Lompat ke isi

Nahwu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 37: Baris 37:
Suatu saat Aswad Ad-duali mendengarkan anak perempuannya berucap
Suatu saat Aswad Ad-duali mendengarkan anak perempuannya berucap


*{{quote|ما أجمل السماء}}
*{{quote|مَا اَجْمَلُ السَّمَاءِ}}


(baca : ''maa ajmalusamaai"'')
(baca : ''maa ajmalusamaai"'')
Baris 49: Baris 49:
*اِفْتَحِيْ فِيْكِ – ''iftahii Fiiki'' : Bukalah Mulutmu
*اِفْتَحِيْ فِيْكِ – ''iftahii Fiiki'' : Bukalah Mulutmu


Yang Maksudnya adalah sebagati teguran bacaannya adalah Maa Ajmalaassama'a ! (bukan Maa Ajmalassama'u)
Yang Maksudnya adalah sebagati teguran bacaannya adalah Maa Ajmalaassama'a ! (مَا اَجْمَلَ السَّمَاءَ), bukan Maa Ajmalassama'u (مَا اَجْمَلَ السَّمَاءُ)


Aswad Ad-Dauli pun menceritakan prihal ini kepada Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib]], kemudian Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] memerintahkan untuk mendokumentasikan prihal ilmu nahwu, agar tidak ada lagi kesalahan bacaan dan pengucapan dalam bahasa arab hingga membuat makna yang berbeda<ref>{{Cite web|first=Mudhofar|title=Sejarah, Asal Mula dan Pencetus/Penemu Ilmu Nahwu|url=https://insantri.com/sejarah-asal-mula-dan-pencetus-penemu-ilmu-nahwu/|website=insantri.com}}</ref>
Aswad Ad-Dauli pun menceritakan prihal ini kepada Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib]], kemudian Sayyidina [[Ali bin Abi Thalib|Ali]] memerintahkan untuk mendokumentasikan prihal ilmu nahwu, agar tidak ada lagi kesalahan bacaan dan pengucapan dalam bahasa arab hingga membuat makna yang berbeda<ref>{{Cite web|first=Mudhofar|title=Sejarah, Asal Mula dan Pencetus/Penemu Ilmu Nahwu|url=https://insantri.com/sejarah-asal-mula-dan-pencetus-penemu-ilmu-nahwu/|website=insantri.com}}</ref>

Revisi per 14 November 2022 12.10

Ilmu an-Nahwu (bahasa Arab: ﻋﻠﻢ النحو; bahasa Indonesia: nahu, sintaksis; bahasa Inggris: syntax) merupakan salah satu bagian dasar dari ilmu tata bahasa dalam bahasa Arab untuk mengetahui jabatan kata dalam kalimat dan bentuk huruf atau harakat terakhir dari suatu kata.

Definisi

Nahwu diambil dari kata bahasa arab Nahwu yang artinya contoh,

Nahwu Jaa Zaidun Contohnya

  • جَاءَ زَيْدٌ

adalah Zaid telah datang

Nahwu adalah ilmu yang membahas pokok-pokok (isim, fi’il, huruf, macam-macam i’rob, awamil, tawabi’ dll.) yang dengan ilmu tersebut dapat diketahui keadaan-keadaan akhir kalimah baik secara i’rob maupun mabni[1]

Pengertian Ilmu nahwu adalah:

  1. Ilmu yang mempelajari tentang jabatan kata dalam kalimat dan harakat akhirnya, baik berubah (i'rab) atau tetap (bina).[2]
  2. kaidah-kaidah yang dengannya diketahui hukum-hukum akhir-akhir kata bahasa arab dalam keadaan tersusun.
  3. Ilmu yang menunjukan kepada kita bagaimana cara untuk menggabungkan kata benda (ismun), kata kerja (fi'lun), atau partikel (huruf/harfun) untuk membentuk kalimat yang bermanfaat (jumlah mufidah) juga untuk mengetahui keadaan (i'rab) huruf akhir dari sebuah kata.[3]
  • Ilmu nahu ilmu tt susunan dan bentuk kalimat; sintaksis;
  • nahu /na·hu/ n Ling 1 tata bahasa (menyangkut tata kalimat dan tata bentuk); gramatika; 2 sintaksis;

-- bentuk nahu yg mengkaji bentuk kata dan kata jadiannya; ilmu tt tata bentuk kata; morfologi; -- saraf gramatika

Subjek

Subjek pembahasan dari ilmu nahwu adalah huruf (harf), kata (kalimah) dan kalimat (jumlah).

Tujuan

Tujuan pelajaran Ilmu nahwu adalah sebagai penjagaan lisan dari kesalahan dalam pengucapan lafal bahasa arab dan untuk memahami alquran serta hadits Nabi ﷺ dengan pemahaman yang benar, yang mana Al-Qur'an dan As-Sunnah inilah asal syariat Islam dan di atas kedua hal tersebut pembahasan seputar syariat islam terjadi.

Penemu Ilmu Nahwu

Penemu ilmu nahwu adalah Abu Al-Aswad Ad-Du'ali

Suatu saat Aswad Ad-duali mendengarkan anak perempuannya berucap

  • مَا اَجْمَلُ السَّمَاءِ

(baca : maa ajmalusamaai")

maka Aswad Ad-Duali pun menjawab : Kawakibuhaa atau Nujumuha Bintang bintangnya, karena Abu Al-Aswad Ad-Du'ali mengira anak perempuannya bertanya

namun anaknya membantah, yang ia maksud adalah takjub bukan pertanyaan.

maka Aswad Ad-Duali pun menjawab :

  • اِفْتَحِيْ فِيْكِ – iftahii Fiiki : Bukalah Mulutmu

Yang Maksudnya adalah sebagati teguran bacaannya adalah Maa Ajmalaassama'a ! (مَا اَجْمَلَ السَّمَاءَ), bukan Maa Ajmalassama'u (مَا اَجْمَلَ السَّمَاءُ)

Aswad Ad-Dauli pun menceritakan prihal ini kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib, kemudian Sayyidina Ali memerintahkan untuk mendokumentasikan prihal ilmu nahwu, agar tidak ada lagi kesalahan bacaan dan pengucapan dalam bahasa arab hingga membuat makna yang berbeda[4]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ al-Ahdal, Muhammad ibn Ahmad ibn Abd al-Baariy. Al-Kawakib ad-Durriyah. 
  2. ^ Pengantar Mudah Belajar Bahasa Arab; abu Hamzah Yusuf; (2007):Pustaka Adhwa Bandung; ISBN 978-979-15859-0-3
  3. ^ Arabic Grammar Syntax Made Easy; Madrasah Islaamiyyah Benoni
  4. ^ "Sejarah, Asal Mula dan Pencetus/Penemu Ilmu Nahwu". insantri.com. 

Pranala luar

Buku elektronik
Laman web