Lompat ke isi

Martuasame: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pnaipospos (bicara | kontrib)
k merapikan ejaan penulisan
k ~PL
Baris 29: Baris 29:
<references />
<references />


== Pranala Luar ==
== Pranala luar ==
* [https://www.facebook.com/toga.sipoholon/ Page Facebook: TOLAK Toga Sipoholon sebagai nama anak Raja Naipospos]
* [https://www.facebook.com/toga.sipoholon/ Page Facebook: TOLAK Toga Sipoholon sebagai nama anak Raja Naipospos]



Revisi per 25 September 2022 04.26

Martuasame merupakan julukan atau gelar lain si Raja Naipospos. Dalam silsilah Batak, Naipospos adalah nenek moyang pemersatu marga Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, Situmeang, Marbun Lumbanbatu, Marbun Banjarnahor, dan Marbun Lumbangaol.[1]

Asal Mula Nama Martuasame

Dolok Imun, Huta Raja - Naipospos

Secara etimologi, Martuasame berasal dari dua kata dalam bahasa Batak, yakni: martua yang artinya bahagia dan same yang artinya bibit padi. Menurut legenda, di awal kehidupan keluarga si Raja Naipospos dengan istri pertamanya boru Pasaribu sulit mendapatkan keturunan. Suatu waktu, ketika masa bercocok tanam adik istri pertama datang turut membantu. Dilatarbelakangi belum mempunyai keturunan, Raja Naipospos pun terdorong berhubungan dengan adik istri pertamanya tersebut. Oleh karena telah mengambil dua istri kakak-beradik boru Pasaribu saat masa kegiatan marsame (bercocok tanam bibit padi) sehingga beroleh kebahagiaan berkat keturunan yang dinanti selama ini maka Raja Naipospos diberi julukan Martuasame.[2]

Dalam perjalanan sejarah, sepeninggal si Raja Naipospos, keturunannya melakukan ritual penghormatan untuk arwah sang nenek moyang. Pada zaman dahulu, ada tradisi dalam masyarakat Batak bahwa bagi seorang tokoh yang dianggap penting dan menjadi pemersatu akan dipestakan dengan berbagai ritual setelah meninggal dunia. Raja Naipospos sebagai tokoh penting pemersatu keturunan Naipospos, setelah meninggal dunia dipestakan (dihorjahon) sebanyak tujuh kali. Pesta meriah (horja) tujuh kali ini menjadi ungkapan penghormatan tertinggi kepada leluhur Naipospos untuk menjadikannya sebagai sombaon, tingkatan roh tertinggi nenek moyang yang patut disembah dan dipuja. Hal ini jelas terekam hingga kini menjadi nama sebuah tempat keramat Sombaon Same di Sipoholon, dekat pemandian air panas (aek rangat) Riaria atau Sibau. Sang nenek moyang yaitu si Raja Naipospos yang memiliki julukan Martuasame diyakini telah menjadi sesembahan (sombaon) yakni Sombaon Same. [3]

Silsilah Naipospos

Raja Naipospos mempunyai 5 (lima) orang putra dari 2 (dua) orang istri sama-sama boru Pasaribu. Istri pertama lebih dahulu melahirkan putra yakni Donda Hopol (Sibagariang), lalu istri kedua melahirkan putra yakni Marbun, selanjutnya tiga putra lagi lahir dari istri pertama yakni Donda Ujung (Hutauruk), Ujung Tinumpak (Simanungkalit), dan Jamita Mangaraja (Situmeang) sebagai putra yang terakhir terlahir.[4]

Tradisi di kebanyakan daerah di Tanah Batak, selalu mengurutkan keturunan dari istri pertama lalu istri kedua dalam penulisan silsilah (tarombo) apabila seseorang memiliki keturunan dari beberapa istri. Berikut ini bagan silsilah keturunan Raja Naipospos sesuai dengan penuturan para tetua dan tokoh adat marga-marga keturunan Naipospos yang bermukim di daerah Dolok Imun, Hutaraja, dan Sipoholon sebagai sentral Naipospos. [5]

 
 
 
 
 
 
 
 
Raja
Naipospos

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sibagariang
 
Hutauruk
 
Simanungkalit
 
Situmeang
 
Marbun
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lumban Batu
 
Banjar Nahor
 
Lumban Gaol
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Nama Asli Toga Sipoholon

Menurut versi lain silsilah Naipospos menyebutkan bahwa si Raja Naipospos memiliki 2 (dua) putra yang dilahirkan oleh 2 (dua) istri. Istri kedua boru Pasaribu lebih dahulu melahirkan putra yang dinamai Marbun, kemudian istri pertama boru Pasaribu melahirkan putra yang dinamai Martuasame yang selanjutnya disebut Toga Sipoholon. Marbun kemudian memiliki 3 (tiga) orang putra, yakni: Lumbanbatu, Banjarnahor, dan Lumbangaol. Sedangkan Sipoholon memiliki 4 (empat) orang putra, yakni: Sibagariang, Hutauruk, Simanungkalit, dan Situmeang.[6]

Dalam beberapa literatur yang beredar menyebutkan bahwa Martuasame adalah nama lain Toga Sipoholon.[7]

Para tetua dan tokoh adat Naipospos secara khusus yang bermukim di Sipoholon, Tapanuli Utara, tidak setuju akan tulisan tersebut. Tidak pernahnya keturunan Naipospos memakai marga Sipoholon maupun marga Martuasame menjadi salah satu alasan utama para tetua menolak nama Martuasame (Toga Sipoholon) dituliskan sebagai putra si Raja Naipospos. Bagi para tetua Naipospos menganggap Sipoholon hanyalah sebagai nama daerah dan bukan nama nenek moyang sedangkan Martuasame adalah julukan untuk Raja Naipospos.

Penyebutan Martuasame sebagai Toga Sipoholon ini menjadi kisah yang cukup banyak menuai perdebatan di kalangan marga-marga Naipospos hingga kini.[8]

Referensi

Referensi Tarombo Naipospos
  1. ^ "Tarombo dohot Turiturian ni si Raja Naipospos" (PDF). buku tulisan Haran Sibagariang pada tahun 1953, mantan Kepala Negeri Hutaraja (dalam bahasa Batak). 
  2. ^ "Martuasame adalah julukan (goar tulut) Naipospos". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang. 
  3. ^ "Sombaon Same". HUTAURUK BONA, tulisan Leopold Parulian Sibagariang. 
  4. ^ "Si Raja Naipospos". BUKU SAKU MARGA BATAK, tulisan Doangsa P. L. Situmeang tahun 2009. 
  5. ^ "Kisah Raja Naipospos dan Keturunannya". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang. 
  6. ^ "SILSILAH NAIPOSPOS : Pomparan ni Raja Lumban Gaol". lumbangaol.org. 
  7. ^ Hutagalung, W. M. (1991). PUSTAHA BATAK, Tarombo dohot Turiturian ni Bangso Batak. Tulus Jaya. 
  8. ^ "Toga Sipoholon bukanlah putera Naipospos". tulisan Ricardo Parulian Sibagariang. 

Pranala luar