Lompat ke isi

Sungai Riam, Pelaihari, Tanah Laut: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10: Baris 10:
|penduduk =3.161 Jiwa (2008)
|penduduk =3.161 Jiwa (2008)
|kepadatan =75 Jiwa/Km²
|kepadatan =75 Jiwa/Km²

<<Kades>> =Sopyan Budiyanto,S.Pd.I (2019-2023)
Kades= Rusli Suka (2008)
= Hasan (?)
=Sopyan Budiyanto,S.Pd.I (2019-2023)
}}
}}



Revisi per 15 November 2022 14.44

Sungai Riam
Peta lokasi Desa Sungai Riam
Negara Indonesia
ProvinsiKalimantan Selatan
KabupatenTanah Laut
KecamatanPelaihari
Kode pos
70851
Kode Kemendagri63.01.03.2008 Edit nilai pada Wikidata
Luas42,33 Km²
Jumlah penduduk3.161 Jiwa (2008)
Kepadatan75 Jiwa/Km²

Kades= Rusli Suka (2008) = Hasan (?)

=Sopyan Budiyanto,S.Pd.I (2019-2023)


Sungai Riam adalah nama sebuah desa di Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia. Sebelumnya daerah ini termasuk dalam daerah Padawanyi (nama lawas) yang sekarang terbagi menjadi desa Sungai Riam saat ini dan Kampung Baru (Sakapau), tapi belum bisa di pastikan apakah seluruh Desa Sungai Riam saat ini termasuk Padawanyi atau tidak.

Etimologi

Penamaan Padawanyi di karenakan pada zaman dahulu terdapat banyak wangi (lebah madu) bersarang di daerah ini, sampai ke rumah-rumah warga, bahkan menurut sumber keluarga saya bahkan sampai 3 sarang pada 1 rumah.

Sejarah

Pada awalnya kampung ini didirikan Oleh Datu Uban (Asnawai) di daerah Kambat (sebelah Timur pekuburan Kambat sekarang). Di mulai dengan kesepakatan membuat suatu kampung, karena sebelumnya sudah ada rumah-rumah yang letaknya berjauhan. Pada awalnya Ayah beliau merupakan orang Amuntai (Baulin) yang melarikan diri dari incaran Belanda.

Tapi pada zaman dulu di temukan beberapa bekas peninggalan penduduk yang lebih lama, seperti Tunggul Ulin (bekas tebangan kayu Ulin dari tanah) yang tingginya lebih sapanganjung (-+2 meter) di gunung Palaulin/Gunung H. Jali (masih kategori bukit kalau dalam bahasa Indonesia. Bekas tanah terbakar yang cukup dalam, serta di temui emas masak maupun pernak-pernik yang belum jadi, setengah jadi maupun sudah jadi di lokasi tersebut. Jadi kuat kesimpulan saya ada peradaban maju di masa lalu di daerah ini yang hilang, (mungkin saja dari Kerajaan Nansarunai, pent).

Referensi

Adapun saya yang menulis sejarah ini, merupakan keturunan ke 4 dari Datu uban (Asnawai), sumber cerita saya dapatkan, dari ayah ataupun keluarga yang lainnya. Saya harap kalau ada yang punya tambahan sejarah untuk membantu untuk menuliskannya.