Lompat ke isi

Pop melayu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 33: Baris 33:
Kepopuleran pop Melayu mulai kembali meledak dari pertengahan 2000-an lalu, pop Melayu tetapi dengan gaya yang berbeda dari pop Melayu era 1970an.
Kepopuleran pop Melayu mulai kembali meledak dari pertengahan 2000-an lalu, pop Melayu tetapi dengan gaya yang berbeda dari pop Melayu era 1970an.


Di tahun 2005, band [[ST12]] menjadi salah satu band dari pop Melayu yang sangat populer. Awalnya pola musik ST12 mempengaruhi pola musik band Peterpan. Namun lekukan vokal dari [[Charly van Houten]] sebagai vokalis di ST12 yang mengingatkan pada lekukan vokal para penyanyi grup slow rock melayu di Malaysia menjadikan mereka pengusung pop melayu.
Di tahun 2005, band [[ST12]] menjadi salah satu band dari pop Melayu yang sangat populer. Awalnya pola musik [[ST12]] mempengaruhi pola musik band Peterpan. Namun lekukan vokal dari [[Charly van Houten]] sebagai vokalis di [[ST12]] yang mengingatkan pada lekukan vokal para penyanyi grup slow rock melayu di Malaysia menjadikan mereka pengusung pop melayu.


Lantaran pop melayu menyasar pada segmen kelas menengah ke bawah, maka ST12 dijuluki media sebagai Peterpan Generik. Kehadiran ST12 kemudian membuka jalan bagi band-band pop melayu lainnya. Sebut saja [[Wali (grup musik)|Wali]], [[Dadali]], [[Repvblik]], [[Merpati (grup musik)|Merpati]], [[Kangen Band]], [[Angkasa (grup musik)|Angkasa]], Emily, [[Bagindas|d'Bagindas]], [[Armada (grup musik)|Armada]], dan lain-lain.<ref>{{Cite web|title=Apa Kabar Pop Melayu? Para Pengusungnya Perlahan Tenggelam - Suara Merdeka|url=https://www.suaramerdeka.com/hiburan/amp/pr-04939587/apa-kabar-pop-melayu-para-pengusungnya-perlahan-tenggelam?page=all|website=www.suaramerdeka.com|access-date=2022-08-15}}</ref>
Lantaran pop melayu menyasar pada segmen kelas menengah ke bawah, maka [[ST12]] dijuluki media sebagai Peterpan Generik. Kehadiran [[ST12]] kemudian membuka jalan bagi band-band pop melayu lainnya. Sebut saja [[Wali (grup musik)|Wali]], [[Dadali]], [[Repvblik]], [[Merpati (grup musik)|Merpati]], [[Kangen Band]], [[Angkasa (grup musik)|Angkasa]], Emily, [[Bagindas|d'Bagindas]], [[Armada (grup musik)|Armada]], dan lain-lain.<ref>{{Cite web|title=Apa Kabar Pop Melayu? Para Pengusungnya Perlahan Tenggelam - Suara Merdeka|url=https://www.suaramerdeka.com/hiburan/amp/pr-04939587/apa-kabar-pop-melayu-para-pengusungnya-perlahan-tenggelam?page=all|website=www.suaramerdeka.com|access-date=2022-08-15}}</ref>


Di masa itu gelombang pop melayu merajai tangga musik Indonesia. Dengan mudahnya musik pop Melayu dengar di berbagai tempat, diputar berulang-ulang sejak acara musik TV pagi hari hingga sinetron.
Di masa itu gelombang pop melayu merajai tangga musik Indonesia. Dengan mudahnya musik pop Melayu dengar di berbagai tempat, diputar berulang-ulang sejak acara musik TV pagi hari hingga sinetron.

Revisi per 20 September 2022 21.27

Pop melayu merupakan genre musik pop rock yang dipengaruhi irama Melayu. Terdapat 2 (dua) aliran Pop Melayu diantaranya klasifikasi yang populer di Malaysia dan yang lainnya adalah di Indonesia. Di Indonesia pop melayu awal Populer di pertengahan era 2000-an yang dirintis oleh ST12. sampai sekarang tercatat banyak sekali grup-grup musik populer dengan aliran ini.

Adapun yang berhasil menembus pasar domestik dan internasional antara lain ST12, Setia Band, Kangen Band, Wali, Armada, Kangen Band, Radja, Hijau Daun, Ungu, Dadali, Repvblik, Bagindas, Demeises, dan lain-lain.[1]

Kesuksesan genre Pop Melayu menguasai pangsa pasar di Indonesia, Malaysia, dan Brunei pada umumnya turut mengubah warna aransemen grup-grup musik aliran Pop yang telah semula populer.

Sejarah

Istilah pop melayu bermula pada dekade 1970an. Awalnya pop melayu adalah istilah jenis musik yang memadukan unsur irama melayu dengan musik pop. Di era 1970an, banyak produser musik meminta grup band pop memainkan pop melayu.[2]

Band-band yang diminta produser membawakan pop melayu pada tahun 1970an adalah: Koes Plus, The Mercys, Panbers, D'Loyd, Favourites, dan masih banyak lagi. Meski begitu, gaung pop melayu yang dilakoni para musisi pop Indonesia itu pada tahun 1980an sudah mulai memudar.

Kemudian saat musik slow rock Malaysia mulai booming berkat kemunculan band Search lewat lagu hits "Isabela". Maka di Indonesia slow rock khas Melayu pun mulai mendapatkan kepopuleran yang luas. Musisi Indonesia yang terkenal memainkan slow rock melayu adalah Deddy Dores.

Selain itu juga banyak karya Deddy Dores yang dibawakan oleh Nike Ardilla, Cony Dio, Poppy Mercury, Mayank Sari. Pola slow rock melayu juga mewabah artis-artis musisi/penyanyi lainnya di Indonesia macam Oppie Andaresta, Minel, Inka Christy, Lady Avisha, Cut Irna, dan lain-lain.

Kepopuleran slow rock Melayu ini terjadi selama dekade 1980an hingga 1990an. Meski begitu, slow rock melayu selanjutnya mulai memudar di pertengahan 1990an.

Kepopuleran pop Melayu mulai kembali meledak dari pertengahan 2000-an lalu, pop Melayu tetapi dengan gaya yang berbeda dari pop Melayu era 1970an.

Di tahun 2005, band ST12 menjadi salah satu band dari pop Melayu yang sangat populer. Awalnya pola musik ST12 mempengaruhi pola musik band Peterpan. Namun lekukan vokal dari Charly van Houten sebagai vokalis di ST12 yang mengingatkan pada lekukan vokal para penyanyi grup slow rock melayu di Malaysia menjadikan mereka pengusung pop melayu.

Lantaran pop melayu menyasar pada segmen kelas menengah ke bawah, maka ST12 dijuluki media sebagai Peterpan Generik. Kehadiran ST12 kemudian membuka jalan bagi band-band pop melayu lainnya. Sebut saja Wali, Dadali, Repvblik, Merpati, Kangen Band, Angkasa, Emily, d'Bagindas, Armada, dan lain-lain.[3]

Di masa itu gelombang pop melayu merajai tangga musik Indonesia. Dengan mudahnya musik pop Melayu dengar di berbagai tempat, diputar berulang-ulang sejak acara musik TV pagi hari hingga sinetron.

Diperkirakan pada 2011, dominasi pop Melayu masih kuat dan merajai segala urutan tangga lagu musik mainstream nasional. Invasi band-band pop Melayu Indonesia akan tetap berlanjut ke negeri seberang. Mereka masih memiliki dan menguasai pasar pop Malaysia dan Singapura. Label utama pun lebih menitikberatkan pada penjualan lagu pop Melayu secara digital dibanding fisik. [4]

Referensi

  1. ^ "Mengingat Kembali Lagu-lagu Band Pop Melayu di Tanah Air - kumparan.com". kumparan.com. Diakses tanggal 2022-08-15. 
  2. ^ "Apa Kabar Pop Melayu? Para Pengusungnya Perlahan Tenggelam - Suara Merdeka". www.suaramerdeka.com. Diakses tanggal 2022-08-15. 
  3. ^ "Apa Kabar Pop Melayu? Para Pengusungnya Perlahan Tenggelam - Suara Merdeka". www.suaramerdeka.com. Diakses tanggal 2022-08-15. 
  4. ^ RADIOTEMEN, NAGASWARA (2010-12-29). "Fenomena Band Pop Melayu" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-08-15.