Amien Rais: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
k ktk suksesi |
||
Baris 13: | Baris 13: | ||
Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon RI-1 dan meraih hampir 15% suara nasional. |
Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon RI-1 dan meraih hampir 15% suara nasional. |
||
{{kotak mulai}} |
|||
---- |
|||
{{kotak suksesi|jabatan=[[Ketua Umum Partai Amanat Nasional|Ketua Umum PAN]]|tahun=1998—2005|pendahulu=tidak ada|pengganti=[[Soetrisno Bachir]]}} |
|||
{{kotak suksesi|jabatan=[[Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat|Ketua MPR]]|tahun=1999—2004|pendahulu=?|pengganti=[[Hidayat Nur Wahid]]}} |
|||
{{kotak selesai}} |
|||
{{stub}} |
{{stub}} |
Revisi per 10 April 2005 09.34
Amien Rais adalah politisi Indonesia yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR 1999-2004. Jabatan ini dipegangnya sejak ia dipilih oleh MPR hasil Pemilu 1999 pada bulan Oktober 1999.
Namanya mulai mencuat ke kancah perpolitikan Indonesia pada saat-saat akhir pemerintahan Presiden Soeharto sebagai salah satu orang yang kritis terhadap kebijakan-kebijakan Pemerintah. Setelah partai-partai politik dihidupkan lagi pada masa pemerintahan Presiden Habibie, Amien Rais ikut mendeklarasikan Partai Amanat Nasional (PAN). Ia menjabat sebagai Ketua Umum PAN dari saat PAN berdiri sampai sekarang.
Sebuah majalah pernah menjulukinya sebagai King Maker. Julukan itu merujuk pada besarnya peran Amien Rais dalam menentukan jabatan presiden pada Sidang Umum MPR tahun 1999 dan Sidang Istimewa tahun 2001. Padahal, perolehan suara partainya, PAN, tak sampai 10% dalam pemilu 1999.
Amien lahir di Solo, 26 April 1944, Amien dibesarkan dalam keluarga aktivis Muhammadiyah. Orangtuanya, aktif di Muhammadiyah cabang Surakarta. Masa belajar Amien, banyak dihabiskan di luar negeri. Sejak 1968, ia melanglang ke berbagai negara dan baru kembali tahun 1984 dengan menggenggam gelar doktor ilmu politik.
Kembali ke Tanah Air, Amien kembali ke kampusnya, UGM sebagai dosen. Ia bergiat pula dalam Muhammadiyah, ICMI, BPPT, dan beberapa organisasi lain. Pada era menjelang keruntuhan Orde Baru, Amien adalah cendikiawan yang berdiri paling depan. Tak heran ia kerap dijuluki Loko Reformasi.
Akhirnya setelah terlibat langsung dalam proses reformasi, Amien membentuk Partai Amanat Nasional (PAN) pada 1998 dengan flatform nasionalis terbuka. Ketika hasil pemilu 1999 tak memuaskan bagi PAN, Amien masih mampu bermain cantik dengan berhasil menjadi ketua MPR.
Posisinya tersebut membuat peran Amien begitu besar dalam perjalanan politik Indonesia saat ini. Tahun 1999, Amien urung maju dalam pemilihan presiden. Tahun 2004 ini, ia maju sebagai calon RI-1 dan meraih hampir 15% suara nasional.
Didahului oleh: tidak ada |
Ketua Umum PAN 1998—2005 |
Diteruskan oleh: Soetrisno Bachir |
Didahului oleh: ? |
Ketua MPR 1999—2004 |
Diteruskan oleh: Hidayat Nur Wahid |