Lompat ke isi

Saragih: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wsaragih (bicara | kontrib)
k →‎Tokoh terkenal: menambah foto Bill Saragih dan memindahkan foto JW Saragih
Baris 82: Baris 82:
* Kimar Saragih, ketua [[Pengadilan Tinggi]] [[Sumatera Utara]].
* Kimar Saragih, ketua [[Pengadilan Tinggi]] [[Sumatera Utara]].
* [[Kristupa Saragih]], fotografer terkenal Indonesia dan pengasuh dari [[Fotografer Net|fotografer.net]].
* [[Kristupa Saragih]], fotografer terkenal Indonesia dan pengasuh dari [[Fotografer Net|fotografer.net]].
* Muhar Omtatok Saragih
* Muhar Omtatok
**Budayawan & Spritualis,
**Budayawan & Spritualis,
**Ketua Forum Komunikasi Paranormal & Penyembuh Alternatif Ind - FKPPAI Sumut
**Ketua Forum Komunikasi Paranormal & Penyembuh Alternatif Ind - FKPPAI Sumut

Revisi per 8 Mei 2009 11.30

Saragih adalah marga atau morga dari suku Simalungun yang aslinya berasal dari daerah yang bernama Simalungun di provinsi Sumatera Utara, Indonesia.

Etimologi

Secara Etimologis, Saragih berasal dari "simada ragih" dalam bahasa Simalungun, yang mana "ragih" berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.

Asal-usul

Beberapa versi sumber sejarah menyatakan bahwa leluhur marga saragih berasal dari Selatan India, yang melakukan perjalanan ke Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.

Akibat desakan suku setempat, mereka kemudian bergerak ke daerah pinggiran Toba dan Samosir[1].

Marga Saragih pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di sekitar daerah yang kini disebut Pematang Raya, Simalungun).

Daftar Raja Kerajaan Raya:

  1. Tuan Si Pinang Sori
  2. Raja Raya, Tuan Lajang Raya
  3. Raja Raya Simbolon (Namanya memakai nama wilayah kerajaannya, sebab tidak diketahui lagi siapa nama aslinya)
  4. Raja Gukguk
  5. Raja Unduk
  6. Raja Denggat
  7. Raja Minggol
  8. Raja Poso
  9. Raja Nengel
  10. Raja Bolon
  11. Raja Martuah
  12. Raja Raya Tuan Morahkalim
  13. Raja Raya Tuan Jimmahadim, Tuan Huta Dolog
  14. Raja Raya Tuan Rondahaim
  15. Raja Raya Tuan Sumayan (Kapoltakan)
  16. Raja Raya Tuan Gomok (Bajaraya)
  17. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging


Suku Batak Toba mengklaim bahwa marga Saragih dari suku Simalungun berasal dari Samosir (daerah yang dipercayai sebagai asal-usul suku Batak Toba) dan termasuk kelompok marga-marga yang disebut Parna (PomparAn ni Raja Nai Ambaton). Paham ini banyak ditentang oleh Marga Saragih karena belum adanya dokumen yang mendukung hal ini dan terutama karena bertentangan dengan isi pustaha (dokumen tua Simalungun) dan buku tarombo (silsilah dan sejarah marga) yang diteruskan secara turun temurun di kalangan marga Saragih.

Submarga Saragih

Saragih terdiri dari banyak sub-marga, antara lain:

  1. Garingging
    1. Dasalak
    2. Dajawak
    3. Permata
  2. Damuntei
  3. Sumbayak
  1. Siadari
  2. Siallagan
  3. Sidabalok
  4. Sidabukke
  5. Sidabutar
  6. Sidahuruk
  7. Sigalingging
  8. Sijabat
  9. Simanihuruk
  10. Simarmata
  11. Sitanggang
  12. Sitio
  13. Napitu
  14. Rumahorbo
  15. Tamba
  16. Tinambunan
  17. Turnip
  18. Nasionggang
  19. Saing
  20. Dan lain-lain (silahkan ditambah)

Tokoh terkenal

Tokoh-tokoh terkenal yang termasuk dalam marga Saragih adalah:

  • H. A. Yunus Saragih, Bupati Langkat
Berkas:Bill saragih.jpg
Bill Amirsjah Rondahaim Saragih.
Berkas:061028JWismarSaragih.png
Pendeta J. Wismar Saragih Sumbayak

Marga Simalungun Lain

Selain Saragih, di suku Simalungun terdapat 3 marga lain yang dikategorikan sebagai marga asli Simalungun, yaitu:

  1. Sinaga
  2. Damanik
  3. Purba

Catatan kaki

  1. ^ Pdt Juandaha Raya P. Dasuha, STh, SIB (Perekat Identitas Sosial Budaya Simalungun) 22/10/2006
  2. ^ J. Wismar Saragih, Memorial Peringatan Pendeta J. Wismar Saragih (Marsinalsal), BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1977, hlm.119.
  3. ^ J.L. Swellengrebel, In Leijdeckers Voetspoor. Anderhalve eeuw Bijbelvertaling en Taalkunde in de Indonesische Talen, II (1900-1970), S. Gravenhage: Martinus Nijhoff, 1978, hlm. 165.