Lompat ke isi

Musso: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yuda masduki (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
'''Musso''' atau '''Paul Mussotte'''<ref>Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945</ref> bernama lengkap '''Muso Manowar'''<ref>Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2</ref> atau '''Munawar Muso''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|12|8|1897|[[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]|31|10|1948}}) adalah seorang tokoh komunis [[Indonesia]] yang memimpin [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada [[Pemberontakan PKI 1948|pemberontakan PKI di Madiun]] pada 1948.
'''Musso''' atau '''Paul Mussotte'''<ref>Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945</ref> bernama lengkap '''Muso Manowar'''<ref>Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2</ref> atau '''Munawar Muso''' ({{lahirmati|[[Kediri]], [[Jawa Timur]]|12|8|1897|[[Ponorogo]], [[Jawa Timur]]|31|10|1948}}) adalah seorang tokoh komunis [[Indonesia]] yang memimpin [[Partai Komunis Indonesia]] (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada [[Pemberontakan PKI 1948|pemberontakan PKI di Madiun]] pada 1948.


== Masa Kecil dan Pendidikan ==
== Riwayat Hidup ==

Musso berasal dari keluarga berada dan hidupnya berkecukupan. Ayahnya, Mas Martoredjo adalah pegawai bank di Kecamatan Wates. Ibunya mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Sedari kecil Musso rajin mengaji di mushala di desanya.
=== Masa Kecil dan Pendidikan ===
Musso berasal dari keluarga berada dan hidupnya berkecukupan. Ayahnya, Mas Martoredjo adalah pegawai bank di [[Wates, Kediri|Kecamatan Wates]]. Ibunya mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Sedari kecil Musso rajin mengaji di mushala di desanya.


Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga bertemu [[Alimin|Alimin Prawirodirdjo]] yang nantinya menjadi pentolan PKI. Setamatnya sekolah guru, Musso kuliah di kampus pertanian di [[Buitenzorg]] (Bogor
Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga bertemu [[Alimin|Alimin Prawirodirdjo]] yang nantinya menjadi pentolan PKI. Setamatnya sekolah guru, Musso kuliah di kampus pertanian di [[Buitenzorg]] (Bogor
Baris 12: Baris 14:
Ketika Tjokroaminoto mendirikan [[Sarekat Islam]] pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|ISDV]] bentukan [[Sneevliet]] yang menjadi cikal bakal [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.</ref>
Ketika Tjokroaminoto mendirikan [[Sarekat Islam]] pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di [[Indische Sociaal-Democratische Vereeniging|ISDV]] bentukan [[Sneevliet]] yang menjadi cikal bakal [[Partai Komunis Indonesia]].<ref>Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.</ref>


== Peran di PKI ==
=== Peran di PKI ===
Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut [[Stalin]] dan anggota dari Internasional Komunis di [[Moskwa]]. Pada tahun [[1925]] beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun [[1926]], meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti [[Tan Malaka]]. Pada tahun 1926 Musso menuju [[Singapura]] dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis [[Belanda]]. Musso dan pemimpin PKI lainnya, [[Alimin]], kemudian berkunjung ke [[Moskwa]], bertemu dengan [[Stalin]], dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk [[Agitprop|agitasi dan propaganda]] dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk [[Batavia]] (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun [[1935]] untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota [[Kongres Komitern Sedunia VII|Kongres Komintern]]. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke [[Uni Soviet]] pada tahun [[1936]].
Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut [[Stalin]] dan anggota dari Internasional Komunis di [[Moskwa]]. Pada tahun [[1925]] beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun [[1926]], meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti [[Tan Malaka]]. Pada tahun 1926 Musso menuju [[Singapura]] dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis [[Belanda]]. Musso dan pemimpin PKI lainnya, [[Alimin]], kemudian berkunjung ke [[Moskwa]], bertemu dengan [[Stalin]], dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk [[Agitprop|agitasi dan propaganda]] dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk [[Batavia]] (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun [[1935]] untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota [[Kongres Komitern Sedunia VII|Kongres Komintern]]. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke [[Uni Soviet]] pada tahun [[1936]].


Pada [[11 Agustus]] [[1948]] Musso kembali ke Indonesia lewat [[Yogyakarta]]. Pada tanggal [[5 September]] [[1948]] dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada [[Uni Soviet]]. Pemberontakan terjadi di [[Madiun]], [[Jawa Timur]] ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal [[18 September]] [[1948]] dan mengangkat Musso sebagai presiden dan [[Amir Sjarifuddin]] sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal [[30 September]] [[1948]], Madiun direbut oleh [[TNI]] dari [[Divisi Siliwangi]]. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal [[31 Oktober]], ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.
Pada [[11 Agustus]] [[1948]] Musso kembali ke Indonesia lewat [[Yogyakarta]]. Pada tanggal [[5 September]] [[1948]] dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada [[Uni Soviet]]. Pemberontakan terjadi di [[Madiun]], [[Jawa Timur]] ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal [[18 September]] [[1948]] dan mengangkat Musso sebagai presiden dan [[Amir Sjarifuddin]] sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal [[30 September]] [[1948]], Madiun direbut oleh [[TNI]] dari [[Divisi Siliwangi]]. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal [[31 Oktober]], ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.


== Akhir Hidup ==
=== Akhir Hidup ===
Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir Sjarifoeddin dan pentolan PKI lain melarikan diri ke Ponorogo. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan ke Pacitan. Musso dan pengawalnya kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum kemudian dibakar secara diam-diam.<ref>Nafi, M., 2010. Perlawanan Terakhir di Semanding. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 102-103.</ref>
Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir Sjarifoeddin dan pentolan PKI lain melarikan diri ke [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]]. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan ke [[Kabupaten Pacitan|Pacitan]]. Musso dan pengawalnya kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum kemudian dibakar secara diam-diam.<ref>Nafi, M., 2010. Perlawanan Terakhir di Semanding. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 102-103.</ref>


=== Galeri ===
=== Galeri ===
Baris 37: Baris 39:


{{lifetime|1897|1948|}}
{{lifetime|1897|1948|}}
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Kediri]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh komunis Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh korban pembersihan komunis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Kediri]]

Revisi per 7 November 2022 10.35

Musso

Musso atau Paul Mussotte[1] bernama lengkap Muso Manowar[2] atau Munawar Muso (12 Agustus 1897 – 31 Oktober 1948) adalah seorang tokoh komunis Indonesia yang memimpin Partai Komunis Indonesia (PKI) pada era 1920-an dan dilanjutkan pada pemberontakan PKI di Madiun pada 1948.

Riwayat Hidup

Masa Kecil dan Pendidikan

Musso berasal dari keluarga berada dan hidupnya berkecukupan. Ayahnya, Mas Martoredjo adalah pegawai bank di Kecamatan Wates. Ibunya mengelola kebun kelapa dan kebun mangga. Sedari kecil Musso rajin mengaji di mushala di desanya.

Pada usia 16 tahun Musso melanjutkan pendidikan ke sekolah guru di Batavia. Di Batavia Musso diangkat anak oleh G.A.J. Hazeu. Musso juga bertemu Alimin Prawirodirdjo yang nantinya menjadi pentolan PKI. Setamatnya sekolah guru, Musso kuliah di kampus pertanian di Buitenzorg (Bogor ). Versi lain menyebut Musso bersekolah di Hogere Burger School.

Sewaktu berada di Surabaya, Musso kos di rumah Tjokroaminoto dan bertemu dengan H.J.F.M. Sneevliet. Musso muda juga satu kos bersama Soekarno dan Kartosuwiryo muda yang kelak mereka akan berbeda haluan ideologi dalam pemikiran.

Ketika Tjokroaminoto mendirikan Sarekat Islam pada 1912, Musso aktif di dalamnya. Musso juga aktif di ISDV bentukan Sneevliet yang menjadi cikal bakal Partai Komunis Indonesia.[3]

Peran di PKI

Musso adalah salah satu pemimpin PKI di awal 1920-an. Dia adalah pengikut Stalin dan anggota dari Internasional Komunis di Moskwa. Pada tahun 1925 beberapa orang pemimpin PKI membuat rencana untuk menghidupkan kembali partai ini pada tahun 1926, meskipun ditentang oleh beberapa pemimpin PKI yang lain seperti Tan Malaka. Pada tahun 1926 Musso menuju Singapura dimana dia menerima perintah langsung dari Moskwa untuk melakukan pemberontakan kepada pemerintahan kapitalis Belanda. Musso dan pemimpin PKI lainnya, Alimin, kemudian berkunjung ke Moskwa, bertemu dengan Stalin, dan menerima perintah untuk membatalkan pemberontakan dan membatasi kegiatan partai menjadi dalam bentuk agitasi dan propaganda dalam perlawananan nasional. Akan tetapi pikiran Musso berkata lain. Pada bulan November 1926 terjadi beberapa pemberontakan PKI di beberapa kota termasuk Batavia (sekarang Jakarta), tetapi pemberontakan itu dapat dipatahkan oleh penjajah Belanda. Musso dan Alimin ditangkap. Setelah keluar dari penjara Musso pergi ke Moskwa, tetapi kembali ke Indonesia pada tahun 1935 untuk memaksakan "barisan populer" yang dipimpin oleh 7 anggota Kongres Komintern. Akan tetapi dia dipaksa untuk meninggalkan Indonesia dan kembali ke Uni Soviet pada tahun 1936.

Pada 11 Agustus 1948 Musso kembali ke Indonesia lewat Yogyakarta. Pada tanggal 5 September 1948 dia memberikan pidato yang menganjurkan agar Indonesia merapat kepada Uni Soviet. Pemberontakan terjadi di Madiun, Jawa Timur ketika beberapa militan PKI menolak untuk dilucuti. Pihak militer menyebutkan bahwa PKI memproklamasikan "Republik Soviet Indonesia" pada tanggal 18 September 1948 dan mengangkat Musso sebagai presiden dan Amir Sjarifuddin sebagai perdana menteri. Akan tetapi pemberontakan dapat dipadamkan oleh pihak militer. Pada tanggal 30 September 1948, Madiun direbut oleh TNI dari Divisi Siliwangi. Ribuan kader partai terbunuh dan sejumlah 36.000 orang dipenjarakan. Di antara yang terbunuh adalah Musso pada tanggal 31 Oktober, ketika rombongannya bertemu dengan pasukan TNI yang memburunya.

Akhir Hidup

Setelah Madiun direbut tentara, Musso bersama Amir Sjarifoeddin dan pentolan PKI lain melarikan diri ke Ponorogo. Musso berselisih dengan Amir dan memisahkan diri ke arah selatan dengan hanya dikawal dua orang, sementara Amir melanjutkan ke Pacitan. Musso dan pengawalnya kabur dengan menaiki sebuah delman sementara tentara mengejarnya. Dalam kejar-kejaran terjadi saling tembak hingga kuda delman tertembak. Musso berlari dan bersembunyi di sebuah kamar mandi di sebuah pemandian umum. Satu peleton tentara mengepung dan kembali terjadi baku tembak. Ketika keluar kamar mandi, Musso tertembak dua kali. Mayatnya sempat dibawa ke RS Ponorogo untuk diawetkan sebelum kemudian dibakar secara diam-diam.[4]

Galeri

Referensi

  1. ^ Harry A. Poeze, Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde: strijder voor Indonesië's vrijheid: levensloop van 1897 tot 1945
  2. ^ Rudolf Mrázek, Sjahrir: Politics and Exile in Indonesia, ISBN 0-87727-713-3 ISBN 978-0-87727-713-2
  3. ^ Tempo, 2010. Radikal Kiri Si Bocah Alim. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 60-61.
  4. ^ Nafi, M., 2010. Perlawanan Terakhir di Semanding. Tempo, 8-14 November 2010, hal. 102-103.

Pranala luar