer dan hall akuarium raksasa dan amphitheatre.
Berdasarkan suatu tema
Penyajian atraksi di ruang pamer mengikuti satu tema tertentu, yakni mulai dari ikan air tawar menuju ikan air laut, mulai ikan di daerah hulu kemudian turun ke daerah rawa terus ke permukaan laut hingga ke laut dalam. Keduabelas akuarium di ruang pamer dikelompokkan kedalam 2 tema besar, yakni kelompok akuarium dengan ikan air tawar (fresh water fish) dan kelompok akuarium dengan ikan air laut (salt water fish). Jadi, area pertama yang dimasuki pengunjung adalah Dunia Air Tawar. Di area ini dapat dinikmati ikan-ikan air tawar yang terdapat pada 4 buah akuarium. Selanjut-nya, pengunjung akan memasuki Dunia Samudra, yang merupakan area dimana terdapat 6 buah akuarium berisi ikan air laut. Di Dunia Samudra ini, selain akuarium yang berisi ikan-ikan air laut, juga terdapat 3 buah akuarium kecil yang berisi mikroorganisme laut seperti plankton. Dunia Mikrobiologi Laut ini dapat dilihat melalui sarana pembesaran bioscanner. Hasil pembesaran itu dapat dilihat melalui televisi.
Diantara kedua "dunia" itu terdapat daerah peralihan yang merupakan daerah rawa. Sesuai sifatnya sebagai daerah peralihan, hewan yang disajikan di sini juga yang bisa hidup di dua dunia, yaitu buaya. Buaya ini ditempatkan pada akuarium setengah lingkaran yang berukuran cukup besar. Interior masing-masing "dunia" itu diolah sesuai dengan temanya. Dunia Air Tawar diolah dengan konsep hutan tropis. Area itu muncul dengan sejumlah pohon yang cukup rindang, langit-langit yang diselesaikan oleh dedaunan serta dilengkapi oleh air terjun. Suara gemercik air dan kicauan burung dan dengan penerangan yang temaram di area ini sangat mendukung munculnya suasana hutan tropis. Area ini untuk beberapa hal dapat dianggap kritis. Ia harus cukup luas untuk mampu menampung pengunjung yang masuk, sekaligus harus menciptakan suasana untuk mempersiapkan Pengunjung memulai penjelajahannya di dunia air.
Sedangkan Dunia Samudera diolah dengan konsep samudera. Dinding-dinding di area ini diolah seperti batu karang. Suasana area ini disemaraki oleh dekorasi gantung bergambar hewan air seperti ikan dan binatang laut lainnya. Gaya festival secara konsisten diterapkan pada interior ruang pamer ini.
Semangat dan emosi pengunjung sangat dijaga di sini. Untuk itu pada titik-titik ter-tentu dibuat suatu kejutan. Akuarium pertama, misalnya, memiliki ukuran cukup besar dan dilengkapi dengan air terjun. Kemudian, setelah melewati 3 buah akuarium lainnya, pengunjung memperoleh kejutan lagi pada akuarium ke-lima. Pada akuarium yang berbentuk setengah lingkaran ini terdapat beberapa ekor buaya. Atraksi buaya merupakan elemen yang penting mengingat buaya selalu menarik perhatian. Hadirnya buaya ini memberi kekhasan pada SeaWorld, mengingat bangunan akuarium lain di luar negeri tidak memiliki buaya.
Kejutan lain diperoleh pada akuarium ke 11 yang memiliki bentuk yang spektakuler yakni setengah lingkaran utuh. Selain ben¬tuknya yang unik, akuarium ini juga memi¬liki jendela pandang yang cukup lebar. Akuarium ini berisi ikan-ikan hiu kecil (ba¬by shark) dan ikan-ikan pari (stingray), ju¬ga telur ikan-ikan tersebut. Akuarium ke 12 juga memiliki bentuk unik, yakni lingkaran penuh dengan diameter 4 m. Akuarium yang dapat dilihat dari ruang pamer mau¬pun dari arah arnphitheatre ini berisi koral-koral yang berwarna-warni. Untuk desain interior, Lippoland menggunakan jasa kon-sultan spesialis exhibition designer yakni David L. Manwarren dari Los Angeles.
Diperhitungkan sebagai ruang serbaguna
Menurut Heryani, selain sebagai sarana re-kreasi, bangunan akuarium ini juga diperhitungkan sebagai ruang serbaguna (function room). "Diluar jam operasi, bangunan akuarium ini dimungkinkan disewa untuk satu acara. Lay out ruang sudah diperhitungkan untuk hal itu," katanya. Panel pembatas antara ruang pamer dan area kolam sentuh dapat diangkat menggunakan movable partition — sehingga diperoleh satu ruang utuh yang cukup luas.
Bahan finishing bangunan yang dipergunakan sebagian besar menggunakan produksi lokal, seperti cat, keramik, fiber reinforced plastics (FRP) atau fiberglass, paving blok. Sedangkan yang merupakan produk impor antara lain akrilik, vynil tile, glass block. Fiberglass digunakan sebagai bahan penutup atap. Keputusan menggunakan bahan fiberglass, menurut Eddy, karena mereka harus menggunakan bahan yang tidak korosif, sementara pilihan untuk itu tidak banyak, hanya aluminium, stainless steel dan sirap. "Ketiga bahan itu, penampilannya tidak sesuai dengan konsep bangunan, karena itu kemudian dicoba menggunakan fiberglass. Bahan yang juga digunakan untuk dome masjid Istiqlal," ujar Eddy yang mendapat informasi mengenai fiberglass ini dari orang yang melaksanalcan dome Istiqlal. Fiberglass ini digunakan untuk melapisi plywood yang merupakan bahan penutup atap. Jadi fiber itu, selain memiliki fungsi estetika juga sebagai waterproofing. Selain murah dan sederhana teknik pelaksanaannya, keuntungan lain fiberglass ini, menurut Eddy, warnanya tidak terbatas sehingga dapat menyesuaikan dengan konsep penampilan bangunan. "Untuk bangunan rekreasi semacam ini, kita memang harus banyak improvisasi, " tegas Eddy.
Bahan FRP ini juga digunakan sebagai waterproofing di main tank. Pilihan bahan waterproofing di sini terbatas karena tidak boleh mengandung zat-zat kimia yang membahayakan ikan. Karena itu kemudian digunakan fiberglass.
Sedangkan elemen-elemen pembentuk suasana pada interior, seperti pohon, karang-karang semuanya merupakan artifisial, termasuk koral-koral di main tank . Batang pohon serta karang-karang menggunakan bahan fiber dan semen, sedang dedaunan menggunakan polyester. Pekerjaan elemen-elemen itu, yang disebut sebagai rock work ditangani kontraktor lokal. Semula, jelas Heryani, memang ada kekhawatiran akan hasilnya mengingat kontraktor di sini belum berpengalaman untuk pekerjaan seperti itu. Tetapi, ternyata hasilnya tidak mengecewakan. "Mereka mampu menterjemahlcan ide-ide exhibition designer dengan cemerlang," Menurut Heryani, exhibition designer yang terlibat semula menawarkan paket design and built. Tetapi biaya yang ditawarkan sangat tinggi, akhirnya diputuskan untuk menggunakan kontraktor lokal.
Bangunan akuarium ini didukung oleh alat filtrasi untuk menjernihkan/menyaring air laut. Air untuk main tank dan akuarium air laut lainnya diperoleh dari laut Ancol. Sistem filtrasi di sini, jelas Ir. Eddy Nurhadi, terdiri dari 2 macam, yakni: penyaringan terhadap benda-benda padat dan terhadap zat-zat kimia yang mematikan ikan. Berbeda dengan sistem filtrasi untuk air minum, di sini proses penyaringan harus tetap meninggalkan zat-zat kimia yang dibutuhkan ikan.
Untuk penyaringan terhadap benda-benda padat digunakan jenis pressurize filter dan sand filter. Sedangkan untuk mematikan zat-zat kimia yang tidak dikehendaki digunakan ozon (03). Penyaringan dengan sistem bertelcanan dan pasir diakomodasi dalam 4 buah tangki berkapasitas 3.000 m3. Filtrasi air laut itu kurang lebih berjalan sebagai berikut: air dari laut terlebih dulu ditampung dalam salt water reservoir untuk selanjutnya dimasukkan ke tangki filtrasi bertekanan yang terbagi atas 4 kamar, sementara ozon ditiupkan. Kemudian, setelah persyaratan teknis terpenuhi, air dialirkan ke main tank. Air di dalam main tank ini terus bersirkulasi selama 24 jam. Dalam bersirkulasi itu diperlukan sejumlah air tambahan (make up water). Kegiatan filtrasi ini didukung oleh 2 laboratorium.
Tangki filtrasi terletak di lantai dasar bersebelahan dengan main tank. Tempat karantina ikan juga terletak bersebelahan dengan main tank, tetapi berada di lantai 2.
Sistem cerueuk dan pondasi rakit
Dijelaskan Ir. Eddy Nurhadi, secara struk-tur bangunan akuarium ini terbagi atas 2 bagian, yakni daerah akuarium raksasa (main tank) dan tangki filtrasi dengan sarana pameran. Antara kedua bagian itu dipisahkan oleh delatasi. Substruktur daerah alcuarium raksasa dan tangki filtrasi menggunakan sistem cerucuk kombinasi pondasi rakit (pondasi rakit berdiri di atas cerucuk). Cerucuk yang digunakan, jelas Eddy, adalah minipile beton berbentuk segitiga dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 20 cm, sebanyak 400 tiang. Minipile itu dipancang pada kedalaman 5-6 m mencapai lapisan karang, dengan jarak antar-tiang 1,5 m. Sedang ketebalan pondasi rakitnya adalah 80 cm. Daerah sarana pameran menggunakan pondasi dangkal setempat. Pada beberapa tempat pondasi dangkal itu, diperkuat oleh minipile di sekelilingnya.
Proses pemilihan sistem pondasi hingga diputuskan seperti yang sekarang dipakai cukup rumit, terutama untuk daerah main tank dan tangki filtrasi. Hal itu, menurut Eddy, karena kondisi tanah tapak yang berawa, sementara beban bangunan cukup berat. Design load untuk daerah main tank dan tangki filtrasi mencapai 8 ton/m², sedangkan untuk daerah sarana pameran hanya 3 ton/m².
Menurut Eddy, konsultan struktur yang terlibat tidak merekomendasi penggunaan sistem pondasi dalam tiang pancang. Karena dalam kondisi tanah berawa, tiang pancang tidak punya ketahanan terhadap gaya horisontal sehingga posisinya labil dan akan roboh bila terkena gempa. Konsultan struktur itu, lanjut Eddy, mengusulkan menggunakan pondasi rakit, tetapi dengan perbaikan tanah terlebih dulu. Perbaikan tanah yang diusulkan menggunakan sistem penggetaran horisontal, dan mengisi lubang — yang terjadi akibat penggetaran — dengan batu (stone column). Namun, katanya, karena temyata biaya perbaikan tanah dengan cara itu terlalu tinggi — ketika ditenderkan penawaran paling rendah Rp 2 milyar — harus dipikirkan alternatif lain. Akhirnya dipilih sistem perbaikan tanah dengan penggetaran secara vertikal, yang ditawarkan oleh satu perusahaan dari Hongkong. Pera1atan untuk keperluan itu didatangkan dari Hongkong, antara lain crane berkapasitas 40 ton.
Namun, jelas Eddy, ternyata peningkatan daya dukung tanah yang diperoleh setelah perbailcan masih di bawah yang dibutuhkan. "Karena itu saya putuskan untuk menggunakan mini pile yang diperlakukan sebagai cerucuk untuk meningkatkan daya dukung tanah, sekalipun harus membongkar pembesian pondasi rakit." Keputusan itu, katanya, harus segera diambil, mengingat peker jaan di lapangan terus berjalan — saat itu pembesian untuk pondasi rakit telah selesai, dan akan melangkah ke tahap pengecoran. Menurut Eddy, keputusan untuk membongkar pembesian harus diambil, mengingat hasil perbaikan tanah tidak memuaskan sehingga ada resiko amblasnya pondasi rakit.
Sedangkan penggunaan mini pile pada sebagian pondasi dangkal setempat (di daerah sarana pameran), jelasnya, karena titik-titik tersebut mendapat tambahan atau limpahan beban akibat dihilangkannya satu baris kolom. Di tengah perjalanan, satu baris kolom tersebut diputuskan untuk ditiadakan karena dianggap kurang menunjang bentukan ruang di ruang pamer. "Pondasi yang gado-gado ini terjadi, karena antara proses desain dan konstruksi berkejar-kejaran, dan meng-ingat ini merupakan jenis bangunan baru sehingga kita juga sambil belajar," katanya.
Ketelitian yang tinggi
Pelaksanaan konstruksi bangunan ini, jelas Eddy, dibagi atas beberapa paket pekerjaan, antara lain paket pekerjaan struktur dan arsitektur, paket pekerjaan AC, listrik, telepon serta paket pekerjaan interior yang terdiri dari art work dan rock work. Paket pekerjaan struktur dan arsitektur dibcrikan pada kontraktor utama, yakni PT Wijaya Kusuma Contractors (WKC), sedangkan masing-masing paket lainnya diberikan pada kontraktor spesialis. Disamping itu, juga sebagai koordinator seluruh pekerjaan di lapangan.
Ir. Elang Jaya Project Manager PT Wijaya Kusuma Contractors didampingi Ir. Bhimo Bramantyo - Site Manager dan Ir. Hermid Widjaja - Site Engineer menjelaskan, di proyek ini melibatkan 12 subkon dan 6 NSC M & E, serta NSC dari Amerika untuk pengadaan dan pemasangan akrilik.
Keterlibatan WKC, jelas Elang, sejak April 1993. Menurut kontrak seharusnya pekerjaan selesai Desember 1993. Tetapi, tambahnya, karena terdapat beberapa modifikasi desain, terutama pada display hall serta pekerjaan tambah, akhirnya waktu konstruksi diperpanjang dan ditargetkan selesai akhir Maret 1994. Hingga minggu pertama Maret 1994 progres di proyek telah mencapai 98 persen.
Secara teknis, menurut Elang, tidak dijumpai suatu kesulitan yang berarti selama pelaksanaan. Yang dibutuhkan adalah tingkat ketelitian yang tinggi, terutama untuk pemasangan akrilik terowongan. Di sepanjang terowongan dibuat semacam selokan selebar 15 cm kedalaman 10 cm sebagai tempat pijakan akrilik. "Garis selokan itu harus dibuat secara akurat agar pas dengan akriliknya," Kemudian sebagai tempat dudukan akrilik, pada selokan itu dipasang back rod — karet yang fleksibel tetapi keras. Setelah itu akrilik dengan ketebalan 62 mm dipasang, dan selanjutnya pada kiri dan kanan selokan di-grouting dengan non-schrinkage cement seteba1 10 cm. Sebagai finishing akhir, digunakan sealant jenis epoxy coating yang didatangkan dari Amerika. Epoxy ini telah digunakan untuk bangunan sejenis di Amerika. Pemasangan akrilik menggunakan crane kapasitas 70 ton. Ukuran akrilik per segmen rata-rata 2 m.
Pelaksanaan di lapangan, jclasnya, dikerjakan secara frontal dimulai dari pekerjaan pondasi dan berlanjut pekerjaan struktur atas. Namun pekerjaan konstruksi baja untuk atap dilaksanakan setelah pemasangan akrilik pada main tank, karena dibutuhkan ruang terbuka untuk manuver crane yang mengangkat akrilik. Main tank, jelas Elang, dilaksanakan dengan metoda pelaksanaan konvensional dengan bekisting multipleks. Ketebalan dinding main tank 50 cm semen tara tangki filtrasi 30 cm. Beton yang digunakan untuk kedua tangki dan pondasinya adalah jenis water tide tipe semen 2, dengan mutu K 400 (K 400 SW) Untuk pekerjaan struktur main tank (di luar rangka baja karena menunggu pemasangan akrilik lebih dulu) selesai Agustus 1993. Pada saat itu pekerjaan finishing (pasangan bata) telah berjalan.
Dijelaskan Elang, untuk mencegah timbulnya retak bila terjadinya perbedaan penurunan, joint delatasi menggunakan sistem jacking pada 6 titik dan selebihnya 23 titik dengan sistem drat. Dengan begitu, perbedaan penurunan dapat selalu disesuaikan. Jacicing yang digunakan berkapasitas 50 ton, sekalipun beban perencanaan main tank hanya sekitar 2 ton/tiang.
Struktur atap dengan rangka baja. Sedangkan penutupnya menggunakan multipleks marine plywood tebal 17 mm dan dilapisi fiber 3 mm (bersifat sebagai water proofing). Pada menara bangunan yang mengambil bentuk mercu suar menggunakan bahan: beton tebal 25 cm - mutu K-300, rangka aluminium, dan fiber 5 mm pada kubahnya (diameter 2 m).
Menurut Bhimo, jumlah tenaga kerja pada kondisi puncak melibatkan sekitar 800 hingga 1.000 orang. Kondisi puncak terjadi saat pekerjaan struktur finishing arsitektur sedang berjalan. Sebagai alat bantu kerja digunakan 1 unit mobile crane, 3 unit dump truck, 1 unit kompresor kapasitas besar, 1 unit excavator, 8 buah mesin las dan genet 3 x 40 kVA. Volume total beton yang terserap dalam proyek ini sekitar 8.000 sampai 9.000 m3 (70 persen mutu K-400 SW), besi beton 910 hingga 1.000 ton dengan mutu yang digunakan diameter lebih kecil 12 mm U 24 dan U 32 untuk diameter lebih besar 12 mm. Luas permukaan akrilik tunnel 465 m² sampai 475 m² dengan bobot total sekitar 30 ton.
Pengerjaan pohon dan karang artifisial, termasuk yang di dalam akuarium raksasa dilaksanakan di tempat. Menurut Elang, bahan baku untuk karang di akuarium memiliki persyaratan tidak boleh mengandung unsur besi, juga unsur-unsur lain yang mengandung racun yang bisa mematikan ikan. Bahan untuk membuat karang antara lain pipa PVC, wire mesh, semen, dan lateks. Setelah terbentuk, karang-karang itu diisi dengan beton perlahan-lahan agar mempunyai bobot sehingga tidak mengambang. Pengecoran beton itu, kata Elang, harus dilakukan dengan teliti. Air tidak boleh terperangkap di dalam karang, karena kelamaan air yang tidak ikut bersirkulasi menimbulkan racun bagi ikan. Pengerjaan rock work memakan waktu sekitar 1 1/2 bulan.
Sistem kontrak yang dilakukan terhadap WKC adalah bersifat fixed price. Uang muka yang diberikan sebesar 20 persen. Pembayaran selanjutnya per bulan, sesuai progres pekerjaan. Nilai kontrak awal, berikut PPn sebesar Rp 4,8 miliar, dan besarnya nilai pekerjaan tambah ketika Konstruksi wawancara belum dihitung. Masa pemeliharaan selama 1 tahun, retensi 5 persen. Dari nilai kontrak, perbandingan antara struktur dan arsitektur adalah 70 persen dibanding 30 persen.
Dalam pengoperasiannya, jelas Heryani, Lippoland bekerja sama dengan Coral World International (CWI) yang telah berpengalaman dalam bisnis aktrarium di beberapa negara besar. Mr. Simon Lyas dari CWI yang ditunjuk sebagai General Manager SeaWorld turut pula terlibat selaku konsultan sejak tahap perencanaan. Antara lain dalam memberikan pengarahan yang berkaitan dengan exhibition conceptual yakni mengenai jenis-jenis fasilitas yang ditampilkan sampai dengan macam ikan dan operational activity.[2]
Pranala luar
- ^ "::: SeaWorld :::". web.archive.org. 2003-05-04. Diakses tanggal 2022-09-08.
- ^ "Majalah Konstruksi 192-1994 - Google Drive (Hal. 54)". drive.google.com. Diakses tanggal 2022-09-09.