Lompat ke isi

Sidorejo, Bandongan, Magelang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k top: clean up, removed stub tag
Baris 19: Baris 19:


* Kepala Desa:Darsono
* Kepala Desa:Darsono

* Sekretaris desa ; Adang P.
* Sekretaris desa ; Adang P.
** Kaur umum & perencanaan: Evi Maryanti
** Kaur umum & perencanaan: Evi Maryanti
** Kaur keuangan: Maemonah
** Kaur keuangan: Maemonah

* Kasi pemerintahan: Khorifatul K.
* Kasi pemerintahan: Khorifatul K.
* Kasi kesra: Susiyani
* Kasi kesra: Susiyani
Baris 61: Baris 59:
Iklim & topografi:
Iklim & topografi:


* Curah hujan 2.646 mm
* Curah hujan 2.646 mm
* Jumlah bulan hujan 7
* Jumlah bulan hujan 7
* Kelembaban udara ...
* Kelembaban udara ...
Baris 80: Baris 78:
Lembaga kemasyarakatan yang ada antara lain Karang Taruna, Kelompok Tani & Posyandu. Juga ada 2 unit lembaga keagamaan yaitu pondok pesantren salafiyah putra - putri yang salah satunya diasuh oleh Bapak Kyai Muh Faroid Ponpes dengan santri sekitar 60 orang
Lembaga kemasyarakatan yang ada antara lain Karang Taruna, Kelompok Tani & Posyandu. Juga ada 2 unit lembaga keagamaan yaitu pondok pesantren salafiyah putra - putri yang salah satunya diasuh oleh Bapak Kyai Muh Faroid Ponpes dengan santri sekitar 60 orang


Di dusun Jetak tidak ada satu pun warga yang mau memelihara sapi, karena menurut salah seorang tetua, setiap sapi yang pernah dipelihara di dusun ini akan menjadi gila (suka mengamuk). Konon ini dikaitkan dengan keberadaan sebuah situs batu berbentuk sapi yang dikenal warga dengan Sapi Sapen berukuran kurang lebih 200 x 80 x 100 cm di sebelah timur dusun Jetak di lahan kebun milik Bapak Jiman. Makam leluhur yang dianggap sesepuh desa ini antara lain makam Simbah Mudzakir di pinggir sungai Kali progo & makam Simbah Mangku di dusun Mlagen.
Di dusun Jetak tidak ada satu pun warga yang mau memelihara sapi, karena menurut salah seorang tetua, setiap sapi yang pernah dipelihara di dusun ini akan menjadi gila (suka mengamuk). Konon ini dikaitkan dengan keberadaan sebuah situs batu berbentuk sapi yang dikenal warga dengan Sapi Sapen berukuran kurang lebih 200 x 80 x 100 cm di sebelah timur dusun Jetak di lahan kebun milik Bapak Jiman. Makam leluhur yang dianggap sesepuh desa ini antara lain makam Simbah Mudzakir di pinggir sungai Kali progo & makam Simbah Mangku di dusun Mlagen.


Pasar Kebon Watu Gede yang terdapat di desa ini adalah wahana wisata baru yang dikembangkan oleh karang taruna dusun Jethak & Watu Gede yang berada di dusun Watu Gede. Secara administratif dusun Watu Gede adalah bagian dari dusun Jethak karena di dusun ini hanya dihuni oleh 4 Kepala keluarga. Selama puluhan tahun dusun terpencil di tengah persawahan ini hanya berpenghuni tidak lebih dari 4 kepala keluarga, mungkin sesuai dengan jumlah suku kata pada nama dusun ini. Dusun yang berada di ujung barat desa ini dikelilingi oleh rumpun bambu jawa yang rimbun. DI bawah rimbunan rumpun bambu inilah pada setiap hari Minggu Legi & Minggu Pahing (kecuali bulan ramadhan & minggu pertama lebaran) diadakan pasar kuliner & kerajinan bernuansa tempo dulu. Para penjual & jogoboyo berpakaian tradisional ala jawa masa lalu dengan topi petani dari bahan bambu yang disebut caping siap menebar senyum & keramahan. Pasar ini dibuka mulai jam 06.00 - 12.00. Jenis makanan & minuman yang disajikan di antaranya blendrang, buntil, aneka gethuk, jenang & ketan, bubur kacang ijo, aneka gorengan (tempe mendoan, gembus, cothot, timus, miye-miye, pisang, tahu mercon), gorengan, sop buntut, sop iga, gule kambing, pepes lele, pecel pincuk, jajan pasar, lothek, tahu kupat, batagor, bakso, mie ayam, siomay, kopi, teh, es jeruk, es buah, es degan dll. Yang unik semua makanan & minuman disajikan dalam wadah alami seperti daun pisang, piring lidi, mangkuk tempurung, sendok kayu, gelas bumbung, serta periuk gerabah. Tidak boleh menggunakan perlengkapan dari kaca, porselin, logam apalagi plastik. Para penjual pun menjajakan dagangannya & duduk pada sebuah lincak khusus dari bambu, begitu juga tempat duduk para pengunjung disediakan lincak khusus yang juga terbuat dari bambu. Tas wadah belanjaan pun dibuat khusus dari besek bambu dengan pegangan sehingga nyaman berkesan nostalgia. Selain kuliner juga tersedia aneka batik serta mainan anak-anak & souvenir dari bahan alami. Semua transaksi menggunakan koin khusus dari kayu yang disebut benggol seharga dua ribu rupiah. Pada jalan masuk menuju dusun Watu Gede sepanjang ratusan meter menghampar sawah terasering di kiri & kanan dengan latar belakang gunung-gunung yang indah yaitu Sumbing,Merapi, Merbabu, Ngandong, Menoreh serta bukit Tidar. Gemericik air dari saluran irigasi & kicau burung-burung membuat suasana makin romantis. Apalagi di beberapa titik dibangun seni instalasi sebagai wahana top selvie.
Pasar Kebon Watu Gede yang terdapat di desa ini adalah wahana wisata baru yang dikembangkan oleh karang taruna dusun Jethak & Watu Gede yang berada di dusun Watu Gede. Secara administratif dusun Watu Gede adalah bagian dari dusun Jethak karena di dusun ini hanya dihuni oleh 4 Kepala keluarga. Selama puluhan tahun dusun terpencil di tengah persawahan ini hanya berpenghuni tidak lebih dari 4 kepala keluarga, mungkin sesuai dengan jumlah suku kata pada nama dusun ini. Dusun yang berada di ujung barat desa ini dikelilingi oleh rumpun bambu jawa yang rimbun. DI bawah rimbunan rumpun bambu inilah pada setiap hari Minggu Legi & Minggu Pahing (kecuali bulan ramadhan & minggu pertama lebaran) diadakan pasar kuliner & kerajinan bernuansa tempo dulu. Para penjual & jogoboyo berpakaian tradisional ala jawa masa lalu dengan topi petani dari bahan bambu yang disebut caping siap menebar senyum & keramahan. Pasar ini dibuka mulai jam 06.00 - 12.00. Jenis makanan & minuman yang disajikan di antaranya blendrang, buntil, aneka gethuk, jenang & ketan, bubur kacang ijo, aneka gorengan (tempe mendoan, gembus, cothot, timus, miye-miye, pisang, tahu mercon), gorengan, sop buntut, sop iga, gule kambing, pepes lele, pecel pincuk, jajan pasar, lothek, tahu kupat, batagor, bakso, mie ayam, siomay, kopi, teh, es jeruk, es buah, es degan dll. Yang unik semua makanan & minuman disajikan dalam wadah alami seperti daun pisang, piring lidi, mangkuk tempurung, sendok kayu, gelas bumbung, serta periuk gerabah. Tidak boleh menggunakan perlengkapan dari kaca, porselin, logam apalagi plastik. Para penjual pun menjajakan dagangannya & duduk pada sebuah lincak khusus dari bambu, begitu juga tempat duduk para pengunjung disediakan lincak khusus yang juga terbuat dari bambu. Tas wadah belanjaan pun dibuat khusus dari besek bambu dengan pegangan sehingga nyaman berkesan nostalgia. Selain kuliner juga tersedia aneka batik serta mainan anak-anak & souvenir dari bahan alami. Semua transaksi menggunakan koin khusus dari kayu yang disebut benggol seharga dua ribu rupiah. Pada jalan masuk menuju dusun Watu Gede sepanjang ratusan meter menghampar sawah terasering di kiri & kanan dengan latar belakang gunung-gunung yang indah yaitu Sumbing,Merapi, Merbabu, Ngandong, Menoreh serta bukit Tidar. Gemericik air dari saluran irigasi & kicau burung-burung membuat suasana makin romantis. Apalagi di beberapa titik dibangun seni instalasi sebagai wahana top selvie.
Baris 89: Baris 87:


{{Authority control}}
{{Authority control}}

{{Kelurahan-stub}}

Revisi per 12 Januari 2023 14.10

Sidorejo
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenMagelang
KecamatanBandongan
Kode pos
56151
Kode Kemendagri33.08.14.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas3.435,5 ha
Jumlah penduduk3.245 jiwa - 1.072 KK (Juli 2018)
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
Peta
Peta
Peta
Koordinat:

Sidorejo adalah desa di kecamatan Bandongan, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Sebelah utara berbatasan dengan desa Rejosari, sebelah barat dengan Gandusari, sebelah selatan dengan desa Trasan sementara sebelah timur dengan desa Potrobangsan Kotamadya Magelang

Struktur pemerintahan:

  • Kepala Desa:Darsono
  • Sekretaris desa ; Adang P.
    • Kaur umum & perencanaan: Evi Maryanti
    • Kaur keuangan: Maemonah
  • Kasi pemerintahan: Khorifatul K.
  • Kasi kesra: Susiyani
  • Kasi pelayanan: Silviana W.
  • Kepala Dusun:
  • Jetak 1: Slamet Edi
  • Jetak 2: Sudarsono
  • Timoho:
  • Jelapan: Slamet K.
  • Mlagen: Suparjo
  • Candi: Chumedi

Jumlah penduduk – KK menurut data bulan Juli 2018 adalah sbb:

  • Jetak 1 (termasukWatugede & Sabrang): 402 jiwa – 138 KK
  • Jetak 2: 617 jiwa – 213 KK
  • Timoho (termasuk Delisen): 562 jiwa – 194 KK
  • Jelapan (termasuk Tegal Joho): 485 jiwa – 154 KK
  • Mlagen (termasuk Macanan): 361 jiwa – 121 KK
  • Candi (termasuk Drojogan): 818 jiwa – 250 KK
  • Total: 3.245 jiwa - 1.072 KK

Desa yang dibentuk pada tahun 1923 ini pernah mempunyai beberapa kepala desa yang pernah menjabat yaitu Bapak Abdul Khamid (alm) & bapak Harun Rosyid (3 periode). Dari penuturan salah seorang perangkat desa yang masih aktif, sebelum era bapak Abdul Khamid dikenal juga kepala desa bernama Bapak Peno & bapak Udi. Kantor pemerintahan desa berada di dusun Jethak di Jalan raya Bandongan Windusari. Bahasa sehari-hari yang dipergunakan adalah bahasa Jawa.Dusun-dusun secara informal dikenal warga adalah Jethak, Watu Gede, Sabrang, Timoho, Jelapan, Tegal Joho, Delisen, Macanan, Candi, Drojogan & Mlagen. Desa ini terdapat aliran sungai Kali Progo, Kali Semawang & Kali Guntur.

Jenis tanah desa

  • Tanah sawah 191 ha
  • Tanah kering 78,5 ha
  • Tanah basah 0
  • Tanah perkebunan 33 ha
  • Tanah fasilitas umum 41,0535 ha
  • Tanah hutan: 0

Luas total: 343,5530 ha

Iklim & topografi:

  • Curah hujan 2.646 mm
  • Jumlah bulan hujan 7
  • Kelembaban udara ...
  • Suhu rata-rata harian 32
  • Tinggi di atas permukaan laut (M) ...
  • Warna tanah hitam
  • Tekstur tanah debuan
  • Kemiringan tanah ...
  • Lahan kritis 0,50
  • Lahan terlantar 1,5 ha
  • Erosi ringan 0,25 ha
  • Erosi sedang 0,5 ha
  • Erosi berat 1 ha
  • Tidak ada erosi 24,25

Hasil pertanian utama adalah padi, selain itu juga palawija, pisang, tebu, bambu, kayu albasia, mahoni, nangka, dll.

Lembaga kemasyarakatan yang ada antara lain Karang Taruna, Kelompok Tani & Posyandu. Juga ada 2 unit lembaga keagamaan yaitu pondok pesantren salafiyah putra - putri yang salah satunya diasuh oleh Bapak Kyai Muh Faroid Ponpes dengan santri sekitar 60 orang

Di dusun Jetak tidak ada satu pun warga yang mau memelihara sapi, karena menurut salah seorang tetua, setiap sapi yang pernah dipelihara di dusun ini akan menjadi gila (suka mengamuk). Konon ini dikaitkan dengan keberadaan sebuah situs batu berbentuk sapi yang dikenal warga dengan Sapi Sapen berukuran kurang lebih 200 x 80 x 100 cm di sebelah timur dusun Jetak di lahan kebun milik Bapak Jiman. Makam leluhur yang dianggap sesepuh desa ini antara lain makam Simbah Mudzakir di pinggir sungai Kali progo & makam Simbah Mangku di dusun Mlagen.

Pasar Kebon Watu Gede yang terdapat di desa ini adalah wahana wisata baru yang dikembangkan oleh karang taruna dusun Jethak & Watu Gede yang berada di dusun Watu Gede. Secara administratif dusun Watu Gede adalah bagian dari dusun Jethak karena di dusun ini hanya dihuni oleh 4 Kepala keluarga. Selama puluhan tahun dusun terpencil di tengah persawahan ini hanya berpenghuni tidak lebih dari 4 kepala keluarga, mungkin sesuai dengan jumlah suku kata pada nama dusun ini. Dusun yang berada di ujung barat desa ini dikelilingi oleh rumpun bambu jawa yang rimbun. DI bawah rimbunan rumpun bambu inilah pada setiap hari Minggu Legi & Minggu Pahing (kecuali bulan ramadhan & minggu pertama lebaran) diadakan pasar kuliner & kerajinan bernuansa tempo dulu. Para penjual & jogoboyo berpakaian tradisional ala jawa masa lalu dengan topi petani dari bahan bambu yang disebut caping siap menebar senyum & keramahan. Pasar ini dibuka mulai jam 06.00 - 12.00. Jenis makanan & minuman yang disajikan di antaranya blendrang, buntil, aneka gethuk, jenang & ketan, bubur kacang ijo, aneka gorengan (tempe mendoan, gembus, cothot, timus, miye-miye, pisang, tahu mercon), gorengan, sop buntut, sop iga, gule kambing, pepes lele, pecel pincuk, jajan pasar, lothek, tahu kupat, batagor, bakso, mie ayam, siomay, kopi, teh, es jeruk, es buah, es degan dll. Yang unik semua makanan & minuman disajikan dalam wadah alami seperti daun pisang, piring lidi, mangkuk tempurung, sendok kayu, gelas bumbung, serta periuk gerabah. Tidak boleh menggunakan perlengkapan dari kaca, porselin, logam apalagi plastik. Para penjual pun menjajakan dagangannya & duduk pada sebuah lincak khusus dari bambu, begitu juga tempat duduk para pengunjung disediakan lincak khusus yang juga terbuat dari bambu. Tas wadah belanjaan pun dibuat khusus dari besek bambu dengan pegangan sehingga nyaman berkesan nostalgia. Selain kuliner juga tersedia aneka batik serta mainan anak-anak & souvenir dari bahan alami. Semua transaksi menggunakan koin khusus dari kayu yang disebut benggol seharga dua ribu rupiah. Pada jalan masuk menuju dusun Watu Gede sepanjang ratusan meter menghampar sawah terasering di kiri & kanan dengan latar belakang gunung-gunung yang indah yaitu Sumbing,Merapi, Merbabu, Ngandong, Menoreh serta bukit Tidar. Gemericik air dari saluran irigasi & kicau burung-burung membuat suasana makin romantis. Apalagi di beberapa titik dibangun seni instalasi sebagai wahana top selvie.

naskah disusun terakhir oleh Imam Suhadak tgl 14/08-2018 berdasarkan data Buku Profil Desa tahun 2017, wawancara dengan Bapak Kepala Desa & jajarannya serta dari berbagai sumber. Harap data ini diperbaiki bila salah, diupgrade bila ada yang baru & dilengkapi bila ada yang kurang. Terima kasih