Dawet: Perbedaan antara revisi
k Suntingan Fight for the true (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Bot1886 Tag: Pengembalian |
k →Referensi: clean up |
||
Baris 80: | Baris 80: | ||
== Referensi == |
== Referensi == |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Minuman non-alkohol]] |
[[Kategori:Minuman non-alkohol]] |
||
Baris 85: | Baris 87: | ||
[[Kategori:Minuman Jawa Tengah]] |
[[Kategori:Minuman Jawa Tengah]] |
||
[[Kategori:Hidangan dari beras]] |
[[Kategori:Hidangan dari beras]] |
||
⚫ | |||
[[Kategori:Jawa Timur]] |
[[Kategori:Jawa Timur]] |
Revisi per 12 Januari 2023 09.07
Dawet | |
---|---|
Jenis | Minuman |
Tempat asal | Jabung, Indonesia |
Daerah | Pulau Jawa |
Hidangan nasional terkait | Indonesia |
Suhu penyajian | Dingin/suhu ruang |
Variasi | Dawet ayu Dawet ayu rumput laut Dawet ireng Dawet Semarang Dawet Jepara |
Sunting kotak info • L • B |
Dawet (bahasa Jawa: ꦝꦮꦼꦠ꧀, translit. Dhawet) merupakan minuman khas Jawa dari desa Jabung, Ponorogo yang terbuat dari tepung beras ataupun tepung beras ketan, disajikan dengan es parut serta gula merah cair dan santan. Rasa minuman ini manis dan gurih. Seiring perkembangan zaman, Es dawet menyebar ke seluruh kota mulai dari Kota Semarang, Solo, Jakarta, Bandung, hingga luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.[1]
Asal Usul
Dawet berasal dari Desa Jabung, Ponorogo tanpa warna atau bening, mulai dikenal pada abad 15 pada zaman bupati Ponorogo Bathoro Katong, karena bermanfaat menyembuhkan orang sakit. Pada kala itu Warok Suro menggolo kembali pulih setelah luka melakukan perang,[2] Kemudian Bathoro Katong memperkenalkan Dawet Jabung kepada kakanya Raden Fatah di Kesultanan Demak, Seketika Raden Fatah pun suka dengan minuman Dawet dan ingin menjadikan sebagai minuman keseharian di keraton Kesultanan Demak, kemudian dawet jabung yang berwarna bening diberi warna hijau, yang merupakan warna favorit Rasulallah Saw, Dawet yang berwarna hijau ini menyebar ke barbagai kota di Jawa Tengah.
Ketika Kesultanan Demak melakukan penyerangan Portugis di Melaka, Pasukan Demak disediakan minuman Dawet Hijau supaya memiliki semangat perang yang tinggi, sehingga Dawet pun dikenal juga oleh orang melayu yang tinggal di Malaysia, Singapura, Riau dan Thailand Selatan.
Di Ponorogo terdapat Kampung Dawet di sekitaran Jetis yang dijual dari warung-warung hingga restoran dengan menyajikan secara khas, yakni memberikan mangkok dawet diatas lepek kecil, bukan nampan.[3]
Perbedaan cendol dan dawet
Es cendol berasal dari Sunda yaitu Bandung, sedangkan Es dawet berasal dari Tanah Jawa yaitu Banjarnegara. Perbedaan yang lainnya adalah pada bahan dasar es cendol dulunya terbuat dari sagu aren, tepung beras, dan tepung hunkwe.[4] Umumnya dibuat hunkwe dan tepung beras saja. Tepung tersebut kemudian diberi pewarna makanan hijau atau perasan daun suji; tapi ada juga yang memakai pandan. Setelah mendapat warna yang pas, adonan tepung hunkwe akan dicetak menggunakan alat khusus. Umumnya, berbentuk gelas panjang dengan lubang di bawahnya. Dari sana, bentuk khas lonjong dari cendol berasal.
Sedangkan bahan dasar es dawet dulunya terbuat dari tepung beras ataupun tepung beras ketan, diberi pewarna hijau berupa daun suji. Proses membuatnya lebih simpel dibanding cendol.[5] Dengan cara adonan dawet dicetak menggunakan alat berupa saringan sederhana. Adonan dawet dituang ke saringan berongga, dan kemudian digoyangkan agar adonan jatuh. Hal demikian yang membuat dawet memiliki bentuk runcing pada ujungnya. Lantaran menggunakan tepung beras, dawet cenderung mempunyai tekstur yang lebih lembut daripada es cendol yang kenyal. Dawet disajikan dengan parutan es, santan, gula merah, serta tape ketan.[6]
Tekstur, karena bahan utama yang digunakan berbeda, tekstur pada kedua jenis es tersebut juga berbeda. Es cendol memiliki tekstur yang lebih kenyal ketika digigit. Sensasi kenyal itu dihasilkan dari tepung hunkwe yang digunakan. Sementara pada es dawet memiliki tekstur yang lebih lembut dan halus. Selain itu, untuk ketebalannya, es dawet biasanya lebih tebal dibandingkan dengan es cendol. Es cendol selain diberi sirop gula merah biasanya ditambah dengan potongan nangka. Sementara dawet biasanya ditambah tape ketan.[7]
Jenis-Jenis Dawet
Dawet memiliki beberapa jenis, yaitu:
- Dawet Jabung
Merupakan asal dari semua varian Dawet yang ada, berasal dari Ponorogo yang dikenal memiliki manfaat menyembuhkan seseorang ketika sakit sejak era Majapahit.
Dawet Mantingan
- Dawet Ayu Banjarnegara
Varian es dawet yang paling populer di antara yang lainnya adalah Dawet Ayu. Kuliner pelepas dahaga dari Banjarnegara ini hampir selalu ada di berbagai daerah, baik di pinggir jalan maupun berbagai pasar tradisional.
Bahan dasar pembuatan dawet ini adalah tepung beras atau tepung beras ketan. Campuran kedua tepung ini memberi sensasi lembut dan tidak terlalu kenyal.
Yang menjadikan es ini spesial adalah aroma pandannya, Dawet ayu selalu menggunakan pandan asli. Aroma ini sangat khas karena disandingkan dengan nangka, santan, dan lelehan gula merah.
- Dawet Ireng Purworejo
Varian es dawet selanjutnya datang dari Purworejo, tepatnya dari Kecamatan Butuh yang bernama es dawet ireng. Ireng dalam bahasa Indonesia artinya hitam karena cendolnya berwarna hitam. Warna hitam ini berasal dari abu merang atau jerami.
Hal yang paling membedakan dawet ini dengan dawet lainnya adalah warnanya. Cara penyajiannya menggunakan mangkuk kecil dengan siraman santan dan gula merah cair.
Ada juga varian dawet lainnya dari Jepara yang memiliki tekstur kenyal dan juga halus. Uniknya, jika biasanya dawet lain terbuat dari tepung beras lain halnya dengan es dawet Jepara ini. Bahan utamanya adalah sagu aren.
Untuk penyajiannya, tidak jauh beda dengan dawet ayu dari Banjarnegara yang sangat populer. Namun, biasanya dawet Jepara memiliki isian yang lebih banyak, ditambah alpukat, durian, nangka, dan juga kelapa muda.
- Dawet Semarangan
Sesuai dengan namanya, es dawet satu ini berasal dari Semarang. Bahan dasar pembuatan dawet ini adalah tepung beras. Dawet semarangan khasnya adalah penambahan durian ke dalamnnya, ditambah dengan tapai ketan dan juga potongan nangka yang membuat kelezatannya makin menggiurkan.
Galeri
-
Dawet Ayu
-
Penjual dawet ireng
-
Penjual dawet ayu
-
Penjual dawet di solo
-
Penjual dawet
Lihat juga
- Cendol
- Dawet Ayu, dari Banjarnegara
- Dawet Ayu Rumput Laut, dari Kediri
- Dawet Jepara, dari Jepara
Referensi
- ^ Yulianda, Nurma. "Dawet Jabung Warisan Minuman Tradisional dari Ponorogo, Cocok untuk Menu Ramadhan - Arah Kata". arahkata.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-12-14.
- ^ Putri, Ika Sholekhah. "Dawet Jabung Ponorogo: Kisah Legenda Warok Suromenggolo dan Ki Jabung - Lingkar Madiun". lingkarmadiun.pikiran-rakyat.com. Diakses tanggal 2022-12-14.
- ^ "Cerita Unik di Balik Segarnya Dawet Jabung Ponorogo, 'Pembeli Bisa Nikahi Penjual'". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2022-07-17. Diakses tanggal 2022-12-14.
- ^ Fajriah, Wilda (2021-04-05). "Sama-Sama Hijau, Ternyata Ini Lho Bedanya Cendol dan Dawet". Okezone.com. Diakses tanggal 2022-05-30.
- ^ Fridayani, Nine (2020-07-17). Agmasari, Silvita, ed. "Apa Bedanya Cendol dan Dawet?". Kompas.com. Diakses tanggal 2022-05-30.
- ^ Amadea, Azalia. "Dinobatkan sebagai Minuman Terenak di Dunia, Ini Perbedaan Cendol dan Dawet". Kumparan. Diakses tanggal 2021-03-03.
- ^ Fitria, Riska. "Serupa Tapi Tak Sama, 4 Perbedaan Es Cendol dan Es Dawet". detikcom. Diakses tanggal 2021-03-03.