Lompat ke isi

Dodol: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kembangraps (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Kembangraps (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 4: Baris 4:
[[Berkas:Peeling durians in the dodol factory.jpg|thumb|250px|Proses pengupasan durian untuk diolah menjadi dodol di pabrik dodol Ny.Lauw, Tangerang, Banten]]
[[Berkas:Peeling durians in the dodol factory.jpg|thumb|250px|Proses pengupasan durian untuk diolah menjadi dodol di pabrik dodol Ny.Lauw, Tangerang, Banten]]


'''Dodol''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮓᮧᮓᮧᮜ᮪}}|Dodol}}, {{Lang-jv|{{Jawa|ꦝꦺꦴꦝꦺꦴꦭ꧀}}|Dhodhol, jenang dhodhol}}) adalah panganan manis dari [[Indonesia]].<ref name="Shadily">{{cite book|title=Ensiklopedi Umum|last=Shadily|first=Hassan|coauthors=Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo|year=2012|publisher=Kanisius|location=Yogyakarta|isbn=9794135224|page=283|pages=|url= }}</ref> Proses pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian khusus. Bahan utama membuat dodol adalah [[santan]] kelapa, [[tepung ketan]], [[gula pasir]], [[gula merah]], dan [[garam]]. Bahan tambahan pada dodol menentukan rasa. Dodol dari [[durian]] disebut [[Lempok durian|dodol durian]], dodol dari [[sirsak]] disebut dodol sirsak, dodol dari [[nangka]] disebut dodol nangka, dodol dari [[jahe]] disebut dodol jahe.<ref name="Shadily" /> Dodol khas Garut disebut [[dodol Garut]]. Dodol khas [[Kandangan, Hulu Sungai Selatan|Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]] disebut [[dodol Kandangan]]. Dodol durian juga disebut '''lempok'''. Bila hanya disebut dodol saja, maka dodol tersebut hanya dibuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan.
'''Dodol''' ({{Lang-su|{{Sund|ᮓᮧᮓᮧᮜ᮪}}|Dodol}}, {{Lang-jv|{{Jav|ꦝꦺꦴꦝꦺꦴꦭ꧀}}|Dhodhol}}) adalah panganan manis dari [[Indonesia]].<ref name="Shadily">{{cite book|title=Ensiklopedi Umum|last=Shadily|first=Hassan|coauthors=Prof. Mr. Ag. Pringgodigdo|year=2012|publisher=Kanisius|location=Yogyakarta|isbn=9794135224|page=283|pages=|url= }}</ref> Proses pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian khusus. Bahan utama membuat dodol adalah [[santan]] kelapa, [[tepung ketan]], [[gula pasir]], [[gula merah]], dan [[garam]]. Bahan tambahan pada dodol menentukan rasa. Dodol dari [[durian]] disebut [[Lempok durian|dodol durian]], dodol dari [[sirsak]] disebut dodol sirsak, dodol dari [[nangka]] disebut dodol nangka, dodol dari [[jahe]] disebut dodol jahe.<ref name="Shadily" /> Dodol khas Garut disebut [[dodol Garut]]. Dodol khas [[Kandangan, Hulu Sungai Selatan|Kandangan]], [[Kalimantan Selatan]] disebut [[dodol Kandangan]]. Dodol durian juga disebut '''lempok'''. Bila hanya disebut dodol saja, maka dodol tersebut hanya dibuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan.


Di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], dodol disebut '''jenang'''. Jenang lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan.<ref name="Suprapti">{{cite book|title=Teknologi Pengolahan Pangan Awetan Kering & Dodol Waluh|last=Suprapti|first=Ir. M. Lies|authorlink=|coauthors=|year=|publisher=Kanisius|location=Yogyakarta|isbn=9792104305|page=|pages=|url= }}</ref> Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2&nbsp;cm×1&nbsp;cm×3&nbsp;cm.<ref name="Suprapti" /> Pembungkus dodol berupa plastik atau kertas roti, dan dijual dalam jumlah besar di dalam kardus.<ref name="Suprapti" /> Saat ini dodol mulai diminati konsumen dari negara lain, antara lain [[Belanda]], [[Brunei Darussalam]], [[Singapura]], dan [[Malaysia]].<ref name="Suprapti" />
Di [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]], dodol disebut '''jenang'''. Jenang lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan.<ref name="Suprapti">{{cite book|title=Teknologi Pengolahan Pangan Awetan Kering & Dodol Waluh|last=Suprapti|first=Ir. M. Lies|authorlink=|coauthors=|year=|publisher=Kanisius|location=Yogyakarta|isbn=9792104305|page=|pages=|url= }}</ref> Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2&nbsp;cm×1&nbsp;cm×3&nbsp;cm.<ref name="Suprapti" /> Pembungkus dodol berupa plastik atau kertas roti, dan dijual dalam jumlah besar di dalam kardus.<ref name="Suprapti" /> Saat ini dodol mulai diminati konsumen dari negara lain, antara lain [[Belanda]], [[Brunei Darussalam]], [[Singapura]], dan [[Malaysia]].<ref name="Suprapti" />

Revisi per 18 Oktober 2022 07.21

Infotaula de menjarDodol
Asal
Negara asalIndonesia Edit nilai pada Wikidata
Rincian
Jenismakanan manis Edit nilai pada Wikidata
Bahan utamaSantan Edit nilai pada Wikidata
Penjual jenang di Pasar Klewer, Solo.
Dodol susu dari Pangalengan, Bandung
Proses pengupasan durian untuk diolah menjadi dodol di pabrik dodol Ny.Lauw, Tangerang, Banten

Dodol (bahasa Sunda: ᮓᮧᮓᮧᮜ᮪, translit. Dodol, bahasa Jawa: ꦝꦺꦴꦝꦺꦴꦭ꧀, translit. Dhodhol) adalah panganan manis dari Indonesia.[1] Proses pembuatan dodol bermutu tinggi memerlukan waktu yang lama dan membutuhkan keahlian khusus. Bahan utama membuat dodol adalah santan kelapa, tepung ketan, gula pasir, gula merah, dan garam. Bahan tambahan pada dodol menentukan rasa. Dodol dari durian disebut dodol durian, dodol dari sirsak disebut dodol sirsak, dodol dari nangka disebut dodol nangka, dodol dari jahe disebut dodol jahe.[1] Dodol khas Garut disebut dodol Garut. Dodol khas Kandangan, Kalimantan Selatan disebut dodol Kandangan. Dodol durian juga disebut lempok. Bila hanya disebut dodol saja, maka dodol tersebut hanya dibuat dari tepung ketan, gula merah, dan santan.

Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dodol disebut jenang. Jenang lebih lembek daripada dodol, lebih basah berminyak, dan umumnya dijual dalam bentuk lempengan atau plastikan.[2] Jenang diiris sesuai permintaan pembeli. Dodol lebih kering (kesat), dipotong dengan ukuran 2 cm×1 cm×3 cm.[2] Pembungkus dodol berupa plastik atau kertas roti, dan dijual dalam jumlah besar di dalam kardus.[2] Saat ini dodol mulai diminati konsumen dari negara lain, antara lain Belanda, Brunei Darussalam, Singapura, dan Malaysia.[2]

Sejarah

Dodol dikenal sebagai salah satu makanan khas Indonesia disebutkan dalam Kakawin Ramayana yang ditulis pada abad ke-9 pada era Kerajaan Medang, tepatnya pada Kakawin Ramayana bagian 17.112 yang berbunyi: "dwadwal anekawarṇa lakĕtan tape paṅisi len." (Artinya: dodol beraneka rupa, ketan, tapai, dan isian lainnya.) dan dalam Prasasti Gemekan 930 M sisi kanan baris 23 - 24 disebutkan "nañjapan, kurawu, kurima, asam, dwadwal, kapwa madulur malariḥ" (Artinya: dan makanan ringan, seperti kurawu, kurima, asam, dodol, Semuanya diberi penerangan dan mendekat)

Cara pembuatan

Dalam tahap pembuatannya, bahan-bahan dicampur bersama dalam kuali yang besar dan dimasak dengan api sedang. Dodol yang dimasak tidak boleh dibiarkan tanpa pengawasan, karena jika dibiarkan begitu saja, maka dodol tersebut akan hangus pada bagian bawahnya dan akan membentuk kerak. Oleh sebab itu, dalam proses pembuatannya campuran dodol harus diaduk terus menerus untuk mendapatkan hasil yang baik. Waktu pemasakan dodol kurang lebih membutuhkan waktu 4 jam dan jika kurang dari itu, dodol yang dimasak akan kurang enak untuk dimakan. Setelah 2 jam, pada umumnya campuran dodol tersebut akan berubah warnanya menjadi cokelat pekat. Pada saat itu juga campuran dodol tersebut akan mendidih dan mengeluarkan gelembung-gelembung udara.

Untuk selanjutnya, dodol harus diaduk agar gelembung-gelembung udara yang terbentuk tidak meluap keluar dari kuali sampai saat dodol tersebut matang dan siap untuk diangkat. Yang terakhir, dodol tersebut harus didinginkan dalam periuk yang besar. Untuk mendapatkan hasil yang baik dan rasa yang sedap, dodol harus berwarna coklat tua, berkilat dan pekat. Setelah didinginkan, dodol tersebut bisa dipotong-potong dan dimakan. Dodol untuk dijual, dipotong-potong atau dibentuk dalam ukuran kecil sebelum dibungkus dengan kertas minyak atau plastik. Biasanya dodol dihidangkan kepada para tamu pada hari-hari tertentu seperti hari-hari perayaan besar.

Jenis

Referensi

  1. ^ a b Shadily, Hassan (2012). Ensiklopedi Umum. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 283. ISBN 9794135224. 
  2. ^ a b c d Suprapti, Ir. M. Lies. Teknologi Pengolahan Pangan Awetan Kering & Dodol Waluh. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 9792104305. 

Pranala luar