Lompat ke isi

Dyah Lembu Tal: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
'''Dyah Lembu Tal''' adalah menurut naskah [[Wangsakerta]] adalah ibu dari [[Raden Wijaya]] atau bapak Raden Wijaya menurut [[Negarakertagama]]. <ref>https://cmn101.com/candi-mireng-jejak-perwira-elite-di-masa-lalu/.</ref> pendiri sekaligus raja pertama [[Kerajaan Majapahit]]. Dyah Lembu Tal ialah anak [[Mahisa Campaka]] dan cucu dari [[Mahisa Wong Ateleng]] putra [[Ken Dedes]] dengan [[Ken Arok]], pendiri sekaligus raja pertama [[Kerajaan Singasari]].
'''Dyah Lembu Tal''' menurut naskah [[Wangsakerta]] adalah ibu dari [[Raden Wijaya]] atau bapak Raden Wijaya menurut [[Negarakertagama]]. <ref>https://cmn101.com/candi-mireng-jejak-perwira-elite-di-masa-lalu/.</ref> pendiri sekaligus raja pertama [[Kerajaan Majapahit]]. Dyah Lembu Tal adalah anak [[Mahisa Campaka]] dan cucu dari [[Mahisa Wong Ateleng]] putra [[Ken Dedes]] dengan [[Ken Arok]], pendiri sekaligus raja pertama [[Kerajaan Singasari]].


== Asal-Usul ==
== Asal-Usul ==

Revisi per 12 November 2022 06.32

Dyah Lembu Tal menurut naskah Wangsakerta adalah ibu dari Raden Wijaya atau bapak Raden Wijaya menurut Negarakertagama. [1] pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Majapahit. Dyah Lembu Tal adalah anak Mahisa Campaka dan cucu dari Mahisa Wong Ateleng putra Ken Dedes dengan Ken Arok, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Singasari.

Asal-Usul

Menurut naskah Wangsakerta, Dyah Lembu Tal adalah seorang putri dari Kerajaan Singasari. Disebutkan bahwa, ibu Raden Wijaya bernama Dyah Lembu Tal, putri Mahisa Campaka. Di Prasasti Kudadu dalam kalimat narasinghamūrttisutātmaja. Dyah Lembu Tal dikisahkan sebagai lelaki tangguh yang memiliki keberanian seorang perwira. Karena kalau wanita maka ditulis "duhita atmaja" bukan "suta atmaja".[2]Dari penafsiran nama Dyah merupakan sebuah gelar kebangsawanan Sunda yang diberikan kepada seorang putri raja. Sama halnya dengan Dyah Pitaloka Citraresmi yang menurut Pararaton hendak dijadikan permaisuri oleh raja Hayam Wuruk. Tetapi Lembu Tal bukan nama putri Sunda sehingga kata "Dyah" lebih mengacu kepada gelar lelaki pada kerajaan Jawa seperti Dyah Ranawijaya. Nama Lembu sendiri di Jawa adalah nama lelaki seperti Lembu Sora. Berdasarkan naskah Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara dari Wangsakerta yang dianggap palsu oleh peneliti[3], Dyah Lembu Tal merupakan istri dari Rakeyan Jayadarma putra Prabu Guru Dharmasiksa raja dari Kerajaan Sunda Galuh. Rakeyan Jayadarma tewas akibat diracun oleh seorang bawahannya. Kepergian suaminya membuat Dyah Lembu Tal terjebak dalam situasi konflik suksesi dan harus kembali dari Kerajaan Sunda Galuh ke Singasari bersama putranya, Raden Wijaya. Namun menurut Pararaton Dyah Lembu Tal menikah dengan Mahisa Campaka.[4]

Dalam prasasti Kudadu, Dyah Lembu Tal dipuja sebagai putra Narasinghamurti (Mahisa Campaka), yang memiliki keberanian seorang perwira.[5]. Menurut Naskah Wangsakerta karena mengalami perebutan takhta di Kerajaan Sunda Galuh. Raden Wijaya sebagai putra dari Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal seharusnya mewarisi takhta Kerajaan Sunda Galuh. Akibat peristiwa tragis yang menimpa ayahnya, sebaliknya ia mendirikan Kerajaan Majapahit dan mewarisi kekuasaan Kertanegara, raja Singasari terakhir. Dalam naskah Nagarakretagama dan prasasti Balawi yang diterbitkan Raden Wijaya pada tahun 1305 Raden Wijaya mengaku sebagai bagian Wangsa Rajasa.[6] Namun naskah Wangsakerta diragukan keasliannya dan diduga palsu seolah olah buatan abad 17 tetapi diperkirakan buatan modern.[7][8] Menurut Pararaton ayah Raden Wijaya adalah Mahisa Campaka dan ibunya Dyah Lembu Tal[9] Menurut Negarakertagama Raden Wijaya memiliki ayah Dyah Lembu Tal yang dijuluki Sang Ksatria Yudha dan didharmakan dalam patung Buddha (lelaki) di candi Mireng.[10][11]

Referensi

  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 2005. Menuju Puncak Kemegahan (terbitan ulang 1965). Yogyakarta: LKIS
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  1. ^ https://cmn101.com/candi-mireng-jejak-perwira-elite-di-masa-lalu/.
  2. ^ https://ajisangkala.id/jenis-kelamin-dyah-lembu-tal-menurut-sumber-prasasti/
  3. ^ https://majalah.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/25644/naskah-itu-ternyata-palsu
  4. ^ https://intisari.grid.id/read/033002596/bisa-menguasai-seluruh-nusantara-kecuali-kerajaan-pajajaran-majapahit-ternyata-punya-hubungan-darah-dengan-kerajaan-itu-termasuk-pendirinya-berasal-dari-pangera?page=all.
  5. ^ https://ajisangkala.id/jenis-kelamin-dyah-lembu-tal-menurut-sumber-prasasti/
  6. ^ https://www.sinergipapers.com/informasi/pr-2873915013/jenis-jenis-prasasti-peninggalan-kerajaan-majapahit-bukti-majapahit-pernah-di-jawa-halaman-1?page=2
  7. ^ H. Lubis, Nina (Februari 2002). "Kontroversi Tentang Naskah Wangsakerta". Humaniora. XIV. 
  8. ^ https://majalah.tempo.co/amp/ilmu-dan-teknologi/25644/naskah-itu-ternyata-palsu
  9. ^ https://intisari.grid.id/read/033002596/bisa-menguasai-seluruh-nusantara-kecuali-kerajaan-pajajaran-majapahit-ternyata-punya-hubungan-darah-dengan-kerajaan-itu-termasuk-pendirinya-berasal-dari-pangera?page=all.
  10. ^ https://carubannagari.radarcirebon.com/raden-wijaya-pendiri-kerajaan-majapahit-keturunan-sunda/.
  11. ^ https://cmn101.com/candi-mireng-jejak-perwira-elite-di-masa-lalu/.