Lompat ke isi

De Tjolomadoe: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Maulana.AN (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Maulana.AN (bicara | kontrib)
Baris 13: Baris 13:
Keberadaan Pabrik Gula Colomadu sangat membantu penghasilan Mangkunegaran. Ditambah dengan iklim industri gula yang sangat baik pada saat itu menyebabkan surplus pendapatan dari pabrik yang dapat digunakan untuk membayar gaji para bangsawan dan menebus pembayaran tanah ''apanage'' yang belum lunas. Keberhasilan ini juga mendorong Mangkunegara IV untuk membangun pabrik gula kedua yang diberi nama Pabrik Gula Tasikmadu.<ref name=":1" />
Keberadaan Pabrik Gula Colomadu sangat membantu penghasilan Mangkunegaran. Ditambah dengan iklim industri gula yang sangat baik pada saat itu menyebabkan surplus pendapatan dari pabrik yang dapat digunakan untuk membayar gaji para bangsawan dan menebus pembayaran tanah ''apanage'' yang belum lunas. Keberhasilan ini juga mendorong Mangkunegara IV untuk membangun pabrik gula kedua yang diberi nama Pabrik Gula Tasikmadu.<ref name=":1" />


Namun kejayaan ini tak berlangsung lama. Pada masa [[Mangkunegara V]] perkembangan industri gula mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh serangan hama yang merusak perkebunan tebu dan kesalahan manajemen dalam mengelola pabrik yang mengakibatkan defisit anggaran.<ref>{{Cite journal|last=Rantikah|first=Rantikah|date=2021|title=Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu di Mangkunegaran Tahun 1917-1935|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/45618|journal=Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah|language=id|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta|volume=12|issue=2|doi=10.21831/moz.v12i2.45618|issn=2808-9308}}</ref> Tumpukan utang dari pihak swasta yang menumpuk membebani anggaran pabrik yang mengakibatkan pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mengambilalih segala urusan keuangan Mangkunegara termasuk pengelolaan pabrik-pabrik gula.<ref name=":0" />
Namun kejayaan ini tak berlangsung lama. Pada masa [[Mangkunegara V]] perkembangan industri gula mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh serangan hama yang merusak perkebunan tebu dan kesalahan manajemen dalam mengelola pabrik yang mengakibatkan defisit anggaran.<ref>{{Cite journal|last=Rantikah|first=Rantikah|date=2021|title=Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu di Mangkunegaran Tahun 1917-1935|url=https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/view/45618|journal=Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah|language=id|publisher=Universitas Negeri Yogyakarta|volume=12|issue=2|doi=10.21831/moz.v12i2.45618|issn=2808-9308}}</ref> Tumpukan utang dari pihak swasta yang menumpuk membebani anggaran pabrik yang mengakibatkan pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mengambilalih segala urusan keuangan Mangkunegaran termasuk pengelolaan pabrik-pabrik gula.<ref name=":0" />


Pada masa [[Mangkunegara VI]] kondisi pabrik-pabrik gula kembali membaik. Hal ini tak lepas dari kebijakan penghematan pengeluaran Mangkunegaran seperti menghapus prajurit ''margayuda'' (penjaga pintu), pengurangan pesta-pesta keluarga kerajaan serta pengurangan gaji para bangsawan. Kebijakan ini berhasil memperbaiki kondisi finansial Mangkunegaran sehingga pada tahun 1899 atas permintaan dari Mangkunegara VI pengelolaan pabrik gula milik Mangkunegaran dikembalikan dengan mewajibkan seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai ''superintendent''.
Pada masa [[Mangkunegara VI]] kondisi pabrik-pabrik gula kembali membaik. Hal ini tak lepas dari kebijakan penghematan pengeluaran Mangkunegaran seperti menghapus prajurit ''margayuda'' (penjaga pintu), pengurangan pesta-pesta keluarga kerajaan serta pengurangan gaji para bangsawan. Kebijakan ini berhasil memperbaiki kondisi finansial Mangkunegaran sehingga pada tahun 1899 atas permintaan dari Mangkunegara VI pengelolaan pabrik gula milik Mangkunegaran dikembalikan dengan mewajibkan seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai ''superintendent''.

Revisi per 1 Oktober 2022 17.49

Pabrik Gula Colomadu atau PG Colomadu adalah salah satu pengolahan tebu yang pernah berdiri pada masa Hindia Belanda. PG Colomadu terletak di Desa Malangjiwan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar.[1]

Sejarah

Pendirian

Ide mendirikan pabrik gula ini berasal dari Mangkunegara IV. Berawal dari niat untuk melakukan moderenisasi perekonomian Mangkunegaran untuk memaksimalkan pemasukan Mangkunegaran.[2] Sebagai langkah awal, Mangkunegaran melakukan reformasi agraria yang dilakukan dengan melakukan pengambilalihan tanah apanage. Pengambilalihan ini mendapatkan ganti rugi, Mangkunegaran memberikan ganti rugi berupa uang sesuai dengan luas tanah yang dan tingkat kesuburan tanah. Selain itu, Mangkunegara IV juga melakukan penghentian kontrak sewa tanah dengan perusaahaan swasta Barat.[3]

Pabrik Gula Colomadu mulai dibangun pada tahun 1861 dengan menghabiskan dana sebesar gulden 400.000. Modal pembangunan pabrik berasal dari bantuan dana dari Gupermen dan Be Bin Cian, seorang mayor Cina di Semarang. Pemilihan nama colomadu yang memiliki arti "gunung madu" tidak memiliki penjelasan resmi. Tetapi jika dilihat dalam tradisi penguasa Jawa nama ini memiliki suatu harapan agar kehadiran pabrik gula ini bisa menjadi alat penghasil kekayaan Mangkunegaran nantinya.[4]

Perkembangan

Keberadaan Pabrik Gula Colomadu sangat membantu penghasilan Mangkunegaran. Ditambah dengan iklim industri gula yang sangat baik pada saat itu menyebabkan surplus pendapatan dari pabrik yang dapat digunakan untuk membayar gaji para bangsawan dan menebus pembayaran tanah apanage yang belum lunas. Keberhasilan ini juga mendorong Mangkunegara IV untuk membangun pabrik gula kedua yang diberi nama Pabrik Gula Tasikmadu.[4]

Namun kejayaan ini tak berlangsung lama. Pada masa Mangkunegara V perkembangan industri gula mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh serangan hama yang merusak perkebunan tebu dan kesalahan manajemen dalam mengelola pabrik yang mengakibatkan defisit anggaran.[5] Tumpukan utang dari pihak swasta yang menumpuk membebani anggaran pabrik yang mengakibatkan pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mengambilalih segala urusan keuangan Mangkunegaran termasuk pengelolaan pabrik-pabrik gula.[2]

Pada masa Mangkunegara VI kondisi pabrik-pabrik gula kembali membaik. Hal ini tak lepas dari kebijakan penghematan pengeluaran Mangkunegaran seperti menghapus prajurit margayuda (penjaga pintu), pengurangan pesta-pesta keluarga kerajaan serta pengurangan gaji para bangsawan. Kebijakan ini berhasil memperbaiki kondisi finansial Mangkunegaran sehingga pada tahun 1899 atas permintaan dari Mangkunegara VI pengelolaan pabrik gula milik Mangkunegaran dikembalikan dengan mewajibkan seorang ahli berkebangsaan Belanda sebagai superintendent.

Lihat pula

Daftar pabrik gula di Indonesia

Rujukan

  1. ^ Media, Kompas Cyber (2020-06-07). "PG Colomadu, Simbol Kekayaan Raja Jawa-Pengusaha Pribumi era Kolonial Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-09-29. 
  2. ^ a b Virgin, Nalurita Rizkiana (2022-05-12). "Perkembangan Pabrik Gula Colomadu dan Perubahan Kehidupan Ekonomi Masyarakat Tahun 1990-1998". Historia Vitae. Program Studi Pendidikan Sejarah, Universitas Sanata Dharma. 2 (1): 36. doi:10.24071/hv.v2i1.3990. ISSN 2797-9415. 
  3. ^ Birsyada, Muhammad Iqbal; Wasino, Wasino; Suyahmo, Suyahmo; Joebagio, Hermanu (2016-06-15). "BISNIS KELUARGA MANGKUNEGARAN". Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan. 24 (1): 111–136. doi:10.21580/ws.24.1.975. ISSN 2461-064X. 
  4. ^ a b Wasino (2012-08-06). "Mangkunegara IV, Raja-Pengusaha, Pendiri Industri Gula Mangkunegaran". Humaniora. Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gajah Mada. 17 (1): 31–37. doi:10.22146/jh.825. ISSN 2302-9269. 
  5. ^ Rantikah, Rantikah (2021). "Dinamika Pabrik Gula Tasikmadu di Mangkunegaran Tahun 1917-1935". Mozaik: Kajian Ilmu Sejarah. Universitas Negeri Yogyakarta. 12 (2). doi:10.21831/moz.v12i2.45618. ISSN 2808-9308.