Lompat ke isi

Kue Inti: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Kue Indonesia menggunakan HotCat
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Baris 1: Baris 1:
{{Yatim|Oktober 2022}}
{{Nocat}}
{{Nocat}}



Revisi per 28 Oktober 2022 11.29

Kue Inti adalah nama jenis makanan upacara yang ada pada masyarakat Bukittinggi dan Agam sedangkan di Sungayang Kabupaten Tanah Datar jenis makanan ini oleh masyarakat setempat disebut buah kubang. Dinamakan inti karena pada bagian tengah dari makanan ini ada intinya (ada isinya). Makanan ini hadir pada setiap jenis perhelatan baik pernikahan, ataupun upacara adat lainnya.[1]

Adonan

Adonan kulitnya terbuat dari tepung ketan putih, air kelapa dan gula pasir. Sedangkan untuk isinya menggunakan kelapa parut, gula merah atau gula pasir, daun pandan, dan garam. Tepung ketan yang digunakan adalah sipuluik Padang Panjang. Cara untuk melakukannya adalah sipuluik (beras ketan) dibawa ke tempat penggilingan yang sudah menggunakan mesin. Orang yang bekerja mulai merendam beras ketan, lalu dibawa pulang dalam keadaan berbentuk tepung. Bahan-bahan lain seperti kelapa dan gula juga diperoleh dengan cara membeli. Pada masa sekarang sering diganti dengan tape uli yang fungsinya sama untuk pengembang adonan.[1]

Pengolahan

Cara pengolahannya merupakan tepung ketan dicampur dengan cara mengaduk-aduk dan menarik-narik adonan dengan tangan dengan air kelapa dan sedikit air gula sampai menjadi adonan yang bisa dibentuk lalu diamkan selama kurang lebih 5 jam. Untuk membuat isi (oleh masyarakat Kapau disebut sarikayo), kelapa parut muda dimasak dengan gula. Jika ingin isi ini berwarna merah, maka menggunakan gula aren, sebaliknya jika ingin isinya berwarna putih maka menggunakan gula pasir ke dalam adonan ditambahkan daun pandan yang diris-iris, garam dan vanili.[1]

Proses masak

Adonan dimasak menggunakan kuali besi dan terus diaduk sampai adonan mengental. Biasanya memakan waktu 2 - 3 jam untuk adonan menjadi dingin. Jika belum benar-benar dingin sudah dimasukkan ke dalam kulitnya maka inti bisa pecah ketika digoreng. Proses selanjutnya adonan kulit dibentuk menjadi bulat kira-kira sebesar telur ayam, masukkan isi ke dalamnya dan tutup kembali. Kemudian digoreng dengan minyak panas. Bentuk inti ada dua macam yaitu bulat seperti bola dan bulat lonjong.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d ENSIKLOPEDI MAKANAN TRADISIONAL INDONESIA (SUMATERA). Jakarta: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Tradisi dan Kepercayaan. 2004. hlm. 135–140.