Lompat ke isi

Datokarama: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lord Rain XV (bicara | kontrib)
Lord Rain XV (bicara | kontrib)
Baris 23: Baris 23:
[[File:Makam Datokarama di Palu.jpg|thumb|Makam Datokarama di Palu]]
[[File:Makam Datokarama di Palu.jpg|thumb|Makam Datokarama di Palu]]
== Masuk Agama Islam di Lembah Palu ==
== Masuk Agama Islam di Lembah Palu ==
Awal kedatangan Syekh Abdullah Raqie atau Datokarama di Tanah Kaili bermula di Kampung [[Lere, Palu Barat, Palu|Lere]] , bersama Sayyid Alwi Jalaluddin(pendakwah arab yang sempat menetap di aceh & pariaman yang lalu dakwah di kerajaan gowa) dari Sumatera melewati jalur Sulawesi Selatan, Di Lembah Palu (Sulawesi Tengah) pada masa Raja Kabonena, Ipue Nyidi memerintah di wilayah [[Palu]].<ref>{{Cite web|last=DIA|first=Yayasan|date=2019-10-04|title=Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu|url=https://www.laduni.id/post/read/65571/safari-ziarah-dan-bertawassul-di-makam-datok-karama-palu.html|website=Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu|language=en|access-date=2020-08-30}}</ref> Selanjutnya Datokarama melakukan syiar Islam-nya ke wilayah-wilayah lainnya di lembah Palu yang dihuni oleh masyarakat [[Suku Kaili]]. Wilayah-wilayah tersebut meliputi [[Kota Palu|Palu]], [[Kabupaten Donggala|Donggala]], [[Kulawi, Sigi|Kulawi]], [[Parigi]] dan daerah [[Ampana]].<ref name=":0" />
Awal kedatangan Syekh Abdullah Raqie atau Datokarama di Tanah Kaili bermula di Kampung [[Lere, Palu Barat, Palu|Lere]] , bersama Sayyid Alwi Jalaluddin(pendakwah arab yang sempat menetap di aceh & pariaman yang lalu dakwah di kerajaan gowa) dari Sumatera melewati jalur Sulawesi Selatan, Di Lembah Palu (Sulawesi Tengah) pada masa Raja Kabonena, Ipue Nyidi memerintah di wilayah [[Palu]].<ref>{{Cite web|last=DIA|first=Yayasan|date=2019-10-04|title=Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu|url=https://www.laduni.id/post/read/65571/safari-ziarah-dan-bertawassul-di-makam-datok-karama-palu.html|website=Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu|language=en|access-date=2020-08-30}}</ref> Datokarama menetap di Tanah Kaili sementara Sayyid Alwi Jalaluddin kembali ke kerajaan gowa. Selanjutnya Datokarama melakukan syiar Islam-nya ke wilayah-wilayah lainnya di lembah Palu yang dihuni oleh masyarakat [[Suku Kaili]]. Wilayah-wilayah tersebut meliputi [[Kota Palu|Palu]], [[Kabupaten Donggala|Donggala]], [[Kulawi, Sigi|Kulawi]], [[Parigi]] dan daerah [[Ampana]].<ref name=":0" />


Seperti beberapa masyarakat lainnya di [[nusantara]], pada masa itu masyarakat [[suku Kaili]] juga masih menganut kepercayaan [[animisme]]/[[dinamisme]] yang mereka sebut "tumpuna", dimana mereka mempercayai adanya makhluk yang menunggui benda-benda yang dianggap keramat. Namun dengan metode dan pendekatan yang persuasif serta wibawa dan kharismanya yang tinggi, syiar Islam yang dilakukan Datokarama melalui ceramah-ceramah pada upacara-upacara adat suku tersebut akhirnya secara perlahan dapat diterima oleh raja dan masyarakat Kaili. Perjuangan Datokarama akhirnya berhasil mengajak [[Raja Kabonena]], Ipue Nyidi beserta rakyatnya masuk Islam, dan dikemudian hari Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang pertama masuk Islam di Lembah Palu.<ref name=":0" />
Seperti beberapa masyarakat lainnya di [[nusantara]], pada masa itu masyarakat [[suku Kaili]] juga masih menganut kepercayaan [[animisme]]/[[dinamisme]] yang mereka sebut "tumpuna", dimana mereka mempercayai adanya makhluk yang menunggui benda-benda yang dianggap keramat. Namun dengan metode dan pendekatan yang persuasif serta wibawa dan kharismanya yang tinggi, syiar Islam yang dilakukan Datokarama melalui ceramah-ceramah pada upacara-upacara adat suku tersebut akhirnya secara perlahan dapat diterima oleh raja dan masyarakat Kaili. Perjuangan Datokarama akhirnya berhasil mengajak [[Raja Kabonena]], Ipue Nyidi beserta rakyatnya masuk Islam, dan dikemudian hari Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang pertama masuk Islam di Lembah Palu.<ref name=":0" />

Revisi per 30 November 2022 22.58

Datokarama
LahirAbdullah Raqie
Kerajaan Pagaruyung Minangkabau
MeninggalAbad 17
Kampung Lere, Palu, Sulawesi Tengah
Nama lainDatuk Karama
PekerjaanUlama
Dikenal atasPenyebar Islam di Tanah Kaili, Sulawesi Tengah
Suami/istriIntje Dille
AnakIntje Dongko
Intje Saribanu

Datokarama adalah tokoh pembawa pertama agama Islam di lembah Palu dan menjadi nama perguruan tinggi STAIN Datokarama Palu.[1] Datokarama memiliki nama asli Syekh Abdullah Raqie, seorang tokoh yang berasal dari Pagaruyung, yang pertama kali menyebarkan agama Islam ke Tanah Kaili atau Bumi Tadulako, Sulawesi Tengah pada abad ke-17.[2] Selama keberadaannya di lembah Palu (1603-1650 Miladiyah) ia berhasil mengislamkan raja-raja yang ada di lembah Palu.[1] Datokarama adalah gelaran yang diberikan oleh tokoh-tokoh masyarakat lembah Palu kepada Abdulllah Raqi, berkat jasa dan kealimannya. Orang-orang biasa pula menyebutnya dengan "To Nabaraka" (orang yang memiliki / membawa karamah / kemuliaan, karena telah menyebarluaskan agama Islam di lembah Palu.[3]

Makam Datokarama di Palu

Masuk Agama Islam di Lembah Palu

Awal kedatangan Syekh Abdullah Raqie atau Datokarama di Tanah Kaili bermula di Kampung Lere , bersama Sayyid Alwi Jalaluddin(pendakwah arab yang sempat menetap di aceh & pariaman yang lalu dakwah di kerajaan gowa) dari Sumatera melewati jalur Sulawesi Selatan, Di Lembah Palu (Sulawesi Tengah) pada masa Raja Kabonena, Ipue Nyidi memerintah di wilayah Palu.[4] Datokarama menetap di Tanah Kaili sementara Sayyid Alwi Jalaluddin kembali ke kerajaan gowa. Selanjutnya Datokarama melakukan syiar Islam-nya ke wilayah-wilayah lainnya di lembah Palu yang dihuni oleh masyarakat Suku Kaili. Wilayah-wilayah tersebut meliputi Palu, Donggala, Kulawi, Parigi dan daerah Ampana.[2]

Seperti beberapa masyarakat lainnya di nusantara, pada masa itu masyarakat suku Kaili juga masih menganut kepercayaan animisme/dinamisme yang mereka sebut "tumpuna", dimana mereka mempercayai adanya makhluk yang menunggui benda-benda yang dianggap keramat. Namun dengan metode dan pendekatan yang persuasif serta wibawa dan kharismanya yang tinggi, syiar Islam yang dilakukan Datokarama melalui ceramah-ceramah pada upacara-upacara adat suku tersebut akhirnya secara perlahan dapat diterima oleh raja dan masyarakat Kaili. Perjuangan Datokarama akhirnya berhasil mengajak Raja Kabonena, Ipue Nyidi beserta rakyatnya masuk Islam, dan dikemudian hari Ipue Nyidi dikenang sebagai raja yang pertama masuk Islam di Lembah Palu.[2]

Makam

Setelah wafat, jasad Datokarama dimakamkan di Kampung Lere, Palu (Kota Palu sekarang).[5] Makam Syekh Abdullah Raqie atau Datokarama kemudian hari menjadi Kompleks Makam Dato Karama dan berisi makam istrinya yang bernama Intje Dille dan dua orang anaknya yang bernama Intje Dongko dan Intje Saribanu serta makam para pengikut setianya yang terdiri dari 9 makam laki-laki, 11 makam wanita, serta 2 makam yang tidak ada keterangan di batu nisannya.[6]

Untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa Datokarama di Palu, Pemkot Palu menamai salah satu perguruan tinggi di Palu, yakni IAIN dengan nama IAIN Datokarama Palu.[7]

Referensi

  1. ^ a b "Masuknya Islam di Sulteng, Siapa Datokarama?". Republika Online. 2018-01-06. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  2. ^ a b c Liputan6.com (2014-05-09). "Tapak Tilas Datuk Karama, Penyebar Agama Islam di Kota Palu". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  3. ^ Budaya, Info. "Berkunjung Ke Wisata Religi Kota Palu | Info Budaya Indonesia" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-30. 
  4. ^ DIA, Yayasan (2019-10-04). "Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu". Safari Ziarah dan Bertawassul di Makam Datok Karama Palu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-08-30. 
  5. ^ Liputan6.com (2014-05-09). "Mitos Makam Datuk Karama di Palu, Undang Rasa Penasaran Wisatawan". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  6. ^ Home; Terkini; News, Top; Terpopuler; Nusantara; Nasional; Sulteng, Seputar; Polhukam; Humaniora. "Makam Dato Karama". Antara News Palu. Diakses tanggal 2020-08-30. 
  7. ^ "IAIN Palu". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-10. Diakses tanggal 2020-08-30. 

Pranala luar